Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda
Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda
Resensi buku Karya Wahyu Iryana
Oleh: Mulyanah, S. Psi
Pegawai di Kementerian Agamanya Kanwil Provinsi Jawa Barat
Judul Buku: Gerakan Syiah di Nusantara
Penulis: Wahyu Iryana
Penerbit: Pustaka Nadwa, Bandung
Tahun Terbit: 2023
Jumlah Halaman: 280 halaman
ISBN: 978-623-5582-65-2
Ketika membaca Gerakan Syiah di Nusantara karya Wahyu Iryana, kita tidak sedang menjelajah buku sejarah dalam artian konvensional. Buku ini tidak hadir sebagai katalog peristiwa, tetapi sebagai upaya menafsirkan ulang absennya sebuah nama dalam lembaran sejarah arus utama. Iryana tidak menempatkan dirinya sebagai hakim sejarah, melainkan sebagai pejalan kaki yang memunguti serpihan-serpihan narasi yang tertinggal di pojok-pojok pesantren, di langgar-langgar tua, di manuskrip yang terlupa, dan dalam ingatan kolektif yang samar. Ia menulis dengan kesadaran bahwa sejarah bukan hanya apa yang ditulis, tetapi juga apa yang disembunyikan.
Buku ini adalah dialog sunyi dengan sejarah. Ia seperti menembus kabut panjang peradaban Islam Indonesia yang telah lama mengidentikkan ortodoksi dengan satu wajah saja. Dan Syiah, dalam lanskap itu, selalu hadir sebagai yang lain, sebagai bayangan yang dikaburkan. Dalam pengantar bukunya, Iryana menyampaikan kegelisahan akan keterputusan narasi tentang kontribusi Syiah di bumi Nusantara. Kegelisahan inilah yang membimbingnya menulis.
Dengan pendekatan filologis dan historiografis yang cair, Iryana menyusuri jejak-jejak yang tidak terdokumentasi dalam sejarah arus utama: tokoh-tokoh marginal, kitab-kitab langka, dan tradisi-tradisi lokal yang memuat simpul-simpul ajaran Ahlulbait. Ia menelisik keberadaan unsur-unsur Syiah yang membaur dalam ritual dan budaya masyarakat Muslim Indonesia. Dari sinilah buku ini menjadi penting: bukan karena narasinya final, tetapi karena ia membuka celah untuk dialog.
Pembaca akan menemukan lanskap sejarah yang penuh dengan percakapan lintas zaman. Kisah-kisah kecil dalam buku ini memantul seperti gema dalam ruang sejarah yang luas. Sebagian mungkin belum utuh secara bukti empiris, tetapi kejujuran intelektual penulis untuk menunjukkan ruang-ruang abu-abu dalam sejarah menjadikan buku ini tidak hanya sebagai produk pengetahuan, tetapi juga sebagai ajakan untuk bersikap rendah hati terhadap masa lalu.
Tak hanya sejarah politik dan keagamaan, buku ini juga menyentuh sisi kultural. Misalnya, bagaimana pujian kepada Ahlulbait dalam nadzhoman, pupujian, dan syair-syair tradisional di masjid-masjid tua menjadi bagian dari ingatan kolektif umat yang nyaris tidak dibaca sebagai ekspresi Syiah. Iryana dengan liris menafsirkan itu sebagai “tubuh kultural Syiah yang membaur dalam darah masyarakat tanpa mereka sadari”.
Tentu saja, buku ini tak luput dari perdebatan. Kritik mungkin muncul atas keberanian Iryana menafsirkan ulang figur dan teks keagamaan lokal dalam lensa Syiah, apalagi dalam konteks masyarakat yang sensitif terhadap isu sektarian. Namun justru di sanalah keberanian buku ini diuji. Ia tidak memaksakan tafsir, melainkan menawarkan kemungkinan-kemungkinan tafsir baru yang selama ini terabaikan. Seperti yang ia tulis: “Membaca Syiah di Nusantara bukan tentang mengklaim kebenaran, melainkan mencari serpihan-serpihan makna yang tercecer.”
Dalam genre historiografi alternatif, buku ini bisa sejajar dengan karya-karya semacam The Idea of Indonesia karya R.E. Elson atau Islam Jawa oleh Mark R. Woodward. Meski tidak seberat dari sisi akademik, gaya penulisan Iryana justru menjadikan buku ini lebih puitis, kontemplatif, dan mengalir, mengingatkan kita pada gaya tulisan Umar Kayam atau Kuntowijoyo di masa-masa esai reflektif mereka.
Bahasa dalam buku ini bukan bahasa jurnal akademik. Ia lebih dekat kepada gaya naratif-sastra, tetapi tidak kehilangan kedalaman analisis. Ini menjadikan pembaca dari berbagai latar belakang bisa mengakses buku ini dengan nyaman, tanpa kehilangan substansi pemikiran. Buku ini terasa seperti percakapan santai di serambi pesantren tua, ditemani secangkir kopi dan suara angin malam.
Pada akhirnya, Gerakan Syiah di Nusantara bukan hanya soal Syiah. Ini soal ingatan, tentang bagaimana kita mengingat masa lalu secara lebih jujur, tidak hegemonik, dan memberi tempat bagi yang terpinggirkan. Buku ini adalah tafsir sunyi terhadap sejarah yang sering kali dibisikkan, bukan disuarakan. Dan dalam dunia yang bising oleh klaim-klaim kebenaran, bisikan seperti ini layak didengar.
Wahyu Iryana telah menunjukkan bahwa sejarah tidak harus ditulis oleh pemenang. Ia bisa ditulis oleh peziarah, oleh penyimak, oleh mereka yang bersedia mendengarkan suara dari ruang-ruang yang selama ini dibungkam. Buku ini adalah ajakan untuk mendengar kembali sejarah kita dengan hati yang lebih terbuka.
Penutup
Dengan hadirnya buku ini, dunia akademik dan kultural Indonesia mendapat satu tambahan penting dalam upaya memahami keragaman Islam Nusantara. Ia bukan hanya menyodorkan data, tetapi juga menyentuh sisi afektif pembaca. Buku ini layak dibaca oleh siapa saja yang ingin mengenal sejarah Islam Indonesia secara lebih jujur dan inklusif bukan karena semuanya harus diterima, tapi karena semuanya harus didengar.
Sebagaimana bunyi salah satu bait nadzhoman yang dikutip Iryana: “Kalau bukan karena cinta, tak akan kutuliskan nama-nama yang dilupakan.”
Baca juga resensi buku lainnya :
- Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
- Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
- Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.