Batas dari Allah
Khutbah yang disampaikan oleh khotib Jumat di masjid dekat rumah tadi membahas tema soal batas dari Allah. Ia menjelaskan bahwa Allah memberikan batas-batas tertentu terhadap setiap makhluknya. Allah tidak menyamakan batas-batas tersebut untuk alasan yang hanya Allah saja yang tahu.
Sebagian dari kita tentu menyangka bahwa batas yang dimaksud berkaitan dengan usia. Memang benar, Allah membatasi jatah hidup kita di dunia, namun bukan itu saja batas yang diberikan oleh Allah. Selain usia, Allah juga memberikan batas terhadap rejeki dan kemewahan terhadap setiap makhluk-Nya.
Ada orang yang diberi batas longgar untuk urusan keuangan, sehingga ia tampak begitu kaya raya, namun ada pula yang diberi batas sempit untuk urusan yang sama, sehingga ia tampak serba kekurangan. Meski begitu, Allah tak pernah berlaku tak adil terhadap umat-Nya. Ia muliakan setiap umat-Nya sesuai dengan kadarnya masing-masing.
Khotib kemudian menjelaskan bahwa ada satu batas lagi yang diberikan oleh Allah, batas yang menjadi ukuran kemuliaan manusia dibanding makhluk Allah lainnya. Batas ini menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Batas tersebut adalah belajar.
Allah memberikan batasan yang sangat longgar terhadap manusia untuk belajar. Manusia diberi kemewahan dengan kesempatan –dan tak jarang bantuan—untuk dapat mempelajari banyak hal. Di waktu yang bersamaan, Allah membatasi makhluk-Nya yang lain untuk melakukan hal serupa.
Menuntut ilmu adalah pembeda antara manusia dengan binatang. Maka dalam konteks ini, ukuran kemuliaan makhluk Allah adalah semangat dan ketekunan dalam menuntut ilmu. Jika dua hal ini tak ada dalam diri kita, maka kita patut bertanya pada diri sendiri, “Lantas, apa beda saya dibanding binatang, tumbuh-tumbuhan dan makhluk Allah yang lain?”
Demikian yang bisa disampaikan oleh orang yang duduk agak jauh dari khotib. Jika ada manfaatnya, maka itu dari Allah, jika tidak ada manfaatnya, mungkin karena anda kehabisan kopi.