Deradikalisasi dan Meng-Indonesia-kan Sel Tidur ISIS
Pecihitam.org – Di saat ISIS masih terus melancarkan serangan kepada musuh-musuh mereka di Suriah, siapa sebenarnya yang punya inisiatif memulangkan kombatan ISIS ke tanah air? Apakah mereka sendiri atau pemerintah? Atau ada negara lain yang terganggu dengan kehadiran kombatan ISIS asal Indonesia di Suriah dan sekitarnya. Masih belum jelas.
Yang pasti kombatan ISIS di luar negeri yang sudah membakar paspor, secara administrasi politik, sudah bukan warga negara Indonesia. Jalan kembali ke Indonesia lewat jalur legal formal, sudah tertutup.
Lebih baik pemerintah fokus pada agenda meng-Indonesia-kan kembali simpatisan, pendukung dan ideolog ISIS yang ada di sini. Mereka aktif menyebarkan berita perkembangan jihad ISIS di Suriah, menggalang opini, menyebarkan ideologi dan merekrut pengikut.
Mereka sel tidur, tidur sementara dari aksi terorisme. Menunggu perintah dan momentum yang tepat untuk bangun melakukan aksi teror. Mengembalikan mereka ke pangkuan ibu pertiwi lebih diutamakan ketimbang mengembalikan kombatan ISIS dari Suriah ke Indonesia.
Memang di antara kelompok radikal, ISIS menempati ranking tertinggi tingkat radikalitasnya. ISIS mencapai titik ekstrim. Dengan intikator-indikator; agresif melakukan kekerasan, aktif melawan pemerintah, intoleransi kepada kaum muslimin dan anti kewargaan terhadap non muslim.
ISIS bentuk paling sempurna dari ideologi Wahabiyah Jihadiyah, ideologi teror. Di Indonesia sendiri, sejak 2014, jaringan ISIS mengambil alih aksi teror yang sebelumnya dilakukan oleh jaringan al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah alumni jihad Afghanistan.
Buku lain :