The news is by your side.

Guru dan Tanggungjawab Moral Pendidikan

Guru memberi arahan kepada siswa untuk belajar secara mandiri. (foto: dok Pribadi)

Oleh: Lutfi Muhammad, S.Pd

Pada beberapa waktu yang lalu, kita telah melaksanakan hari guru nasional, dimana hari tersebut merupakan hari untuk mengingat bahwa guru sebagai salah satu unsur dalam kehidupan manusia yang sangat esensial. Karena tanpanya dunia ini mungkin tidak akan banyak perubahan kecuali kemunduran.

Selain itu, tanpa guru sejatinya kita tidak akan menjadi manusia yang seutuhnya karena kita tidak akan diajarkan bagaimana nilai-nilai moral kemanusiaan yang harus di junjung tinggi oleh setiap manusia dari ras, suku, agama, negara, dan budaya yang berbeda. Karena dengan demikian, apapun identitas kita karena perbedaan dari hal diatas, kita akan saling menghargai sebagai manusia karena kita sama-sama diciptakan oleh tuhan yang maha esa dengan bekal akal pikiran dan hati yang bisa merasakan.

Guru memiliki tanggung jawab yang sangat besar, khususnya tanggungjawab moral untuk menjadi tauladan bagi siswanya.

 

Guru harus mau mengajari siswa dengan kognitif rendahnya.

Proses Pembelajaran di SMK Fauzaniyyah (foto: Screenshot Video Lutfi Muhammad)

Mayoritas guru memiliki kecenderungan menyukai siswa yang memiliki kepintaran di atas rata-rata, sehingga terkadang mereka lupa dengan siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah.

Oleh karena itu, guru harus memiliki empati untuk mengajari siswa kognitif dibawah daripada temannya untuk mengejar ketertinggalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dimana hal tersebut menjadi indikator keberhasilan bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa.

Hal tersebut pastinya tidak mudah bagi guru, karena selain penghasilan yang pas-pasan, guru juga memiliki aktivitas lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan cara mencari penghasilan sampingan.

Sehingga untuk mendorong siswa yang memiliki kognitif tersebut, guru harus merelakan waktunya untuk mengajar dengan ikhlas dan sabar serta telaten, karena dengan demikian siswa yang memiliki kognitif rendah tersebut bisa mencapai tujuan yang kita harapkan sesuai dengan teman-temannya.

Hal tersebut bisa dicapai jika guru mampu meramu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu mengakomodir semua kebutuhan siswa. Salah satu model pembelajaran yang dipandang lebih baik pada saat ini yaitu model pembelajaran berbasis masalah (Problem Base Learning) dan Pembelajaran berbasis proyek (Projects Base Learning).

Model-model pembelajaran tersebut merupakan model yang lebih banyak melibatkan siswa saat melaksanakan pembelajaran (student center), ketimbang model-model pembelajaran lain yang lebih banyak menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher center)

Semuanya itu merupakan upaya dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia agar lebih baik, terutama bagaimana menciptakan siswa dengan berfikir tingkat tinggi agar masa depan Indonesia dimasa depan lebih maju lagi.

Penulis adalah Guru SMK Fauzaniyyah Sukaresmi Garut

 

Editor: Muhammad Salim

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.