Di Posisi Bagai Mimpi
Beberapa orang ditakdirkan melebihi ekspektasinya, dan ia tak menyangka posisi karier, kelebihan rezeki, semua kemudahan, dan mendapatkan kesuksesan seperti sekarang, semua seperti mimpi.
Hal ini dirasa baik oleh seorang Jokowi sebagai Presiden sekarang, para Menterinya, Gubernur, Walikota, Bupati, dan Pejabat Tinggi lainnya.
Jabatan yang mereka peroleh dan duduki, itu bagaikan mimpi !
Tidak tergambar sebelumnya bisa duduk diposisi penting dan strategis itu.
“Saya tak menyangka ada diposisi seperti ini sekarang !” Kata seorang teman yang menduduki jabatan strategis, disebuah instansi pemerintahan.
Yaa, itulah keberuntungan !
Ada takdir Tuhan yang mengubah jalan hidupnya.
Bagaimana ini terjadi ?
Dan faktor apa yang mempengaruhinya ?
Lalu bagaimana menyikapinya ?
Takdir Tuhan pun harus selaras dengan sebuah usaha yang kita lakukan. Ia tak akan jadi mewujud begitu saja, jika tak ada usaha hebat dari manusianya. Takdir yang bisa di usahakan lewat ikhtiar manusia, ini disebut dengan Takdir Muallaq, sebuah takdir yang mampu kita raih dengan jalan usaha maksimal dari ikhtiar kita.
Dan takdir Muallaq, bekerja melalui cara-cara yang harus ditempuh oleh si manusia tersebut, dengan melakukan kiprah-kiprah hebat pada dirinya, baik prestasi demi prestasi, kemudian juga, ia bisa menempatkan dirinya dekat pada sosok-sosok yang tepat, yang memiliki hubungan dengan banyak kalangan, dan oleh orang tersebut kita dikenali kemampuannya.
Hal itulah akan membuka jalan takdir baru bagi manusia tersebut, untuk dibukakan akses pada hal yang tidak ia sangka-sangka, dengan di mudahkannya ia meraih takdir yang tak ia duga.
Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: “Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi,” (H.R. Muslim).
Jenis takdir muallaq tersebut, yakni takdir atau ketetapan dari Allah SWT yang dapat diubah oleh umat manusia, dengan ikhtiar atau usaha, jalan pintasnya, atau rahasia terbesarnya, ada pada hubungan baik kita dengan sesama manusia. Itulah kuncinya.
Maka, sebaik-baiknya diri, dari manusia yang Allah angkat derajatnya itu, ia harus harus pandai memanfaatkan kebaikan ALLAH yang ia peroleh.
Setelah Allah hadirkan kesempatan terbaik pada dirinya, dengan izinNya, dimana kita bisa menempati posisi strategis, timbal balikpun harus ada !
Apa timbal baliknya ?
Timbal baliknya adalah memanfaatkan diri kita, untuk menghadirkan nilai kebermanfaatan diri sebesar-besarnya bagi kemaslahatan manusia lainnya.
Sehingga dengan begitu, Allah akan melihat kita termasuk orang yang pandai bersyukur, dan bisa dipandang sosok yang tepat, yang Allah hadirkan bagi umat, sebagai keberkahan bagi hamba-hambaNya di sebuah wilayah.
Banyak manusia yang Allah angkat derajatnya, yang sebelumnya ia merupakan manusia yang diposisi terpuruk, tak beruntung, tak dikenal banyak kalangan, orang terkalahkan, bahkan manusia tertindas yang tak berdaya.
Ketika Allah angkat derajat hidupnya, diberi kesempatan baru, dibukakan segala kemudahan, dikenali banyak kalangan, menjadi orang yang beruntung, berkuasa, dan diposisi yang menentukan karena jabatannya, maka hal yang harus ia ingat adalah, bagaimana ia harus menjadi keberkahan bagi umat !
Bagaimana ia harus membantu banyak orang yang kesulitan karena adanya prosedural yang tak masuk akal, yang sebetulnya bisa ia perbaiki. Maka disinilah nilai dirinya di uji !
Dan keberadaannya ternyata, telah Allah gariskan untuk membenahi urusan yang sebelumnya carut marut, menjadi lebih baik, lancar, dan tertib, subhanallah.
Tidak semata-mata Allah lebihkan seseorang dalam menempatkan keberadaan dirinya, diantara manusia lainnya, jika tak ada yang Allah lihat dari kapasitas si manusia tersebut, dan beban yang akan ia emban, sebagai tugasnya untuk membenahi itu semua.
Lihat kisah Umar bin Abdul Aziz, sosok yang semula tak populer pada masa Bani Umayyah, yang pada masa itu problem kekusutan pemerintahan bobrok, lalu Allah hadirkan ia (Umar bin Abdul Aziz) maka pada masa ke Khalifahannya, kemaslahatan umat kembali hadir, dan Islam berada pada rel kemasyhurannya kembali.
Untuk orang terpilih, Allah akan ajari dan fahamkan ia dengan sesegera mungkin, dan sebaik mungkin yang ia bisa tangkap dari pengajaran Allah, baik melalui IlhamNya, memberi kecerdasan spiritual yang kuat pada manusia pilihanNya itu.
Ia bisa mendapat banyak masukan dari cara Allah menguatkan potensinya, baik melalui pengamatannya, atas apa yang harus ia kuasai. Sehingga dengan bekal insting yang Allah kuatkan, manusia yang Allah beri posisi bagai mimpi ini, bisa mengemban tugasnya sesuai rencana Allah.
Lalu bagaimana pada manusia yang Allah angkat derajatnya, malah ia lupa diri, merasa bisa sampai keposisi terbaiknya sekarang, serasa ia lah yang mengusahakannya !
Manusia seperti ini, adalah manusia yang lupa bersyukur pada manusia yang telah membantunya. Rasa syukur itu tak hanya di tujukan pada Allah semata, rasa mensyukuri nikmat Allah karena adanya peran manusia lain yang telah membantunya, adalah sebagian dari adab manusia yang tahu diri. Maka pakailah Adab itu dengan tidak bersombong diri, apalagi sampai ia melupakan jasa manusia yang telah membantu ia bangkit dari keterpurukannya.
Kita dalam takdir Tuhan, yang mengharuskan pandai untuk mensyukuri nikmat atas kemurahan, dan kemudahan yang diprioritaskan Allah untuk kita.
Balas jasa terbaik dari kita untuk Allah, maupun pada umat manusia, adalah kita selalu sadar, selalu tahu diri, dan tahu rasa berterimakasih. Hingga kita tidak lupa diri, tak lupa daratan, yang akhirnya Allah akan cabut kembali nikmat itu, jika kita khufur nikmat, innalilahi…Jangan sampai kita menjadi ujian bagi diri kita sendiri !
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” QS. Ibrahim ayat 7
Alhamdulillah
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn