Kajian Kitab Hikam oleh Kiai Sofyan Yahya pada Yaumul Ijtima di Pesantren Darul Hikam Al Islami
Bertempat di pesantren Mahad Darul Hikam Al Islami, sebuah pesantren awal di daerah Kiangroke, Bandung selatan, yang berdiri sejak tahun 1951 silam, didirikan pesantren tersebut, setelah Kiai Ahmad Jumhur selesai mondok dari Pesantren Mama Sukamiskin, dan bersama dua pendiri lainnya ia mendirikan pesantren di wilayah Bandung Selatan itu.
Penyelenggaraan Yaumul Ijtima minggu ke dua di bulan September ini, di semarakan oleh hadroh santri dari Pesantren Darul Hikam yang sangat mahir membawakan tembang-tembang pujian serta sholawatan, Sabtu, 14/09/2024.
Dari sambutan Abuya Drs. KH. Dadang Zaim Affandi, M.Si, selaku tuan rumah, menyampaikan rasa terimakasih atas kehadiran para warga nahdliyin juga para pengurus NU, dan dalam sambutannya ia menekankan perlunya adanya kesatuan, dan dukungannya untuk selalu bersinergi dengan umaro.
Adapun mewakili ketua PCNU KH Deden Hani Muzhoffar, pada sambutannya di Yaumul Ijtima dipondok pesantrennya mengingatkan, acara Yaumul Ijtima merupakan ajang silaturahmi, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah, dan ia berharap banyak kegiatan khususnya ke-NUan, bisa di laksanakan di pesantren Darul Hikam al Islami.
Pelaksanaan Yaumul Ijtima di Pesantren Darul Hikam ini, tampak hadir segenap jajaran Pengurus PCNU Kab. Bandung, Rois Syuriah, Katib Syuriah, para ketua Lembaga, sedangkan dari banom, tampak terlihat Banser, IPNU, IPPNU, Muslimat, dan Fatayat. Dari jajaran pemerintahan setempat hadir Camat Banjaran, Kepala Desa, Danramil, Kapolsek, dan jajaran Forkopimcam.
Dari Kiai Sofyan Yahya jamaah dikenalkan secara singkat awal pada awal pendirian Pesantren Darul Hikam, yang bisa di katakan keberadaannya sebagai Pesantren bersaudara, adiknya dari Pesantren sukamiskin.
Dimana pesantren Sukamiskin adalah pesantren yang mengawali dan terdepan menerjemahkan kitab-kitab kuning ke dalam bahasa sunda, atau ngalogat Sunda, yakni memaknai kajian kitab dengan menggunakan bahasa Sunda, karena di luar sukamiskin saat itu, memaknai Kitab semuanya memakai bahasa Jawa, dan alumni sukamiskin awal berhajinya di mulai dari tahun 1930.
Yaumul Ijtima yang dijalankan sebagai rutinan kegiatan PCNU Kabupaten Bandung ini adalah program yang di inisiasi oleh Bupati Kabupaten Bandung, Dadang Supriatna, dimana kajian ngaji seperti ini merupakan hal yang baru dimulai dalam periode Bupati Kabupaten Bandung saat ini, sebagai bentuk mengedukasi umat, dan menguatkan keberadaan syiar Islam.
Beberapa poin dari tausiyah Kiai Sofyan Yahya dalam mengulas kajian dari kitab Hikam karangan Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari yang hidup antara tahun 1250 M hingga 1310 M, diantaranya ;
- Persoalan keyakinan pada Allah.
- Ketetapan akan Rezeki setiap anak Manusia.
- Ibadah tak hanya persoalan ritual, tapi ibadah mencakup juga pada persoalan ibadah sosial.
- Puncak kesadaran tertinggi spititual manusia adalah munculnya sisi kemanusian.
- Hati manusia adalah benteng, dan syaetan seringkali ingin agar bisa mesuk ke benteng hati untuk merusaknya.
- Keikhlasan merupakan latihan spititual tersulit.
- Berbakti pada orangtua utamanya ibu merupakan jalan keselamatan hidup di dunia dan akheratnya anak manusia.
“Hidup adalah kumpulan kesulitan, dan kesulitan itu bukan untuk di bawa ke mana-mana, apalagi dibicarakan ke tetangga, dan untuk menghilangkan semua belenggu kesulitan itu, maka datanglah ke pengajian.” Tutur Kiai Sofyan Yahya mengingatkan para jamaah yang hadir.
” Ilmu Hikam adalah ilmu tingkat tinggi, dan perlu dipahami dengan kesadaran dan kebeningan hati.”
“Ingat kalian jangan ragu pada janji Allah yg di janjikan Allah ke Kita. Karena pada saat Allah meniupkan nyawa, ruh pada janin, maka Allah sudah mencatatkan rizki anak tersebut.” Ungkap kiai Sofyan Yahya meyakinkan para jamaah agar tak risau pada bab Rezeki Allah.
“Rizki tidak dimintapun, Allah tetap akan memberikannya, maka jika kita mengharap minta rizki, maka manusia seperti ini tidak percaya pada Allah, pada ketetapan mendapatkan rizkinya Allah.”
“Allah dalam memberikan rezekinya pada manusia tidak melihat agamanya, kasih sayang Allah tak tersekat agama, apapun agamanya umat manusia itu, tetap Allah berikan bagian rezekinya masing-masing.” Ungkap Kiai Sofyan Yahya.
“Untuk itu maka kita jangan menyalahgunakan ibadah untuk meminta rezeki, sholat buat minta rezeki, dzikir untuk minta rezeki, puasa buat minta rezeki, sehingga tujuan ibadah akan tergelincir padahal yang sepele ini.”
“Maka sholat dua rokaat itu lebih baik dari dunia seisinya, sebanyak apapun.”
“Dalam kitab Ihya ulumuddin dari imam Al Ghozali, jilid tiga, al qolbu, hati kita itu seperti benteng, maka syaeitan pun, selalu berusaha masuk dalam benteng hati kita untuk merusak iman kita. ”
“Iblis menganggu kedalam ke hati manusia itu banyak sekali.”
“Ibadah bukan sholat saja, bukan puasa saja, karena puncak amal soleh kita sebagai manusia adalah kemanusiaan, ketika puncaknya sudah kemanusiaan, maka ego agama akan hilang, karena jika sudah masuk dalam tingkat munculnya kesadaran sisi kemanusiaan, kita tak akan melihat agama dalam proses muamalah berhubungan dengan manusia lainnya, sehingga ketika membantu sesama manusia, itu adalah respon sisi kemanusian kita, adapun kita bisa beriman, berislam, itu karena adanya Hidayah Allah.” Ungkap Kiai Sofyan Yahya lagi.
“Ada amal yang tidak di anggap tapi itu malah esensial, yang malah membawa kita bisa masuk surga. Sehingga dalam ukuran waktu yang 24 jam, di sana banyak waktu untuk ibadah sosialnya, karena ibadah sosial itu, kapanpun bisa dilakukan, tidak dibatasi waktu, maupun keadaan siang dan malamnya. Manusia yg sangat banyak membantu manusia lainnya, maka Allah akan banyak memberi jalan kemudahan baginya.” Ulas Kiai Sofyan Yahya.
“Maka banyakan amal untuk membahagiakan ibu, maka dibukakan Oleh Allah dua pintu Surga, ridho Allah itu ada pada ridhonya Ibu, maka dunia dan akheratnya di selamatkan.” Pungkas Kiai Sofyan Yahya menutup tausiahnya.
Pewarta
Bambang Melga Suprayogi
Ketua LTN NU.