KH. Aceng A. Mujib : Kenapa Indonesia Tidak Mengupayakan Bentuk Negara Islam
[su_youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=kf0Gfs4LqZk” responsive=”yes” autoplay=”no”]
Bandung 22 Oktober 2019 Puncak Peringatan Hari Santri Nasional PCNU Kota Bandung menghadirkan da’i kondang Pimpinan Pondok Pesantren Fauzan yang sekaligus Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat beliau adalah KH. Aceng Abdul Mujib diawali dengan salam, Ceng Mujib meminta kesiapan para jama’ah untuk mengikuti pengajian hingga tuntas, Beliau juga izin menggunakan bahasa campuran Sunda dan Indonesia.
Atas dasar permintaan panitia HSN 2019 PCNU Kota Bandung Ceng Mujib diminta untuk memberi wejangan dan berbagi pengalaman untuk para santri. Beliau juga mohon izin kepada para sesepuh yang lebih tinggi ilmunya, lebih banyak ikhlasnya dan banyak pengalamannya.
Berikut poin-poin dakwah Ceng Mujib di acara Puncak HSN2019 PCNU Kota Bandung :
- Sejarah resolusi jihad menandakan bahwa peran kiyai dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan sangat banyak diperkiraka. 20 ribu nyawa hilang dalam perang melawan sekutu 10 November yang ber awal dari Fatwa RESOLUSI JIHAD Nahdlatul Ulama. “tidak ada hari santri tanpa resolusi jihad”
- Sejarah mencatat bahwa setelah kemerdekaan sekutu kembali dengan kekuatan penuh ingin merebut kembali kemerdekaan Indonesia dalam keadaan bingung bung Karno menerima saran dari Jendral Sudirmansupaya meminta pendapat Hadratus Syaikh Hasim Asy’ari tentang hukum membela negara yang azaznya bukan negara Islam, lalu Hadratussyaikh Hasim Asy’ari memerintahkan KH. Wahab Chasbulloh untuk mengumpulkan ulama-ulama se Jawa dan Madura untuk membahas Hukum membela tanah Air. atas hasil ikhtiar tersebut dan Istikharoh Hadratus Syaikh Hasim Asy’ari maka diputuskan bahwa : Hukum membela Tanah Air adalah Fardlu Ain dan sesiapa pun yang gugur dalam pertempuran maka matinya syahid. Atas dasar resolusi jihad tersebut para kiyai para santri dan arek-arek Suroboyo semangat bertempur melawan sekutu.