The news is by your side.

Kisah Hiraklius Tabayyun Kenabian Muhammad SAW

Abu Sufyan bercerita perjalanannya ke Syam pada masa perdamaian Hudaibiah, yaitu perjanjian antara Abu Sufyan dan Rasulullah SAW. Ketika ia berada di Syam, datanglah sepucuk surat dari Rasulullah SAW yang ditujukan ke Hiraklius, Penguasa Romawi.

Yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrah menyerahkan kepada Hiraklius.

Hiraklius lalu bertanya, “Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini?” Para kaum Heraklius itu menjawab, “Ya.” Abu Sufyan pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya untuk menghadap Hiraklius.

Setelah mempersilakan duduk, Hiraklius mulai mengajukan beberapa pertanyaan.

“Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini?” Tanya Heraklius.

“Aku,” jawab Abu Sufyan.

Heraklius mempersilahkan Abu Sufyan duduk lebih dekat dengannya, sementara teman-teman Abu Sufyan dipersilakan duduk di belakang Abu Sufyan.

Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya, “Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta.”

“Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan berdusta,” sanggah Abu Sufyan.

Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya, “Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?”

Abu Sufyan menjawab, “Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik.” Hiraklius kemudian bertanya lagi, “Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?”

“Tidak,” jawab Abu Sufyan.

Sang raja kembali bertanya, “Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya?”

Abu Sufyan pun menjawab Tidak. Heraklius kembali bertanya, “Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?”

Abu Sufyan menjawab, “Para pengikutnya adalah orang-orang lemah.”

Saking penasaran, Hiraklius bertanya kembali, “Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?”

“Bahkan mereka semakin bertambah.”

“Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?”

“Tidak.”

“Apakah kamu sekalian memeranginya?”

“Ya.”

“Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?” Heraklius melanjutkan pertanyaannya.

“Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya,” jawab Abu Sufyan dengan jujur.

“Apakah dia pernah berkhianat?”

“Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat.”

“Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?”

“Tidak.”

Hiraklius terus bertanya, “Apakah yang ia perintahkan kepadamu?”

“Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela,” jawab Abu Sufyan.

Mendengar itu  semua, tiba-tiba hati Hiraklius tersentuh. Ia menyatakan rasa simpatiknya pada Rasulullah dan ajarannya.

“Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya. Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini,” ucap Heraklius.

Kemudian Hiraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah SAW lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk Hiraklius, Penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran. Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. Jika kamu berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu. (Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah).”

Selesai membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Heraklius memerintahkan Abu Sufyan dan beberapa temannya keluar. Abu Sufyan pun berkata kepada teman-temannya ketika mereka sedang dalam perjalanan keluar istana Heraklius, “Benar-benar telah tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya ia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi.”

Atas kejadian itu, Abu Sufyan makin yakin dengan ajaran Rasulullah SAW. “Ajaran ini akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku,” ungkap Abu Sufyan.

Wallahu A’lam.

Sumber : islami.co

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.