KPAI Sesalkan Tindakan Intimidasi Anak di Care Free Day
Jakarta, NU Online
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susianah Affandy menyesalkan fasilitas rekreasi Care Free Day (CFD) yang tidak ramah anak, bahkan membuatnya menjadi takut disebabkan intimidasi orang dewasa untuk tujuan-tujuan politik.
Hal itu ia katakan saat mengomentari video tindakan perundungan (bully) terkait perbedaan politik yang mengakibatkan seorang anak menangis saat berlangsung CFD di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Ahad (29/4) pagi.
“Anak yang tengah bersama ibunya menangis dan ketakutan karena secara psikologis pada tersebut mereka merasa jiwanya terancam, sehingga menangis,” ujar perempuan yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU) itu.
Menurutnya, rekreasi adalah hak anak yang dijamin oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Fasilitas CFD yang diberikan pemerintah seharusnya digunakan untuk menjamin terpenuhinya hak anak atas rekreasi bersama keluarganya.
“Fasilitas ruang terbuka seperti ini sangat mahal dan sulit diakses oleh warga Jakarta,” ujarnya.
Di mata Susi, kasus yang terjadi di Bundaran HI memperlihatkan tentang perilaku politik yang arogan, bagaimana orang dewasa melakukan tindakan menggertak kepada pengguna CFD yang tidak sepaham dengan pilihan politiknya.
“Ironisnya tindakan tersebut dipertontonkan kepada anak-anak yang juga sedang rekreasi di car free day,” ujar perempuan yang turut menjadi pelopor kampanye perlindungan ibu dan anak yang dimotori oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani) itu.
Ia mengatakan, penyampaian aspirasi politik harus tetap mengindahkan kesantunan dan menghormati hak-hak anak. Anak harus terlindungi dari eksploitasi politik.
Oleh karena itu, KPAI mengimbau kepada warga negara untuk menyalurkan aspirasi politiknya secara benar, sehingga tidak memggunakan fasilitas publik yang justru mereduksi fungsinya.
Adapun kegiatan kampanye untuk kepentingan politik praktis yang sangat rentan terjadi konflik sosial, kekerasan, atau adu domba, sebaiknya tidak dilaksanakan di CFD, mengingat pesertanya berasal dari latar belakang pilihan politik yang berbeda dan mempertimbangkan anak-anak yang harus dijaga tumbuh kembangnya.
“Jadikan CFD sebagai ruang rekreasi keluarga yang ramah anak. Kalaupun selama ini fasilitas CFD digunakan untuk hal di luar rekreasi keluarga, kami tidak mempermasalahkan sepanjang untuk kepentingan kemaslahatan, seperti edukasi, penyuluhan, dan kampanye yang membangun partisipasi warga masyarakat,” pungkasnya. (Husni Sahal/Fathoni)
Sumber : NU Online