Mang Haji dan Dua Kitabnya

Belum kering rasanya saat ngadu bako, jagongan memberi komentar pada seorang rekan di Facebook yang menyebutkan bahwa pentingnya di pucuk-pucuk pimpinan Nahdlatul Ulama dari pusat hingga ranting dipimpin oleh Kiai yang paham manajemen kekinian. Pendapat itu tentu saya amini sambil menyebut contoh salah satunya Mang Haji.
Mang Haji, Almaghfurlah KH. Fuad Affandi tidak hanya dikenal sebagai Kiai geledegan, kiai besar murid Kiai NU legendaris Mbah Maksum Lasem, pengasuh Ponpes al-Ittifaq Ciwidey, Kiai agribisnis, Kiai entreprenuer, pimpinan tarekat “Sayuriyah”, pejuang kaum tani sekaligus petani atau ilmuwan bidang teknologi pangan yang menemukan menemukan MFA (Mikroorganisme Fermentasi Alami) dan tiga jenis pembasmi hama tanaman yang diberi nama Innabat (Insektisida Nabati), Ciknabat (Cikur Nabati), Sirnabat (Siki Sirsak Nabati), Betapur (Betadine Kapur).
Mang Haji juga penulis, yang saat ini jarang ditemukan, khususnya dalam menuliskan khazanah keislaman dalam bahasa Sunda. Dua buah buku dalam bahasa Sunda ditemukan beredar atas nama penulis : KH. Fuad Affandi, yang dalam bukunya lebih sering ditulis “Puad Apandi”.
Bukan kaleng-kaleng bukunya, menjelaskan kitab al-Hikam karya ibn ‘Athaillah dalam bahasa Sunda di “Bahasan ayat-ayat Hikam” serta Minhajul Ashfiya atau lengkapnya Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya karya Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi atau Syaikh Abu Bakar Syatha penulis I’anatut Tholibin dalam bukunya, “Kitab Azkiya”.
Kedua buku corak tasawwuf itu dituliskan dan dijelaskan dalam bahasa Sunda halus menyentuh nyaris bersajak. Sungguh ilmu rasa yang disampaikan dengan sepenuh rasa, menyentuh rasa.
Cocok sekali.
Di masa kini ini, bagi saya yang kuper, baru menemukan Mang Haji dan Ajengan Enoh atau KH Muhammad Nuh Addawami yang diketahui menuliskan khazanah keislaman khas Aswaja an-Nahdliyah dalam bahasa Sunda dengan cita rasa sastra berkelas.
” Jadi, pikeun jalma anu hayang nyukcruk galur nu laluhur, mapay jalan Auliya, nitih lari para wali, anu jadi kakasih Nu Maha Suci, nincak kana jalan anu dipikarido ku Pangeran, aya lima maqam anu undak menggah anjeun-Na.
Pikeun ngahontal eta perjalanan, taya deui jalannya kajaba kudu ngaraksa tur ngamalkeun kana ieu wasiyat para ulama ahli thashawwuf. anu insya Allah ku ieu cara, Allah bakal maparin futuh; tegesna muka keun baabul-fahmi.
Kalawan bakal dipaparin bashirah hate, nyaeta sugih ati. jembar dada, bari dipaparin tingkatan muskasyafah, tegesna dipaparin ngarti kana rasiah kapangeranan. “
Kutipan dari “Kitab Azkiya”.