Manusia Mahluk Kesadaran
Manusia.
Jadi Orang.
Jadi Mahluk Tuhan.
Ditumbuhkan kita, dalam jenjang tahapan fase perkembangannya…masuk kita pada masa menjadi :
Noktah.
Janin
Bayi.
Balita.
Anak.
Remaja.
Dewasa.
Tua.
Mati.
Hidup kita, Merupakan rangkaian sebuah perjalanan, yang kita semua dihidupkan, didalamnya sebagai mahluk mandiri.
Kita akan mengisi narasi, cerita, dan warna, bagaimana buku hidup kita itu, diceritakan, dan dituliskan oleh kita sendiri di setiap waktunya.
Kita sedang membuat buku panjang biografi hidup kita, yang sangat detail, akurat, lengkap dengan waktu dan masa yang kita tuliskan, saat peristiwa nya terjadi.
Buku kita yang belum tertulis, karena kita belum terlahir. Sudah di wawar wawar, di promokan, dan di infokan setiap saat oleh orang tua kita, sehingga orang lain di lingkungan kita, bisa mengenali kita, si jabang bayi, yang masih hidup berenang di air ketuban ibu kita.
Ada Pembukaan…
Kita di Promosikan ibu kita, sedari masuk di masa kehamilan, kita dipromosikan ibu bapak,.sanak famili, ke semua orang.
Mereka semua bangga, bahwa kita yang dikandung ini, adalah anak harapan, anak yang diinginkan, dan anak raja, putra, pangeran yang sedang dinanti.
Yaa…
Semua itu adalah ungkapan, ungkapan, rasa kegembiraan, wujud rasa suka dan adanya rasa sayang orang tua, segenap famili pada kita, walau kita itu masih dalam kandungan… subhanallah !!
Nah, perjalan diri itu, merupakan proses kesadaran -kesadaran, terbangunnya pengalaman satu kepengalaman lainnya, terjadinya interaksi, gesekan, yang membuat kita semakin kuat, semakin matang, dan semakin bijak.
Manusia adalah mahluk maha kesadaran, jika hanya sadar saja, ia hanya menempel tak berbekas, ketika disebut mahluk maha kesadaran, yang penulis maksudkan adalah,
..
Manusia dengan kesadarannya, harus mampu membentuk kesadaran-kesadaran baru, dan kesadaran sebelumnya, menjadi inti inti dari terbangunnya sifat dan karakter yang kuat, panjeg, atau tertanam dalam jiwa, sehingga bisa membentuk karakter utama, menjadi manusia paripurna.
Apa manusia paripurna itu ?
Artinya, manusia yang sudah mencapai kesempurnaan diri, Makrifat mengenal Tuhannya, dan akhirnya, ia hanya melihat banyak persoalan dunia dengan senyum dan rasa cintanya, yang memunculkan kewelas asihan pada sesama, pada mahluk Tuhan, dan pada semua yang ada di semesta ini.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn.