Menunggu Pengorbanan Para Pemimpin
Oleh: Toufik Imtikhani al Kalimasi, SIP.
PERAYAAN HARI Raya Idhul Adha 10 Dzulhijah 1441 H ( 31 Juli 2020 ) telah berlalu. Ibadah Haji telah diselesaikan dan hewan-hewan telah disembelih sebagai qurban.Seluruh prosesi ibadah dalam Bulan Dzulhijah, tepatnya pada Hari Raya Idhul Adha telah selesai. Semua prosesi itu pada hakekatnya adalah ibadah ritual-simbolik yang perlu diterjemahkan dalam langkah-langkah konkret untuk kemaslahatan umat manusia. Kemaslahatan umat manusia dikarenakan semua ajaran agama, termasuk ibadah Haji dan qurban, pada dimensi tertentu memang diperuntukan untuk manusia, meskipun pada dimensi yang lain dipersembahkan untuk Tuhan.
Seluruh rangkaian ibadah Haji dan qurban pada hakekatnya merupakan proses asketis dengan menghancurkan yang profan dan fana, untuk mencapai yang eskatis dan abadi, dari materialisme kepada spiritualisme, dari materialistik kepada spiritualistik.Upaya ini tentu menbutuhkan kekuatan berupa keyakinan, disebabkan dimensi yang profan dan fana itu nyata dan nampak di depan mata, sedangkan dimensi yang eskatis dan abadi seperti sebuah utopia.
Ibadah haji bertujuan untuk memperoleh haji yang mabrur ( diterima ), yaitu haji yang menyebabkan pelakunya meresapi makna haji sebagai perjalanan spiritual yang mengesamping sesuatu yang bersifat materialistik keduniawian, sehingga dalam kehidupan nyata mereka kelak mengutamakan pengabdian kepada Tuhan dengan segala dimensinya, termasuk dimensi kemanusiaan. Mengagungkan etika dan peradaban secara menyeluruh, menjadikannya makhluk yang bermanfaat kepada sesama.
Ibadah qurban adalah simbol ketaatan kepada suatu perintah dari Allah, sebagaimana Ibrahiem ketika diperintah untuk menyembelih Ismail anak yang dicintai dan mencintainya. Tidak penting arti sembelihan itu, tetapi jalan ketaatan dan ketundukan tanpa reserve itulah yang penting. Allah sedang menguji hamba-Nya tentang ketaatan semata-mata. IA tidak membutuhkan rezki dari manusia. Itulah mengapa Tuhan berfirman Layyanalallohu lukhu muha wa laa dimaauha wa laa qiyyanan luhut taqwa minkum, yang artinya, tidak sampai darah dan daging qurban itu, yang sampai adalah jalan taqwamu( QS.Al Hajj:37 ).
Buku lain :