Menunggu Pengorbanan Para Pemimpin
PARA pemimpin adalah para orang tua dari orang yang dipimpin. Sebuah bangsa atau masyarakat adalah sebuah keluarga besar. Setiap pemimpin hendaknya dapat menjadi dan memencarkan keteladanan bagi orang yang dipimpinnya. Para pemimpin adalah raja, pemilik, pengayom, pelindung, pemelihara dan sekaligus orang yang wajib membuat rakyatnya sejahtera dan bahagia (QS. Al Hasyer: 21 )
Ketika Tuhan menjadikan seorang pemimpin, maka hal itu tidak dilakukan tanpa dilengkapi dengan atribusi-atribusi kepemimpinan. Atribusi kepemimpinan itu diantaranya adalah kesucian, kewibawaan, kekuatan, dukungan, kecintaan rakyatnya, kekayaan harta dan kelebihan-kelebihan lainnya yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan. Contoh dalam Al Quran tentang kepemimpinan laki-laki atas perempuan ( QS. An-Nisa: 34 ). Dalam QS. Al BaqaraH: 228 diterangkan, bahwa seorang suami ( laki-laki ) mempunyai kelebihan-dibandingkan dengan perempuan ( istri ).
Atribusi seorang pemimpin seperti di atas, tentu tidak bersifat mutlak. Artinya, seseorang pemimpin dapat memiliki seluruh sifat di atas, sedangkan yang lainnya hanya memilki beberapa saja. Lengkap dan tidaknya sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin, akan menentukan berhasil dan tidaknya sebuah kepemimpinan.
Kelebihan seorang pemimpin atas orang yang dipimpinnya inilah yang harus dikorbankan secara maksimal. Seorang pemimpin jangan sampai justru menjadikan rakyatnya dikorbankan untuk kepentingan dirinya.
Pemimpin sosial adalah mereka yang secara duratif diberi dan diangkat sebagai tokoh sosial, yang mempunyai kewajiban memelihara nilai-nilai sosial. Masyarakat manusia adalah kelompok yang sangat dinamis bahkan terkadang fluktuatif dan revolusioner. Nilai-nilai sosial, budaya dan tentu saja etika tidak dapat di-frame-kan dalam satu konstruksi sejarah sosial tertentu, karena nilai-nilai sosial itu selalu bergeser dari waktu ke waktu. Tugas para pemimpin sosial adalah mengawal perubahan agar lebih terarah dengan cara men-design perubahan dengan cara apa dan bagaimana agar setiap perubahan yang terjadi tidak menimbulkan reperkusi dan resiko sosial yang besar. Mereka juga berperan sebagai key person dalam lalu lintas komunikasi inter dan intrakelompok sosial dalam masyarakat ( Astrid Soesanto Soenaryo, Komunikasi Massa, 1984 ).
Komunikasi berperan penting dalam perubahan sosial ( Everet M. Rogers, Komunikasi Pembangunan, 1988 ). Maka dalam perubahan sosial, disadari atau tidak, para pemimpin sosial berperan penting dalam mendorong inovasi dan bahkan transformasi sosial. Dengan demikian mereka harus mengorbankan sebagian nilai-nilai lama yang bersifat patron-client, paternalistik dan feodalistik. Mengapa harus mengorbankan? Sebab nilai-nilai tersebut adalah sistem nilai yang menjunjung derajad sosial mereka dalam kasta yang lebih tinggi dari masyarakat kebanyakan. Budaya feodalistik menghasilkan budaya vertical oriented. Budaya semacam inimerupakan nilai yang menghambat pembangunan ( Koentjaraningrat, Manusia dan Mentalitet Pembangunan, 1974 ).
Tetapi suka atau terpaksa, hampir mustahil para tokoh masyarakat dapat membendung perubahan di era komunikasi digital saat ini.
***
Buku lain :