The news is by your side.

Menunggu Pengorbanan Para Pemimpin

Para pemimpin agama adalah mereka yang memancarkan teladan moral kepada rakyat. Mereka meyampaikan yang hak melalui contoh teladan yang benar,  secara benar di saat situasi yang benar dengan objek yang benar. Materi, cara dan objek dakwah yang tidak benar akan menimbulkan ketidakharmonisan dalam masyarakat. Mereka para pemimpin agama harus menyadari bahwa mereka semua membawa misi profetik ( kenabian ) yang teramat mulia.

Mereka membawa niali-nilai religius di tengah kegersangan spiritual masyarakat. Maka mereka harus lebih spiritualis dan religius dahulu untuk memeberikan keteladanan kepada masyarakat. Mereka harus mengorbankan dirinya secara total, seperti seorang penggembala dalam perspektif kristiani, untuk membimbing domba-domba yang sedang kehilangan arah. Bukan bahkan mereka larut dalam materialisme dengan memanipulasi ayat-ayat suci, menjual agama untuk memperkaya diri sendiri. Di saat rakyat hidup susah, kemudian berpaling ke eskatologia agama sebagai harapan tekahirnya, para imam suci ini justru hidup mewah bergelimang harta dengan menjual doktrin, postulat, dan ritualisme agama dengan berbagai kemasan yang menipu rakyat.

Para orang kaya harus mengorbankan hartanya kepada si miskin, dalam bentuk infaq, sadaqah, ataupun zakat. Agama dengan tegas memerintahkan bahwa dalam harta si kaya terdapat hak si miskin. Bayarlah upah pekerjamu sebelum kering keringatnya.

Al Qur’an dengan gamblang memerintahkan kepada orang kaya untuk menginfakkan harta kepada yang berhak menerimanya. Al Qur’an bahkan memperingatkan dengan dimensi waktu, yaitu sebelum kematian datang dan juga sampai suatu hari yang tidak ada jual beli dan pertolongan. Artinya, kelak harta orang kaya yang tidak diinfakkan akan merupakan kesia-siaan.

Para intelektual jangan menjadikan ilmunya sebagai komoditas yang diperjual belikan. Anugrah kecerdasan yang mereka terima harus bermanfaat bagi orang laian. Setiap orang dan masyarakat dalamhidupnya selalu menghadapi masalah yang kompleks. Para ilmuwan sudah seharusnya diminta atau tanpa diminta, rela menjadi bagian yang integral dalam proses setiap pemecahan masalah. Jika tidak demikian, maka mereka sesungguhnya adalah para pelacur intelektual yang memperjualbelikan ilmu yang mereka miliki.

Maka moral hazart berkembang dikalangan para pemimpin negeri. Tak jemu-jemunya mereka menampakkan kehidupan hedonis. Korupsi merajalela melibatkan para politisi, ekonom, tokoh masyarakat, para pemimpin agama, dan pejabat birokrasi. Uang yang seharus untuk kepentingan rakyat dan memang berasal dari rakyat, digunakan untuk kepentingan pribadi dan golongan. Para pemimpin seharusnya mengorbankan dirinya sebelum rakyat hidup sejahtera. Mereka harus mencontoh tekad Mahapati Gajah Mada dengan sumpah Palapa-nya, bahwa Ia tidak akan hidup enak sebelum Nusantara bersatu di bawah bendera Majapahit. Tetapi para pemimpinjustru bersumpah untuk memakmurkan dirinya sendiri di tengah kesengsaraan rakyatnya.****

Cilacap, 10 Agustus 2020.

*) Penulis adalah pengasuh pondok pesantren Daarut-Taubah wa tarbiyah Cilacap.

Penulis
Toufik Tmtikhani

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.