Perempuan Sebagai Madrasatul Ula
Kondisi dan posisi perempuan pra kenabian sangat memprihatinkan, di Arab Saudi sebelum datangnya Islam perempuan sangat direndahkan, posisi perempuan adalah hanya sebagai penyalur seks dan hanya bertugas mengurusi rumah tangga. Hal ini dibuktikan dalam catatan sejarah bahwa saking hinanya perempuan pada zaman tersebut, jika disalah satu keluarga ada yang melahirkan dan yang lahir adalah bayi perempuan hal ini adalah kabar buruk dan menjadi aib keluarga, bahkan bayi perempuan tersebut akan dikubur hidup-hidup.
Tidak hanya itu, jika bayi perempuan dibiarkan hidup, maka posisinya nanti hanya akan menjadi budak dan istri kaum lelaki yang boleh digauli oleh semua orang, termasuk yang bukan suaminya. Kondisi rendah perempuan zaman jahiliyyah diperparah lagi dengan tradisi bahwa jika perempuan sedang pada masa haid maka perempuan tersebut akan ditempatkan jauh dari permukiman dan disatukan dengan kandang ternak. Inilah kondisi dan posisi perempuan pada masa sebelum datangnya Islam.
Namun, setelah datangnya Islam yang dibawa oleh baginda Nabi Muhammad SAW, perempuan diangkat derajatnya. Perempuan dalam ajaran Islam diposisikan sama dengan laki-laki dalam hal hak dan kewajiban, semua tradisi jahiliyyah mengenai diskriminasi perempuan dihapuskan. Dalam Islam yang membedakan antara laki-laki dan perempuan adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu isu feminisme lahir sejak Islam itu didakwahkan oleh Rasulullah SAW.
Bahkan dalam Islam, perempuan mengalami setidaknya dua maqom special dalam hidupnya yaitu ketika menjadi istri dan ibu. Ketika menjadi istri, suami yang ingin mendapatkan kelancaran rizki dalam usaha kasabnya harus bisa membahagiakan istrinya tersebut, maka kunci keberhasilan dan kelancaran seorang suami dalam dunia karier ada pada kebahagiaan seorang istri.
Ketika sebagai seorang ibu, posisi perempuan akan semakin syakral khususnya terhadap putra-putriya, surga ada ditelapak kaki ibu, maka jika seorang anak ingin mendapatkan kebahagian di dunia lebih-lebih di akherat maka harus bisa menghormati orang tua lebih lagi ibunya. Hal ini diperkuat dengan hadist nabi Muhammad SAW yang menyebutkan ibumu sampai tiga kali baru ayahmu.
Begitu spesialnya perempuan, dalam Al-quran di abadikan satu surat mengenai perempaun yaitu surat An-nisa (perempuan). Dan salah satu kodrat perempuan adalah dilindungi, bukan malah dikucilkan dan dipandang rendah sebagaimana yang terjadi pada masa jahiliyyah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS An-nisa ayat 34 yang artinya:
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberi nafkah dari hartanya”.
Dari ayat tersebut begitu jelas bahwa posisi perempuan harus diberikan kebahagiaan sebagai seorang istri oleh suaminya dan sebagai ibu oleh putra-putrinya. Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiri dekat tangan untuk dilindungi dan dekat hati untuk disayangi.
Bahkan perempuan atau istri yang memiliki ketaqwaan yang luar biasa kepada Allah SWT dalam sebuah hadits diibaratkan sebagai perhiasan dunia, hadits tersebut yaitu “dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah istri yang shalihah”
Posisi perempuan juga ternyata sangat menentukan nasib bangsa dan negara. Dikatakan dalam sebuah hadits bahwa: “perempuan adalah tiang negara, jika baik perempuannya maka baiklah negaranya dan jika rusak perempuannya maka rusak pula negaranya”.
Dari keterangan ini kita bisa menyimpulkan bahwa peran perempuan juga bisa menentukan maju dan mundurnya negara, jika perempuan yang baik maka akan bisa membimbing anak-anaknya menjadi baik sebagai penerus perjuangan agama, nusa dan bangsa, dan sebaliknya jika perempuannya buruk maka tidak bisa membimbing dan mengajarkan anak-anaknya, padahal anak-anaknya adalah penerus perjuangan bagi agama dan negara di masa yang akan datang.
.Maka dari sini kita bisa mengetahui, bahwa pendidikan bagi perempuan sangatlah penting, perempuan yang melanjutkan pendidikannya baik ke perguruan tinggi, atau ke pondok pesantren ataupun melanjutkan belajar hidup mandiri dan bekerja golnya adalah untuk bisa mendidik anak-anaknya nanti.
Perempuan sebagai madrasah pertama bagi putra-putrinya merupakan didikan pertama yang akan berpengaruh ke masa depan anaknya, jika dididik dengan baik, diajarkan pemahaman keagamaan yang baik, diajarkan dan dicontohkan ahlaq yang baik maka besar kemungkinan anak akan menjadi pribadi yang baik dalam pandangan agama dan negara.
Peran sentral perempuan sebagai sekolah pertama bagi putra-putrinya inilah yang harus menjadi kesadaran semua perempuan di Indonesia, bahwa untuk memajukan agama Islam, bangsa dan negara Indonesia diperlukan peranan perempuan terutama bagi seorang ibu untuk terus berjuang mendidik anak-anaknya dengan baik. Tugas mulia inilah salah satu yang dimaksud dalam hadits diatas bahwa perempuan adalah tiangnya negara. Maka teruslah bersemangat bagi perempuan-perempuan hebat kebanggaan Indonesia.
Wallahu’alam