The news is by your side.

Puasa: Titik Temu Universal Agama-Agama

Refleksi Seorang Gadis Tionghoa Katolik untuk Perdamaian dan Peradaban

oleh:
*Vanessa Shania, S.H., M.Kn.*
_(Kepala Departemen Lintas Agama Alumni Penabur Indonesia & Nahdliyin Tionghoa)_

Di dunia yang sering kali dilabeli dengan perbedaan, jarang kita menyadari bahwa ada banyak hal yang justru menyatukan kita sebagai umat manusia. Salah satu di antaranya adalah puasa. Puasa bukanlah hanya soal menahan lapar atau berpantang terhadap suatu hal, tetapi juga soal menjaga keimanan pribadi dan komitmen kita kepada Sang Pencipta. Meskipun bentuk dan waktunya berbeda di tiap tradisi, puasa adalah praktik spiritual yang ditemukan hampir di semua agama besar di dunia.

Dari sudut pandang saya sebagai seorang gadis remaja Katolik, puasa bukan sekadar ritual, melainkan titik temu universal yang dapat membawa kita pada perdamaian dan peradaban yang lebih manusiawi.

*Puasa dalam Tradisi yang Berbeda, Makna yang Sama*

Dalam Gereja Katolik, puasa terutama dijalankan selama masa Prapaskah—waktu pertobatan, refleksi, dan pengendalian diri menjelang Paskah. Umat Muslim mengenal puasa Ramadhan, umat Hindu memiliki praktik puasa pada hari-hari tertentu seperti Ekadashi atau Nyepi, dan umat Buddha menjalankan puasa dalam semangat disiplin spiritual. Atau juga puasa dalam tradisi Konghucu. Tata cara pelaksanaannya mungkin berbeda, tetapi hal inilah yang membuat kita kaya dengan keragaman dan kuat dalam cinta kasih akan sesama manusia.
Momen puasa kembali mengingatkan kita untuk kembali ke dalam diri, membersihkan hati dari nafsu, dan menguatkan kepedulian terhadap sesama.

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.