The news is by your side.

Cobaan : Jalan Kita Menemukan Para KekasihNya

Cobaan : Jalan Kita Menemukan Para KekasihNya | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratMenerima takdir, saat kita terhimpit, dalam keadaan susah, miskin, sakit, di jauhi dan tercampakan, bukan berarti kita telah pasrah, tak berusaha berikhtiar, untuk keluar dari keadaan yang membuat kita terpuruk, dalam cobaan yang kita hadapi.

Bisa jadi kita telah berusaha sekuat tenaga, buat terlepas dari keadaan tersebut, namun apa daya, Tuhan masih mengkondisikan kita untuk berada diposisi ini.

Yaa, bila kita telah berkeluarga, beban bukan saja hanya di diri kita.
Tapi ada anak istri yang perlu kita jaga, perlu kita nafkahi, dan perlu kita kuatkan mental dan semangatnya, agar keadaan yang teralami, jangan sampai merusak keyakinannya, bahwa ada Allah Maha pemberi keberkahan dan Maha Penolong, yang akan mengentaskan semua permasalahan dan kesulitan manusia.

Pada kondisi seperti ini, kita akan disadarkan dengan keadaan yang nyata, bahwa betapa dunia ini sangat selektif, dunia ini penuh tantangan, dunia ini akan sangat terlihat kejam, mengilas mereka yang lupa berikhtiar.

Tapi untuk yang telah melakukan ikhtiar, namun belum membaik kondisi kehidupannya, kita mesti bersabar. Saat yang tepat bisa jadi belum mendekat kepada nasib baik kita.

Menerima takdir dengan keikhlasan, akan membuat jiwa kita tenang.
Menerima takdir dengan keimanan, akan membuat kita kuat secara spiritual.

Manusia banyak yang memandang kebahagian dengan keberlimpahan secara materi. Mereka seakan di buat hanya mampu melihat, dari satu sisi sudut pandang saja, yakni berlimpahnya harta duniawi, pasti membuat orang tak memiliki kesedihan, dan keperihan.

Cobaan Tuhan tak melihat keberadaan kita, kaya atau sengsara.
Cobaan Tuhan datang pada siapa saja untuk menguji kadar kekuatan ketaqwaan, keimanan, dan keyakinannya.

Yang berharta akan di coba, dan di uji dengan hartanya.
Yang sengsara akan di uji atas kepapaannya.

Semua ujian itu merupakan kunci kesadaran, kunci pada ditemukannya sebuah jawaban, bahwa apa yang kita punya, sesungguhnya tiada berharga, fana, dan tak memiliki nilai yang berarti, yang bisa menolong kita menjadi manusia mulia, menjadi manusia yang diselamatkan hidupnya, baik di dunia maupun di akherat.

Jawaban atas cobaan adalah ikhlas, terus berikhtiar, dan harus mencari sosok guru, atau Mursyid yang bisa membukakan jalan pencerahan diri, untuk sampai pada terbukanya qolbu batin kita.

Kita tak bisa menyelesaikan sendiri kesulitan kita.
Maka jalan terbaik karena kita mahluk sosial adalah, selalu mencari, dan mau bertanya.

Siapa yang kita cari ?
Siapa yang kita datangi untuk bertanya itu ?

Carilah para guru-guru, Mursyid mulia.
Mereka yang bisa menuntun pada terentaskannya kesulitan kita.

Bisa jadi kita berusaha keras untuk menemukannya.
Tapi bila tak bertanya, pada manusia yang mengenali para guru-guru mursyid tersebut, kita tak akan tahu keberadaan mereka.

Dan untuk sampai pada merekapun, kita akan disamarkan dengan menemukan karakter-karakter sosok yang menyerupai para guru mulia itu.

Tapi bagaimanapun mereka mencoba menyerupai para guru suci itu, kedisiplinan dalam melakukan ketaqwaan, tak akan sanggup mereka ikuti, dan itulah pembedanya.

Maka untuk mendapatkan para guru mulia, kita akan sangat mudah mengenalinya dari sisi ketaqwaan yang melekat pada mereka.

Kenali mereka dari banyaknya melakukan amalan ibadah.
Kenali mereka dari perilakunya yang menghargai sesama.
Kenali para guru-guru itu dari pandangannya yang bijaksana.
Kenali para calon Mursyid kita itu, dari arahannya yang membuat kita pintar, tak mendoktrin, dan menjauhi kebodohan diri, tak ada kata, kita harus taklid buta padanya, sehingga dibuat fanatik berlebihan padanya, hingga kita tak mampu berpikir normal.

Dalam keterpurukan dan cobaan, kita harus bisa menemukan para guru mulia ini, karena pada merekalah, Allah taruh kunci, kunci pada pembuka pintu Rahmat Allah, yang bisa mengantarkan kita untuk mengenali jalanNya, mengenali cara-cara agar kita sampai padaNya, dan utamanya, kita menjadi manusia yang kembali pada fitrah diri, menjadi manusia suci, yang mulia.

Cobaan bagi semua manusia, merupakan jalan untuk menemukan kebenaraNya, menemukan tali pengait iman, menguatkan hati kita, hingga bisa menemukan para kekasih-kekasihNya.

Dan sudah sewajarnya, menghadapi cobaan itu, kita hadapi dengan penuh kesadaran, ketawakalan, dengan Punuh kesabaran, penuh keikhlasan, jangan kagetan, dan jangan mati langkah mencari jalan keselamatan diri.

Ikhtiar kita tidak akan pernah berhenti, selagi nafas masih Allah karuniakan, maka selama hidup kita itu, kita selalu mencari tautan dengan para kekasih Allah, yang bertebaran di seluruh pelosok bumi, bersembunyi dalam terang, dan mereka itulah mutiara Illahi yang keberadaannya, harus kita temukan… insyaallah.

Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn
Ketua LTN NU kabupaten Bandung.
Ketua Bidang di PD. DMI Kabupaten Bandung.

Leave A Reply

Your email address will not be published.