Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari Peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia

وثيقة اعلان الاستقلال نحن الشعب الاندونيسي نعلن بهذا استقلال إندونيسيا سيتم تنفيذ الامور المتعلقة بتحويل السيادة وغيرها بحكمة وفي اسرع وقت باسم الشعب الاندونيسي
توقيع سوكرنو و محمد حتي
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”
(Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 45)
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
LTN NU Jawa Barat, Dindin Nugraha – Tidak, saya tidak sedang menuliskan sendiri teks proklamasi ke dalam bahasa Arab. Teks tersebut tertulis dalam buku “Shafahāt min Tārīkh Indūnisīyā” (Lembar-lembar Sejarah Indonesia) yang ditulis Muhammad Asad Shahab, pewarta kemerdekaan Indonesia di jazirah Arabia. Konon, lima Negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia yaitu Mesir, Suriah, Libanon, Yaman, dan Arab Saudi tidak terlepas dari jerih payah tangan dan pikiran Muhammad Asad Shahab.
Terlahir di Jakarta pada 23 September 1910 dari keluarga Betawi berdarah Arab. Asad Shahab adalah jurnalis keturunan dari Hadhramaut, Yaman. Ayahnya, Ali Shahab adalah seorang tokoh Arab Betawi yang termasuk salah satu tokoh perintis Jamiat Kheir, organisasi Islam modern pertama di Hindia Belanda. Pada 2 September 1945, M Asad Shahab juga mendirikan kantor berita Arabian Press Board (APB). Pada masanya, penguasaan bahasa Arab dan kemahiran jurnalistiknya berhasil memikat para pembaca di Timur Tengah untuk terus mengikuti kabar terbarunya.
Muhammad Hasyim Asy’ari: Awwalu Wadhi’ Labinati Istiqlal Indunisiyya
Buku penting dan memuat sejarah berharga lainnya yang ditulis Muhammad Asad Shahab adalah “Muhammad Hasyim Asy’ari: Awwalu Wadhi’ Labinati Istiqlal Indunisiyya” (Muhammad Hasyim Asy’ari: Peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia). Sebuah biografi ringkas Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang ditulis dalam bahasa Arab. Buku ini penting dibicarakan karena memuat catatan sejarah peran Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Tokoh Utama Kemerdekaan Indonesia adalah Ulama
Asad memulai tulisan dengan pujian terhadap Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Asad terkesan bahwa tokoh utama dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia adalah dari barisan ulama yang pernah belajar di Mekkah.
Pulang ke Hindia Belanda dan Mendirikan Pesantren Tebuireng
Asad kemudian meneruskan tulisannya tentang kiprah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari setelah pulang ke Hindia Belanda. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari segera mendirikan pondok pesantren di wilayah Tebuireng, Jombang. Di wilayah tersebut terdapat pabrik gula dan rawan tindak kejahatan. Namun, Asad menyebutkan tantangan terbesar bagi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari adalah upaya Pemerintah Hindia Belanda yang berusaha menghalangi pendirian pesantren Tebuireng. Dalam catatan biografi ini, setelah gagal secara formal menghalangi pendirian Tebuireng, Belanda bekerjasama dengan pelaku kejahatan untuk menteror Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya peristiwa baku hantam antara para peneror dengan santri-santri dan guru di Tebuireng waktu itu. Beberapa bangunan juga rusak.
Mendirikan Nahdlatul Ulama
Di bagian selanjutnya, ketika menjelaskan peran Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dalam pendirian Nahdatul Ulama, Asad kembali menggambarkan bagaimana Pemerintah Hindia Belanda berusaha mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk menghalangi pendirian Nahdlatul Ulama (NU).
Di masa itu, NU terus diawasi pergerakannya. Belanda juga mengeluarkan siasat lain berupa tuduhan bahwa gerakan yang dilakukan pendirian Nahdatul Ulama ini sebenarnya menentang Belanda sebagai pemerintah yang sah (al-hukumah al-syar’iyyah) versi Belanda. Tapi itu tidak membuat NU goyah. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari terus mengembangkan NU dari Tebuireng.
Fatwa – fatwa
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa-fatwa agar masyarakat secara bertahap meninggalkan simpatinya sama sekali terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari memulai dengan fatwa pengharaman menerima bantuan dari Belanda dalam bentuk apapun. Di lain waktu, ketika Kekaisaran Jepang mulai melancarkan serangannya ke Indonesia, Belanda meminta bantuan rakyat Hindia Belanda untuk mau membantu dengan dalih membela “tanah” mereka yang akan direbut oleh Jepang. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari kemudian berfatwa bahwa haram hukumnya untuk ikut serta membantu Belanda.
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Mendukung Gerakan Anti-Penjajahan
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, dalam catatan Asad, membangun komunikasi dengan banyak tokoh-tokoh pergerakan Islam di dunia yang sama-sama tengah berjuang melepaskan diri dari cengkraman kolonialisme Barat, seperti Ali Jinnah dan Muhammad Iqbal (Pakistan) sampai Syakib Arslan (Syam/Suriah).
Ketika terjadi pemberontakan di Maroko melawan Spanyol dan Prancis pada tahun 1924 di bawah pimpinan ‘Abd al-Karim al-Khattabi, Mbah Hasyim mengadakan gerakan masa dan sekian pertemuan untuk mendukung gerakan al-Khattabi.
Saat belajar di Haramain pun pernah mengumpulkan teman-temannya dari negara yang dijajah oleh kolonialisme Barat. Lalu, sama – sama berdoa di hadapan Ka’bah agar diberi kekuatan untuk berjihad melawan penjajah saat pulang nanti.
Dari apa yang telah ditulis Asad, kita temukan bahwa Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari adalah tokoh ulama yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan peletak fondasi kebangsaan Indonesia juga. Kehidupan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari tidak pernah lepas dari sikap patriotik dan cinta tanah air, berupa pembelaan terhadap tanah airnya. Kebangsaan merupakan bagian misi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.
Semoga kita mensyukuri kemerdekaan yang ke-77 ini, dan tidak merongrongnya lagi (dengan gaya penjajah) dengan bertanya, apa dalilnya mengikuti acara peringatan kemerdekaan, apa dalilnya cinta tanah air dan seterusnya. Wallahu A’lam.