Halal bi Halal 2018, Silaturahmi, Syawal, Politik, Organisasi sampai Sepak Bola
Jumat,29/06/2018 seluruh pengurus PWNU Jawa Barat dan tamu undangan berkumpul di lingkungan PWNU Jawa Barat dalam suasana akrab penuh persaudaraan, tegur-sapa, canda-tawa pecah di sana-sini saat bertemu dalam acara halal bi halal tahun 2018.
Acara utama sendiri digelar ba’da ‘Isya di Masjid PWNU Jabar. Dipandu oleh Ustadz Dr. Ramdan Fawzi acara dimulai dengan pembacaan ayat suci al-Quran, pembacaan shalawat bersama-sama dan hadharah. Acara selanjutnya diisi dengan sambutan dari KH Hasan Nuri Hidayatullah, Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat dan mauidhoh dari KH Muhammad Nuh Ad-Dawami Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat.
KH Hasan Nuri Hidayatullah, Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat memberikan sambutan dengan menyampaikan tahniah Idul fitri, permohonan maaf lahir-batin serta menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh jajaran pengurus PWNU Jawa Barat yang telah berkhidmah hampir 2 tahun ini dalam organisasi.
Selain itu Gus Hasan juga menyampaikan beberapa perkembangan beberapa program baik pembangunan fisik dan organisasi serta menyampaikan program yang akan dilaksanakan di waktu yang akan datang.
Selanjutnya, KH Muhammad Nuh Ad-Dawami Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat, dalam mauidhoh menyampaikan banyak hal mulai dari hikmah bulan Syawal, Pilkada Jawa Barat, organisasi sampai taktik sepak bola.
Syawal yang di dalamnya ada Idul fitri adalah bulan bergembira bagi umat Islam. Dalam sebuah hadist disebutkan, “Hak bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan (janji) Rabbnya.”
Teristimewa, Syawal 1439H / Juni 2018 ini bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Jadi siapa saja yang menang atau kalah diharapkan tetap bergembira, terutama perlu disyukuri Pilkada di Jawa Barat ini dinilai berjalan dengan aman dan lancar serta tidak banyak beredar hoax dan haok (sunda : membentak, dimaknai caci-maki).
Namun untuk mencapai kegembiran tersebut, khususnya di akhirat diperlukan beberapa hal
- Mati dalam keadalan husnul khotimah, mati dengan membawa iman, membawa 2 kalimat syahadat.
- Puasanya harus diterima. Ingat, Nabi pernah bersabda: “Banyak orang yang berpuasa, hasilnya hanyalah lapar dan dahaga.”
- Timbangan kebaikkan lebih berat dibandingkan timbangan kejelekkannya.
- Keluar dari komunitas orang-orang yang bangkrut
Suatu ketika Nabi Muhammad SAW bertanya kepada shahabat-shahabatnya: “Tahukah kalian siapa itu yang disebut orang bangkrut?” Mereka pun menjawab, “Kalau di kita, orang bangkrut ialah orang yang sudah tak lagi punya uang dan barang.”
Ternyata Nabi Muhammad SAW mempunyai maksud lain. Terbukti beliau berkata: “Sesungguhnya orang bangkrut di antara umatku ialah yang datang di hari kiamat kelak dengan membawa pahala-pahala shalat, puasa, dan zakat; namun dalam pada itu sebelumnya pernah mencaci ini, menuduh itu, memakan harta ini, mengalirkan darah itu, dan memukul ini. Maka dari pahala-pahala kebaikannya, akan diambil dan diberikan kepada si ini dan si itu, kepada orang-orang yang yang telah ia zalimi.
Jika pahala-pahala kebaikannya habis sebelum semua yang menjadi tanggungannya terhadap orang-orang dipenuhi, maka akan
diambil dari keburukan-keburukan orang-orang itu dan ditimpakan kepadanya; kemudian dia pun dilemparkan ke neraka.” (Darihadis shahih riwayat imam Muslim bersumber dari shahabat Abu Hurairah). Na’udzu billah min dzalik.
Dari pernyataan Nabi Muhammad SAW tersebut, kita menjadi tahu betapa pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama. Untuk itu, agar kita tidak menjadi orang bangkrut di akhirat, PWNU Jabar melaksanakan acara Halal bi halal. Tidak hanya untuk saling meminta maaf, tapi juga untuk menjalin silaturahmi. Karena silaturami itulah kunci turunnya rahmat Allah SWT dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah ‘azza wajalla berfirman, “Akulah Sang Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku pula yang mengambilkannya dari nama-Ku. Barangsiapa menyambung rahim (tali kekeluargaan) maka Aku tersambung dengannya, dan barangsiapa memutusnya Aku pun terputus darinya.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud)
KH. Nuh AdDawami juga menyampaikan apresiasinya kepada seluruh jajaran pengurus Tanfidziah PWNU yang dalam tahun politik ini dinilai mampu berpegang teguh pada hasil muktamar ke-33 lalu dan menunjukkan sikap yang dewasa dalam berpolitik. Di sisi lain Beliau menyampaikan bahwa cita-cita untuk meraih kedudukan tertinggi kita semua adalah menjadi Abdullah, hamba Tuhan sebagaimana disebutkan dalam ayat isra-miraj QS. Al-Isro ayat 1 “Subhâna ladzii asro bi’abdihi…”
Beliau juga berpesan agar dalam berorganisasi bisa meniru taktik dan permainan sepak bola, bisa bekerjasama dengan baik untuk menghasilkan gol. Harus dipahami bekerjasama sesuai dengan perannya masing-masing, mungkin ada yang berperan sebagai penjaga gawang, slender / bek dan juga striker.