The news is by your side.

Hidup Berumah Tangga itu Kompromi

Berumah tangga adalah untuk membangun suatu jalan kemaslahatan bagi bersama, membangun jalan kebahagiaan, membangun ketentraman batin, dan menyempurnakan agama.

Manusia dipasang pasangkan oleh Allah untuk saling bisa mengisi satu sama lainnya, untuk bisa saling menyempurnakan kehidupannya, dan membangun puncak kebahagiaannya.

Berbahagialah mereka yang sudah diberi pasangan hidup, memiliki kehidupan baru dengan pasangannya, memiliki masa depan yang jelas untuk diperjuangkan bersama.

Ingat ketika hati kita dan pasangan kita dipersatukan oleh rasa cinta, oleh rasa rindu, oleh rasa ingin memiliki satu sama lainnya.

Hingga cinta yang telah ada, akhirnya berujung pada keyakinan bahwa ia adalah jodoh kita, yang Tuhan hadirkan, untuk bersama-sama dengan kita, mengarungi kehidupan bersama, dalam satu mahligai rumah tangga, hingga akhirnya kitapun akan memperjuangkan hidup, dan masa depan, untuk menjemput rezeki yang Allah siapkan bagi kita, dan akhirnya melahirkan generasi baru, penerus-penerus bagi kita.

Membangun rumah tangga tidak terlepas dari terbangunnya keyakinan kita atas pasangan kita masing-masing. Saling dukung, saling bantu, dan saling berbagi peran, akan membuat indah mahligai biduk rumah tangga yang kita bangun.

Salah faham, berbeda persepsi, ataupun kadang salah orientasi dalam mencapai suatu tujuan, pastinya ada dalam berumah tangga.

Ditambah bumbu ujian saat berumah tangga sudah pasti hadir, dan itu, akan benar-benar menguji keutuhan rumah tangga kita.

Lantas, sebagai suatu pembuktian bahwa, apakah cinta kita yang saat dulu kita perjuangkan, bisa mampu kita pertahankan !
Apakah kita benar, bisa menjaga keutuhan rumah tangga kita.

Ada api cemburu yang dimainkan syaitan untuk ia mainkan.
Ada sisipan membuka kecurigaan yang syaitan hembuskan.
Ada kemarahan-kemarahan emosional yang menganggu kejiwaan kita, saat kita tak kontrol diri, dan tak bisa berpikir jernih.

Cemburu, kecurigaan, marah, tak kontrol diri, acuh, ingin balas dendam, dan akhirnya bahkan ada yang lari dari kenyataan hidup, hingga cerai dan berpisah, merupakan godaan-godaan yang sebenarnya bisa kita hindari dengan membangun kesadaran sejati, bahwa yang kita cari dalam berumah tangga adalah kebahagiaan.
Dan kebahagiaan itu lah tujuan kita berumah tangga.

Bahagia itu ada pada ketenangan, ketentraman, dan saling percaya.
Bahagia itu hadir pada kesederhanaan cara kita berpikir, dan berpikir kitapun jangan macam-macam.

Menghormati keberadaan Cinta, atas dasar rasa cinta yang ada pada keduanya, akan membuka pintu kesetiaan, keterbukaan, dan keutuhan, dalam menjaga biduk cinta yang tengah mengarungi samudra luas, tanpa bisa digoyahkan oleh gelombang laut setinggi apapun.

Semua ujian dalam berumah tangga yang kita hadapi, akan menjadi riak kecil yang tak akan berarti, jika kitanya pun tak mempermasalahkan riak kecil itu. Bahkan andai gelombang ganas menerjangpun, jika kitanya tenang, waspada dan penuh kehati-hatian menghadapinya, kapal akan tetap selamat bisa kita bawa sampai tujuan.

Tapi riak kecil akan jadi penyebab oleng dan tenggelamnya kapal kita, jika kita menghadapinya penuh ketakutan, penuh kepanikan, emosional, tak berpikir jernih, yang akhirnya, histerisnya kita malah membuat kenyamanan, dan kewaspadaan kita hilang.

Hidup berumah tangga yang kita jalani dalam menghadapi segala godaannya, semua akan kembali pada keduanya, pada cara kita penyelesaikan permasalahan dan cara kita menyikapinya.
Dan untuk itu kita harus selalu berkompromi.

Berpikirlah bahwa kita sedang dalam perjalanan yang belum usai.
Berpikirlah bahwa kapal kita belum sampai pelabuhannya.

Lalu, andai kita tak berpikir jernih, kita sikapi dengan emosional segala sesuatu cobaan itu, resikonya akan kita ambil sendiri. Penyesalan selalu akan datang kemudian, dan nasipun bisa jadi bubur.

Jika kita kalap, tak berpikir rasional, maka syaetan akan gembira menyambut sikap kita. Jika sudah demikian, maka kehancuran karena sikap tak rasional kita itulah yang akan menghancurkan cinta pada semuanya.

Jangan mempermalukan pasangan kita jika kita masih berharap padanya. Jangan merusak kehormatannya jika kita masih ingin bersamanya. Dan kalopun takdir berkata lain, jodoh ternyata tak panjang, kehormatan setiap orang, termasuk pasangan yang pernah jadi pendamping kita, tetap harus selalu kita jaga. Dan jangan umbar kejelekannya menurutkan hawa nafsu kita yang dilandasi kebencian.

Maka jadilah bijaksana, dan berpikir panjanglah !

Masalah kebahagiaan merupakan perjuangan yang harus kita raih. Meredam amarah, emosional, serta kecurigaan yang membabi buta, akan membuat kita selalu berhati-hati dalam menyikapi permasalahan yang ada.

Riak kecil tak harus membuat kapal kita karam, gelombang besar tak akan membuat kapal kita tengelam, sekali meraih dayung, layar kita siapkan untuk berkembang…capailah pelabuhan bahagia kita, dalam perjalanan kita yang pastinya akan terkena terjangan gelombang-gelombang yang tak harus membuat kita penuh ketakutan, insyaallah.

Semoga bermanfaat.
Bambang Melga suprayogi M.Sn

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.