Jelang satu Abad NU, Majelis Silaturahmi Aswaja Annahdliyah (MATURAN) dan PP Al-Sa’adah Adakan Istighotsah dan Tabligh Akbar bersama Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A
Full Video Tabligh Akbar bersama Abuya Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj M.A.
Menyambut Hari Lahir (Harlah) Satu Abad NU, Pondok Pesantren Al-Sa’adah Pimpinan KH. Dudi Abdul Hadi, SE.M.Si.Ak. menyelenggarakan acara Istighotsah dan Tabligh Akbar yang dipusatkan di Masjid PP Al-Sa’adah, Desa Kamasan Kec. Banjaran Kab. Bandung, Rabu (1/2/2023).
Acara yang diawali dengan istighotsah dan pembacaan Ratib Al-Haddad oleh KH. Zaenal Alimin tersebut dihadiri Habib Umar Majalaya, para masyayikh Kec. Banjaran di antaranya dari MD Mubarokul Huda, Darul Hikam, pimpinan pesantren, madrasah dan majelis ta’lim se-kecamatan Banjaran. Sedangkan dari unsur pemerintahan tampak hadir Bapak Camat Kec. Banjaran Drs. Ika Nugraha, Muspika Kec. Banjaran, Kepala Desa Kamasan Mamat Samba dan kepala desa se-Kecamatan Banjaran.
Dalam kesempatan ini, selaku ketua panitia Ahmad Zamzam. S. Lc., S.H, yang juga merupakan ketua GP Ansor Kec. Banjaran menyampaikan dalam sambutannya bahwa istighotsah & Tabligh Akbar menyongsong Harlah 1 Abad NU ini merupakan wujud terima kasih kepada muassis atau pendiri NU dan para Masyayikh khususnya di Kecamatan Banjaran.
“Acara ini kami persembahkan untuk para masyayikh sesepuh Nahdlatul Ulama, yang senantiasa membimbing kami, sehingga kami bisa tetap memegang teguh aqidah ahlussunnah wal jama’ah annahdliyah” ujarnya.
Menjelang kedatangan Abuya Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj M.A., kurang lebih 1000 jamaah tampak berdatangan memadati masjid mulai dari lantai bawah, lantai atas dan halaman masjid. Dalam tausiahnya Abuya Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj menyampaikan pentingnya peran pesantren dalam menjaga generasi mendatang agar tidak mudah terpengaruh ajaran-ajaran yang tidak benar seperti liberalisme, atheisme, radikalisme, sekulerisme, terorisme dsb. Beliau mencontohkan bahwa anak-anak yang berada di pesantren itu seperti Nabi Musa yang diurus oleh Siti Asiyah istri Fir’aun.
“Nabi Musa itu sejak melek yang dilihat adalah kekufuran, kefasikan, kemunkaran, kemaksiatan. Apakah Nabi Musa ketularan tidak? Apakah Nabi Musa setelah besar menjadi kafir? Apakah setelah besar Nabi Musa menjadi fasiq dan pelaku maksiat? Nabi Musa tidak ketularan sedikitpun, bahkan benci kekufuran, benci kefasikan anti maksiat. Kenapa? berkat dipelahara oleh imroatun mukminah mukhlishoh, karena dipelihara oleh Siti Asiyah yang mukminah yang ikhlash, demikian pula pesantren, jadi Kyai itu seperti Siti Asiyah yang menjaga dengan ikhlas dengan tulus santri-santrinya agar tidak ketularan kondisi di luar pesantren” tegasnya.
Di akhir acara Abuya Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj M.A juga meresmikan program Kalibrasi arah kiblat di 100 titik rumah dan tempat ibadah yang akan dilaksanakan oleh komunitas ilmu falaq Kec. Banjaran.
Pewarta :
Totoh Abdul Fatah.