The news is by your side.

Kang Bambang di Pesantren Al Ittifaq Ciwidey Kabupaten Bandung

Pesantren Al Ittifaq yang berada di Jl. Ciburial, Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, merupakan Pesantren tua yang telah berdiri lama, tertanggal 1 Februari tahun 1934 (16 Syawal 1302 H) yang dirintis oleh KH. Mansyur, atas restu Raden. Wiranata Kusumah, Wedana Ciwidey pada saat itu.

Pesantren ini berada di pertengahan perkampungan masyarakat, dan untuk sampai kesana, kita agak keluar dari jalur jalan utama, menuruni jalan desa, yang hanya cukup dilewati satu kedaraan roda empat saja, dari jalan raya utama yang kita turuni itu, perlu sekitar 7 menitan untuk bisa sampai menuju ke wilayah pesantrennya ini.

Sepintasan penulis saat menuju ke sana, sempat terpikir , “aneh juga, Pesantren ini ko sangat begitu terkenal sekali di kalangan aparatur pemerintah kita, dari camat sampai setingkat presiden, seringkali datang berkunjung ke pesantren ini?” Begitu tanya penulis dalam hati saat itu.

Dan setelah sampai, mengamati, serta diterima baik oleh menantu Kiai Fuad, kang Kiai Irawan, ia mantu, suami dari anaknya Kiai Fuad Affandi yang bungsu.

Penulis berada di ruang tamu, dimana penulis dipersilahkan oleh kang Kiai Irawan memasuki ruang itu, dengan serta Merta penulis asik mengamati banyak foto-foto Kiai Fuad saat menerima kunjungan para pejabat dan Para Presiden RI sebelumnya, barulah penulis faham, Kiai Fuad memang orang luarbiasa, istimewa, serta Kiai yang sangat dibanggakan, yang Alhamdulillah pernah dimiliki oleh kabupaten Bandung ini.

Dari sana penulis kagum sekali pada kiai Fuad Affandi dan langsung jatuh cinta karena kiprahnya yang luarbiasa besar, dan bisa mewarnai kiprah Peran pesantrennya di Nusantara kita.

Tak terasa air mata penulis menetes, penulis bangga pada beliaunya, namun sayang penulis belum sempat berjumpa dengannya, padahal ditahun-tahun sebelum wafatnya, sudah ada hasrat hati penulis buat sowan dan bersilaturahmi, karena namanya begitu santer mengiang terdengar oleh penulis.

Kiai Fuad merupakan Kiai pilih tanding, tak ada lawan dalam perkara keilmuan agrobisnis yang ia kuasai, dimana ia sudah sangat luarbiasa bisa membangun reputasi Pesantrennya, sampai Pesantren Al Ittifaq ini, bisa di kenal oleh banyak kalangan jajaran pejabat di negeri ini.

Penulis bertambah kaget, betapa Pesantren Al Ittifaq ini sangat membumi, bahkan bangunan pesantrennya saja berbaur dengan masyarakat sekitar, tak ada pembatas atau tembok yang menyiratkan wilayah pesantren sebagai tempat yang eklusif, penanda wilayah yang diakuinya, seperti banyak dilakukan umumnya pesantren-pesantren lainnya, untuk menegaskan wilayah teritorial dari keberadaan pesantren pada umumnya…dan hal itu tidak tergambar di pesantren Al Ittifaq ini.

Dan setelah ditelusuri oleh penulis, masyarakat sekitaran pesantren tersebut ternyata memiliki hubungan emosional yang sangat kuat, memiliki ikatan masa lalu, yang hampir semua masyarakat disana, dari mulai para buyut mereka, kakeknya, sampe zaman generasi anak-anaknya di masa sekarang, semuanya merupakan santri-santri dari pesantren Al Ittifaq itu sendiri. Termasuk kepala desanya yang sekarang, beliaunya merupakan santri dari KH. Fuad Affandi yang sudah sukses menjabat kepala pemerintahan di wilayah setempat.

Dan ikatan kuat itu semakin ditegaskan, bila ada acara besar seperti Maulid Nabi, maka KH. Fuad Affandi lah yang diminta masyarakat di setiap ke RW an yang ada disana, untuk menentukan tanggal bagi peringatan acara tersebut, sehingga pelaksanaan Perayaan Maulid Nabi di setiap ke RW an yang ada disana, semua nya itu bisa dihadiri KH. Fuad Affandi, dan selama Kiai masih hidup, tak pernah ada acara perayaan besar Islam yang bentrok acaranya, itu karena masyarakat di sana, mengutamakan kehadiran Kiai kharismatik ini untuk bisa bertausiah, bersilaturahmi, dan mengunjungi para mantan santrinya yang ada di hampir seluruh ke RW an, di Rancabali, desa Ciburial itu.

Pantas saja pesantren Al Ittifaq itu tak memerlukan benteng-benteng kokoh sebagai pembatas pesantrennya dengan masyarakat, karena benteng sesungguhnya dari pesantren itu sendiri, adalah masyarakat disana yang merupakan bagian dari keluarga besar Pesantren Al Ittifaq.

Beberapa catatan masa muda beliau dalam menuntut ilmu
Semasa mudanya, berkelana ke berbagai pesantren untuk mendalami ilmu, dan nyantri, Riwayat pendidikan yang ditempuhnya antara lain adalah Sekolah Rakyat yang dijalani sampai kelas 4. Setelah itu KH. Fuad Affandi muda memutuskan untuk nyantri di Sukasari Bandung, Sumedang, Banjarpatroman Ciamis, dan Al-Hidayah Lasem.

Pesantren Al Ittifaq mencapai masa keemasannya pada masa dipegang oleh KH. Fuad Affandi, yang lahir 20 Juni tahun 1948, dari Beliau memimpin pesantren setelah menyelesaikan pendidikan di bawah bimbingan KH. Ali Maksum, pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta.

Guru-guru beliau lainnya sewaktu beliau menuntut ilmu adalah:
1. KH. Manshur
2. KH. Ma’shoem Ahmad
3. KH. Maimoen Zubair

Riwayat Organisasi Kiai Fuad Affandi, beliaunya pernah menjabat sebagai Rais Suriah PCNU Kabupaten Bandung.

Kiai Fuad Affandi adalah kiai yang berpikiran maju, ia sangat visioner sekali melihat keberadaan pesantrennya, yang ada di tengah masyarakat berkultur agraris, sehingga dengan melihat kelebihan masyarakatnya yang hidup dari bidang pertanian, iapun mempopulerkan pesantren nya menjadi Pesantren agribisnis pertama di bidang pertanian, yang mampu menjembatani para petani disana hingga terus mampu berkembang dan ikut terbantu pemasaran hasil taninya.

Memiliki lahan pertanian seluas 15 hektar, Pesantren Al Ittifaq benar-benar bisa mengoptimalkan keberadaan asetnya yang berupa tanah pertanian tersebut, sampai bisa menjadi percontohan dan di jadikan laboratorium agribisnis yang unggul, dalam bidang spesialisasinya di pertanian dan peternakan.

Al Ittifaq juga terkenal sebagai Pesantren penghasil sayuran, buah-buahan, dengan kualitas super dan terbaik, hasilnya disuplai terutama ke pasar-pasar modern seperti Superindo, Yogya supermarket, dan pasar-pasar tradisional lain tentunya, sehingga ada anekdot Pesantren Al Ittifaq merupakan pesantren yang bertariqoh Sayuriyah.

Itu semua tak lepas dari prinsip mengoptimalkan keberadaan lahan, yang menurut Kiai Fuad Affandi harus memiliki rumusan tilu Ur, “Rumusna mah tilu ‘ur’,” kata Mang Haji, biasa masyarakat memanggilnya.

“Ulah aya lahan tidur, ulah aya waktu nganggur, ulah aya runtah ngawur.”

Karena prinsip ini maka halaman-halaman rumah di sekeliling pesantren benar-benar termanfaatkan. Nyaris tak ada petak tanah halaman rumah tak termanfaatkan. Semuanya ditanami sayur, atau dibikin jadi kolam ikan. Ibu-ibu jadi tidak menanggur karena waktunya dipakai menanam, semua petak tanah tidak ada yang tidur, dan halaman jadi bersih, tak ada runtah (sampah) yang ngawur (berceceran).

Dan hasil pekarangan itu dikonsumsi sehingga gizi keluarga terjaga. Hasil lebihnya ditampung oleh Al-Itifaq sehingga setiap keluarga punya tambahan penghasilan. Jadi kalau di luar ada krisis pangan atau gejolak harga di pasar, penduduk sekitar pesantren mah adem-adem bae. Inilah yang dimaksud dengan fungsi jaring sosial pesantren. Kalau pesantren jadi jangkar komunitas, maka rakyat di sekelilingnya akan terlindungi dari krisis. Minimal soal pangan aman.
Seperti yang di kutip penulis dari hasil wawancara kang Budhiana Kartawijaya, salah satu wartawan senior pendiri Odesa.

Karakter Kiai Fuad Affandi Al Ittifaq
Beliaunya memiliki karakter dengan sifat yang tawadhu, baik hati, murah senyum, bijaksana, penyayang, penyabar, supel, dekat dengan siapapun, tidak membeda-bedakan orang, berani bersikap, berinisiatif tinggi, mau memberi contoh, dan tidak ingin dianggap hebat, dianggap berkasta, atau dilebih-lebihkan karena ilmunya, bahkan tak mau juga ia dipanggil dengan sebutan Kiai, sehingga masyarakatpun memanggilnya dengan sebutan yang umumnya familiar di daerah pedesaan, yaitu “Mang, atau emang Fuad.”

Amalan Kiai Fuad seperti yang disampaikan oleh santrinya, yang juga menjabat sebagai RW, ketua PC DMI kabupaten Bandung, yakni kang Ali, beliaunya menyampaikan ;
“Amalan anu masih di jalankeun ku para santri nyaeta utamana sholat awal waktu berjamaah di masjid, pelaksanan pangaosan salasaan, pangaosan Hikam Dina dina tiap subuh, anapaon aurod aurod diantawisna maca doa Asmaul Husna karya KH masuk Ali Termas Oge hiji nuroniyah, rotibul Atos.”

Keistimewaan pesantren Al Ittifaq
1. Memiliki sosok kuat pencetus pertanian modern agrobisnis yang di gagas Kiai Fuad Affandi, sehingga pesantren menjadi sumber inspirasi, dan bisa momotivasi masyarakat petani, untuk menjaga potensi sumber ketahanan pangannya, sehingga tidak beralih fungsi lahan, profesi, dan budayanya.

2. Memiliki gebrakan visioner, memadukan keberadaan Pesantren dengan selalu bersinergi bersama masyarakat setempat, membangun kekuatan bersama di bidang pertanian yang tehnologinya terus mengikuti trend baru dan perkembangan zaman.

3. Memiliki hubungan yang kuat secara emosional dengan seluruh komponen masyarakat di wilayahnya, sehingga pesantren menjadi aset daerah setempat, yang perlu terus dijaga keberadaannya, dan menjadi pendorong kemajuan daerahnya.

4. Memiliki link dan relasi dengan banyak pihak, baik dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, institusi swasta, lembaga pemberdayaan, pihak-pihak diluar negeri, dan jaringan lainnya yang ingin membuka hubungan kerja, maupun hubungan belajar.

5. Menjadi laboratorium agribisnis yang mampu menjadi lokasi study banding, tempat pelatihan, dan sekaligus jadi lokasi wahana agrowisata, tempat rekreasi yang menonjolkan lahan pertanian, sebagai unggulan wisata nya.

6. Memiliki pesantren yang kuat dan mengakar hubungan sosialnya dengan masyarakat sekitar pesantren, yang terus dibina kedekatannya, dan diarahkan kemajuan masyarakatnya dibidang pertanian, dan pengolahan hasil taninya, hingga bisa maju bersama, dan mencapai tujuan keberhasilan yang saling menguntungkan.

7. Memiliki ciri yang kuat dengan identitas pesantren berciri agrobisnisnya, yang menjadi lokomotif untuk dicontoh pesantren atau masyarakat dari daerah lain, yang memiliki potensi yang sama, dan ingin mengembangkan potensi itu.

Ciri ini telah menguatkan posisi pesantren Al Ittifaq sebagai kampiun di kelasnya yang tiada tandingnya, dan ini harus jadi pegangan kuat bagi penerusnya agar tidak bergeser atau keluar dari pakem yang telah di digariskan Kiai Fuad, sebagai yang mewariskan impiannya, semangatnya, dan harapannya kepada generasi anak-anak keturunannya.

8. Memiliki potensi lahan pertanian yang luas, yang bisa terus dikembangkan, dan diolah untuk eksperimen tanaman unggulan yang memiliki komoditi harga yang bagus, sehingga kedepannya bisa menghasilkan barang komoditi hasil pertanian yang berstandar internasional.

9. Memiliki pesantren dan sekolah formal yang terus berkembang, dan memiliki ciri keunggulannya yang harus terus dijaga keunggulannya.

10. Memiliki generasi penerus yang mempunyai pengalaman yang telah ditempa langsung oleh Kiai Fuad, sehingga pada keturunannya yang sekarang itulah, estafet Kiai Fuad Affandi yang telah tiada pada tahun 2021 lalu, di RS. Hasan Sadikin Bandung, semoga bisa dilanjutkan lebih cemerlang, lebih baik lagi, oleh para generasi penerusnya anak dan mantunya, dimana anak Kiai Fuad, lima, limanya adalah Anak perempuan semuanya.

Kini Pesantren Al Ittifaq sepeninggal Kiai Fuad Affandi terus melakukan upaya-upaya terbaiknya bagi kemaslahatan Pesantren dan masyarakat disekitarnya, generasi Kiai Fuad telah siap mengemban amanah tongkat estafet dari Kiai Fuad, yang telah membesarkan nama baik daerah Ciburial, Rancabali, Ciwidey, Kabupaten Bandung, dan Jawa Barat ketingkat Nasional.

Sekarang Pesantren Al Ittifaq dipimpin oleh Kiai Dandan Mudawarul Falah M.Pd, beliaunya melanjutkan kesinergian Pesantren dengan masyarakat sekitarnya, dan ia pun dibantu oleh para ketua DKM se desa Alamendah dalam membangun masyarakat wilayah itu, juga bersinergi dengan 30 RW, yang ketuanya Bapak Awan Rukmawan.

Semoga Almarhum Kiai Fuad mendapatkan tempat peristirahatan terindah dialam barzahnya, kebermanfaatan dirinya telah terasa bukan hanya bagi lingkungan sekitar dimana ia pernah berada, namun seentero negeri ini telah merasakan bagaimana kiprah Kiai Fuad Affandi dalam menjalankan pesan dari sabda Nabinya, bahwa “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad).
Alhamdulillah.

Pewarta Bambang Melga Suprayogi M.Sn

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.