KHUTBAH JUMAT : Dua Hal Yang Sering Dibalik
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ،
اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Salah satu penyakit hati adalah hasad. Hasad yang sering diartikan iri dan dengki. Iri adalah merasa tidak senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dan sebagainya). Sedangkan dengki adalah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Hasrat manusia untuk menjadi sama seperti orang lain telah ada dan akan selalu ada dalam diri manusia. Keinginan semacam ini akan lebih parah ketika tidak ada rasa puas dalam hati.
Hidup ini tergantung pada ke arah mana fokus pikiran. Jika lebih cenderung memusatkan pikiran kepada hal-hal yang negatif, maka perkataan dan prilaku sehari-hari pun akan cenderung menyimpang.
Hindari Maksiat Hati
Dua bagian dalam agama Islam yang sering berbanding terbalik. Yaitu: meninggalkan yang dilarang dan melakukan amal ketaatan.
Meninggalkan yang dilarang akan jauh lebih sulit daripada melakukan amal ketaatan. “Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya.” Melakukan yg dilarang adalah termasuk bermaksiat. Melakukan maksiat dengan anggota badan yang merupakan nikmat dan amanat Allah merupakan bentuk kekejian. Mempergunakan nikmat Allah dalam rangka bermaksiat kepada-Nya adalah puncak kekufuran. Berkhianat terhadap amanat Allah betul-betul merupakan perbuatan yang melampaui batas. Anggota badan adalah rakyat atau gembalaan, maka perhatikan dengan baik bagaimana cara menggembalakan mereka.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
قَالَ وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.
Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” Aku menduga Ibnu ‘Umar menyebutkan: “seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” (Al-Bukhori, Fath al-Barri, hadits no. 893)
Sadarlah semua anggota badan akan menjadi saksi pada hari kiamat dengan lidah yang fasih. Ia akan menyingkap rahasia di hadapan semua makhluk.
Oleh karena itu, peliharalah semua anggota badan dari kemaksiatan, khususnya tujuh anggota, karena neraka Jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing mereka mempunyai bagian tersendiri. Yang masuk ke dalam pintu-pintu neraka Jahannam adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki.
Mata diciptakan agar dapat memberi petunjuk di waktu gelap, dengannya melihat semua keajaiban langit dan bumi. Bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya, maka peliharalah mata dari empat hal: melihat yang bukan mahram, melihat gambar dengar syahwat, melihat seorang Muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang Muslim.
Adapun telinga, maka peliharalah ia agar tidak mendengar ghibah, perkataan keji, takut pada kebatilan atau kejelekan orang.
Jika engkau mempergunakan telinga pada sesuatu yang dibenci, ia akan menjadi beban atau musuh. Begitu pula ia akan berbalik arah dari yang seharusnya bisa mengantarkan menuju kesuksesan, menjadi mengantarkan menuju kehancuran. Ini benar-benar merupakan kerugian. Jangan engkau mengira bahwa dosanya hanya dibebankan kepada si pembicara, sedangkan si pendengar terbebas dari dosa.
Pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara. Ia adalah salah satu pihak dari dua orang yang sedang bergibah (bergunjing).
Adapun lidah, diciptakan agar bisa banyak berzikir kepada Allah, membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk Allah lainnya, serta mengungkapkan kebutuhan agama dan dunia yang tersimpan dalam hati. Apabila mempergunakannya bukan pada tujuan yang telah digariskan berarti telah kufur terhadap nikmat Allah. Lidah merupakan anggota badan yang paling dominan. Tidaklah manusia diceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang dilakukan oleh lidah.
Peliharalah lidah dari delapan perkara:
Pertama: berdusta.
Jaga lidah agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Jangan biasakan berdusta dalam canda karena hal itu akan mendorong untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. Kemudian, jika dikenal mempunyai sifat pendusta, maka orang takakan percaya pada perkataan dan untuk selanjutnya akan hina serta dipandang sebelah mata.
Apabila ingin mengetahui kebusukan perkataan dusta, maka lihatlah perkataan dusta yang dilakukan oleh orang lain serta bagaimana engkau membenci, meremehkan, dan tidak menyukainya. Lakukan hal semacam itu pada semua aib dirimu. Sesungguhnya engkau tidak mengetahui aibmu lewat dirimu sendiri, tapi lewat orang lain. Apa yang kau benci dari orang lain, pasti juga orang lain membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan biarkan hal itu ada pada dirimu.
Kedua: menyalahi janji.
Hendaknya berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk perkataan.
Menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan keburukan akhlak.
Ma’asyirol Mukminin Rohimakumullah
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan (An-Nur 24)
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Pada hari ini, Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan (Yasin 65).
Kesempatan terakhir dari khutbah pertama ini, khotib ingin menyampaikan, bahwa jika pada masa-masa lalu seseorang telah melangkah dengan dosa dan maksiat, maka bertobatlah mulai sekarang. Ya sekarang, jangan ditunda. Yaitu dengan berbuat baik, meski berat.
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْل*ِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ * ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
Dirikanlah sholat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Bersabarlah karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ
وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ