The news is by your side.

Kyai Makhtum Hannan, Sang Sufi Wafat

Kyai Makhtum Hannan, Sang Sufi Wafat | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratPagi ini dibuka dengan berita duka, pertama melalui grup Whatsapp dan tak lama kemudian melalui Telegram dan saat membuka Facebook pun wall dibuka dengan berita yang sama.  Almukarrom KH Makhtum Hannan (79), pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon menghembuskan nafas terakhir di kediamannya, Babakan Ciwaringin pada hari ini, Sabtu 21 Januari 2017 pukul 6.35 pagi.

Kabar meninggalnya salah satu Anggota Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) Muktamar Ke-33 NU di Jombang itu telah dikonfirmasi oleh KH Arwani Syaerozi, salah satu keponakan Kiai Makhtum.

“Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un telah berpulang ke rahmatullah KH Makhtum Hannan pagi ini 06.35 dikediaman beliau. Mohon doa untuk beliau,” ujar Kiai Arwani yang juga salah satu pengurus RMI PBNU dan Mudir Ma’had Aly al-Hikamus Salafiyyah Babakan Ciwaringin saat dikonfirmasi NU Online.

Semoga Allah memunculkan kembali pengganti Beliau, melestarikan ilmu Beliau.

Saya pertama kali mendengar nama besar Beliau dari Pangersa Uwa Haji Zezen Sukabumi almarhum, salah seorang muridnya yang  dikenal sebagai Kyai kharismatik dari Sukabumi. Uwa Zezen menyebut KH Makhtum Hannan sebagai seorang yang tawadhu dan sangat bertanggung jawab dalam membina umat Islam.

Beliau dilahirkan di Cirebon, 13 Juni 1938 dari pasangan KH Abdul Hannan dan Nyai Solihah. KH. Abdul Hannan adalah putra Kiai Toyyib bin Kiai Masina bin Kiai Juman bin Kiai Mansur bin Kiai Abbas bin Kiai Subki bin bin Kiai Kamali bin Kiai Abdurrahim bin Syeikh Abdul Latif bin Mas Buyut bin Sunan Ratna Geulis/Kikis bin Sunan Raja Desa bin Sunan Bahuki bin Khatib Arya Agung bin Dalem Suka Hurang bin Sayid Maulana Faqih Ibrahim bin Syaikh Abdul Muhyi — Sunan Giri bin Maulana Ishaq.<>

KH Makhtum belajar ilmu agama pada ayahnya, KH. Abdul Hannan, pamannya, KH. Masduki Ali dan juga kakanya KH. Amrin Hannan. Selain itu, ia pernah belajar di Pondok Pesantren Kaliwungu pada Kiai Abu Khaer Pasarean, Kiai Subki, dan Ust. Fadhil. Juga mesantrrn di Pondok Pesantren Lasem di bawah asuhan Syeikh Masduki dan Syeikh Mansur bin Khalil.

Sepulang mesantren KH. Makhtum Hannan meneruskan pondok pesantren ayahnya di Babakan Ciwaringin – Cirebon. Tahun 1960 bersama kiai-kiai lain mendirikan Madrasah al-Hikamus Salafiyyah (MHS) tingkat, Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, Aliyyah, dan Ma’had Ali.

Tahun 1963 KH Makhtum Hannan bersama pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin lainnya mendirikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN). KH Makhtum mendirikan Jamiyyah Hadiyu dan Istighatsah. Cabang-cabangnya tersebar di seluruh wilayah tiga: Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu.  Bahkan jaringannya sudah tersebar di Jawa maupun Luar Jawa.

Sejak tahun 1996 setiap malam Jum’at KH Makhtum Hannan memimpin istighatsah bertempat di Maqbarah KH. Abdul Hannan. Setiap bulannya diadakan Istighatsah Kubro yang diikuti ribuan orang dari pelosok-pelosok Desa dan luar daerah.

Di samping mengajar santri putra-putri, setiap hari selama 12 jam KH Makhtum Hannan sibuk melayani tamu dari semua lapisan masyarakat yang datang dengan pelbagai macam keperluan dan kepentingan: pejabat, pengusaha, pedagang, petani, pengurus organisasi, mahasiswa, bahkan tamu-tamu dari luar negeri. Mereka umumnya meminta nasihat, masukan, dan doa agar segala tujuan dan kepentingannya tercapai.

Melalui pendekatan hikmah, KH Makhtum banyak memberikan pendampingan kepada pengusaha, pedagang, petani dan nelayan. Banyak dari mereka yang sukses dan berhasil. (sumber NU Online)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.