The news is by your side.

Mama Kiai Muhammad Aliyuddin Pendiri Pesantren Al-Hikamussalafiyah Sumedang

Perjalanan kali ini penulis berada di daerah pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah yang terletak di Jln. Sukamantri, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, tepatnya sebelah barat kota kabupaten sumedang bertempat di jalan sukamantri RT.003 RW.004 Desa Sukamantri Kec. Tanjungkerta Kab. Sumedang.

Pesantren satu ini sangat menarik untuk didatangi, karena menuju kesana, kita akan dibawa ke alam pedesaan pasundan yang sangat elok, asri, berkelok, naik dan turun, serta akan disuguhi sepanjang mata memandang, pesona keindahan alam pedesaan yang memanjakan mata kita, hingga otomatis saat kita menuju ke Pesantren tersebut, kita bisa diajak untuk mensyukuri ciptaan Tuhan.

Untuk menuju ke Pesantrennya saja kita sudah dibuat banyak mengagumi keindahan alam, menuju pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, hati kita serasa dalam perjalanan batin, yang mau tidak mau, kita dibawa buat bertasbih, dan berdzikir.

Alhamdulillah, rasanya bersyukur bagi yang pernah singah, dan mengetahui keberadaan pesantren ini, karena nun jauh di pedalaman daerah Sumedang, kita bisa menemukan mutiara agama kita, yang sinarnya sampai menyilaukan banyak kalangan di negeri ini.

Beruntunglah kita menemukan setitik oase, mata air indah, yang airnya jernih, dan membuat kita bahagia, karena pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah tersebut, mampu memberi warna, dan arti tersendiri, yang ternyata keberadaannya di Jawa Barat, sangat diperhitungan.

Itu terlihat jelas, sampai-sampai para petinggi negara kita, tokoh-tokoh NU pusat, apalagi orang-orang PWNU Jabar, sudah tak asing dengan para pendiri Pesantren ini, dan seringkali mereka menyengajakan datang ke sini, bersilaturahmi, membahas banyak hal, dan membuat keputusan-keputusan penting di Pesantren ini.

Penulis sendiri saat kesana waktu itu, belum mengenali, apa dan siapa mama kiai pendirinya, dan bisa dikata, tak sengaja penulis harus ada di sana, karena harus mengikuti Rakor LTNNU se-Jabar waktu itu.

Yaa, semoga lewat tulisan ini, kita sama-sama akan mengenali sejarah dan keberadaan Pesantrennya, agar setelah kita kenali, maka akan kita jaga setiap Pesantren untuk bisa terus maju, dalam berkiprah memberi bekali ilmu bagi generasi penerus kita, yang harus kuat ilmu dan berkarakter, hingga pada saatnya nanti tiba, kala mereka menjadi tokoh-tokoh bangsa ini, dengan bekal ilmu agama, mereka amanah memegang jabatan, dan gigih memajukan negeri ini lebih dari sebelumnya, aamiin.

Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah berada di sebuah tempat terpecil, dipelosok Sumedang, kita akan kaget saat kita kesana, daerah sepanjang pondok Pesantren itu terlihat berkembang wilayahnya, tak kita lihat lagi nuansa aura pedalamannya, karena pesantren ini telah menjelma menjadi jantungnya wilayah setempat.

Mama Ajengan Muhammad Aliyuddin sebagai Pendiri (Muassis) Pondok Pesantren tersebut, adalah kiai desa yang luarbiasa semangatnya, ia mulai berjuang merintis Pesantren ini pada tahun 1968, di saat orang belum banyak melek ilmu di daerahnya, dan berawal dari mengajari ngaji untuk anak-anak kampung yang di didik dirumahnya sendiri, dan semakin berkembang, hingga apa yang Mama Kiai Muhammad Aliyuddin lakoni dengan istiqomah, dengan sepenuh kesabaran yang luarbiasa itu, akhirnya berbuah manis, dengan semakin banyaknya anak-anak yang datang untuk belajar ngaji padanya, hal ini lah yang menjadi pembuka bagi kesuksesan berikutnya yang akan teraih.

Siapa Mama Ajengan Muhammad Aliyuddin Sendiri ?
Ternyata ia bukan ajengan desa biasa, jiwa militansinya dalam mensyiarkan agama tak lepas dari pengaruh tarekat yang ia tekuni dari semenjak lama. Dan jiwa-jiwa yang membentuknya menjadi memiliki keyakinan kuat seperti ini, merupakan tempaan dari hasil ia menjalankan Thariqah Syattariyah, sehingga secara prinsip ia kuat memegang teguh karakternya, prinsipnya, pandangannya, dan keberaniannya sangat kuat, tak mudah digoyahkan, dan itu bisa dilihat dari rekam jejaknya, yang kuat menamakan sekolah SMP NU di Kabupaten Sumedang tetap mamakai nama SMP NU, padahal di tahun-tahun masa kuatnya pengaruh orde baru, nama NU sangat dijegal rezim orde baru, yang seakan haram untuk dipakai, sehingga identitasnya lebih dominan bergeser ke afiliasi lembaga NU nya, yakni Maarif, dan itu yang banyak terjadi di berbagai daerah, namun tidak dengan yang di Sumedang.

Saking kuatnya pengaruh dan proses pengalaman yang terus bertambah, sampai akhirnya Mama Kiai Muhammad Aliyuddin ini pun di angkat menjadi tokoh Thariqah Syattariyah untuk diwilayah Kabupaten Sumedang sampai saat ini.

Pembawaan Mama Kiai Muhammad Aliyuddin
Alhamdulillah, penulis sempat berjabat tangan, dan ikut menyambut kedatangan mama kiai Aliyudin, saat ia membuka kegiatan Seminar Literasi Digital yang diadakan oleh PW LTN NU Jabar di Aula Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah. Pembawaannya yang tenang, bersahaja, ramah, supel, dan penuh wibawa, sangat membekas pada ingatan penulis.

Yaa…Mama Kiai Aliyudin itu sangat kharismatik, dan dihormati oleh banyak kalangan, sepak terjangnya selagi muda akhirnya membuahkan hasil usaha yang patut di contoh oleh siapapun, dan kita belajar dari kiprah Mama Kiai Muhammad Aliyuddin, bahwa Allah akan selalu memberi jalan bagi hambaNya yang terus berproses.

Amalan Mama Kiai Muhammad Aliyuddin
Sebagai tokoh Thariqah Syattariyah, aspek Dzikir merupakan amalan yang selalu dilaksanakan, Dzikir sebagai aspek untuk mendekatkan diri pada Tuhannya, dibarengi juga dengan membangun ketenangan hati dengan berkhalwat, menyepi, atau menenangkan jiwa bermeditasi, itu penting diamalkan, ini pastinya menjadi kebiasaan, dan di lakukan setiap hari, sebagai bukti cinta pada sang Kholiq secara individu, dimana Dzikir secara individu ini, dilakukan pada waktu-waktu tertentu, yang dianggap mustajab oleh
Mama Kiai Muhammad Aliyuddin.

Adapun waktu berdzikir untuk kegiatan dzikir thariqah, secara bersama-sama, itu dilakukan pada satu bulan sekali, tepatnya pada setiap tanggal 11 di bulan Hijriyah. Hal ini dikuatkan dengan kehadiran Jatman Kabupaten Sumedang, yang dipimpin oleh KH Asep Munawar. Dimana pembacaan manaqib Syekh Abdul Qodir al-Jaelani, merupakan keutamaan dalam majelis tersebut, dan selanjutnya diberikan waktu khusus untuk pengajian, yang disampaikan oleh Mama Ajengan Muhammad Aliyuddin, Alhamdulillah.

Pewarta Bambang Melga Suprayogi
Ketua LTNNU kabupaten Bandung.

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.