Mengkonstruksi Pikiran Menuju Tahun Baru 2023
Ada semangat menuju tahun baru yang sebentar lagi kita jelang.
Ada harapan indah kita di awal tahun yang akan kita gapai.
Yang pastinya…semua spirit itu, diawali dari terbentuknya rasa bahagia, sukacita, dan kesadaran, untuk bersama-sama memulainya dari awal, di garis start, bak sprinter, siap melesat.
Tahun baru, proses kehidupan baru.
Tahun baru, proses mengeliat lebih giat.
Persis seperti halnya, saat Adam harus turun ke bumi bersama ibunda kita, ibu Siti Hawa.
Mau tak mau, Tuhan sudah memberi titah pada Adam…untuk meninggalkan Sorga menjadi penghuni bumi.
Adakah Adam ragu ?
Sungguh Adam tak ragu sedikitpun, apalagi ia harus terlihat cemas!!
ia Adam, tak banyak tanya, tidak menolak, tak ada protes, atau unjuk rasa, seperti 7 juta manusia, yang dikabarkan memenuhi Tugu Nasional kita, Monas beberapa tahun ke belakang.
Adam sangat siap mengawali hidupnya di bumi, yang jauh beda ketika ia di Sorga.
Dan awal turunnya Adam ke bumi, itulah awal perjalanan baru, hidup baru, Tahun baru, Surga harus ditinggalkan, ke bumi Adam harus menghuni.
Adam di sorga, semua segala ada!!
Beda dengan di bumi, apa apa harus diusahakan sendiri…!
Dan itulah awal cerita, usaha Adam sebagai manusia, yang akhirnya menjadi ilmu bagi kita.
Ihtiar Adam berusaha, menjadi cikal bakal wajibnya berihtiar, yang kemudian, kisah ikhtiar itu di ikuti seluruh keturunan nya di semua penjuru bumi… subhanallah.
Tahun baru, hidayah baru…
Ingat saat Nabi Yunus dalam kegelapan di dalam perut ikan, ” Nun?”
Berhari -hari ia bermunajat, berhari-hari ia berharap, sehingga toubatnya Nabi Yunus, mampu menguncang isi perut ikan Nun, dan atas kuasa Allah, Yunus dimuntahkan dan kembali ke kaumnya… Subhanallah.
Tahun Baru, Penuh Kasih Sayang.
Ingat kembali peristiwa nabi Yusuf, setelah ia jadi pembesar suatu negeri, dan para saudaranya datang tak mengenalinya, untuk minta sedekah…Yusuf beri mereka semua, kebutuhan yang mereka perlukan!
Yusuf buat siasat, agar adik tercinta Bunyamin dapat bersama dengannya.
Dalam kebingungan teramat sangat, atas di tahannya Bunyamin oleh para prajurit, Yusuf buka identitas dirinya, bahwa ia Yusuf soudara mereka…
Semua terharu, saudaranya menangis dan mohon maafnya Yusuf, ketika mereka bertaubat, tahun baru datang penuh keberkahan dan kasih sayang… Alhamdulillah.
Wahai umat, mari belajar menyikapi tahun baru dengan tidak sempit berpikiran, dan pendek pemikiran.
Allah sudah buat engkau sempurna, maka jangan lantas kau sendiri yang mengerdilkannya.
Baca setiap inti, baca setiap kedalaman pesan.
Lagak gayamu tak pantas jika masih bicara kulit saja, malu jika terus hanya berkutat di tataran permukaan…Islam itu, Umat ini sudah sangat gagah di labeli sebagai umat yang agamanya telah disempurnakan.
Jika umat terhasut terbawa jadi picik berpandangan tentang tahun baru!!
Katakanlah, itu bukan kesalahan dari kitab suci kita, Al Qur’an!!
Tapi, itu kesalahan dari cara pandangmu, cara pandang kita, yang tidak mampu menyiasati, kebaikan, dengan kebaikan kreasi, inovasi kita dalam mengisi tahun baru nanti.
Islam itu mulia.
Islam itu indah.
Hingga jangan kau hancurkan keindahan Islam mu, sehingga tak tampak kemuliannya.
Gali kembali banyak kisah di Al-Qur’an kita, sebagai kitab suci pegangan umat muslim, yang kita sucikan.
Menyongsong tahun baru, mari keindahan Alquran, keindahan Islam, keindahan kepribadian muslim bisa kita munculkan…!
Coba buka nalar kita !
Perihal menghadapi tahun baru, ini adalah bagaimana cara kita mensyukuri nya saja !
Bukan mencemaskan, hingar bingar, euforia, dan suara terompet yang di tiupkan, biarkan saja itu, sebab itu manusiawi, dan kebahagiaan orang lainpun, jangan di standarisasi dengan kebahagian kita juga.
Jika apa-apa dilarang kita merayakan tahun baru !
Kenapa kita takut seakan tahun baru akan menjerumuskan kita ?
Allah saja mengingatkan kita umatnya, pada satu satu ayat, yang menginggatkan kita pada persoalan, “Demi Masa,” yang sebetulnya itu khusus untuk kita yang mau merenungkannya.
Buat kebaikanmu sendiri Allah ingatkan kita itu.
Didik diri kita dahulu, sebelum kita bisa jadi contoh teladan untuk orang lain.
Dan biarkan saja yang lain yang belum sampai, ke apa yang telah kita capai, yakni, ada di Maqom kesadaran ini, jangan mengusik ketidaksadaran mereka, sebab semuanyapun, ada waktu dan saat yang tepat, dimana Allah sendiri yang akan menyentuh hatinya.
Kita sendiri, sibukan dengan upaya pada diri, untuk bisa memberi dampak positif pada banyak orang, dalam menuju tahun baru yang akan kita hadapi, baik dengan berkarya, beramal soleh, melakukan ziarah menginggatkan kematian, atau mengunjungi sanak famili bersilaturahmi.
Semua kembali pada, bagaimana cara kita dalam mentadaburi semua peristiwa, sehingga kita bisa mentapaquri, dan mendapatkan semangat baru dalam berpandangan, bukan malah terbawa dan menjadi sempit cara kita berpemikiran.
Tahun baru akan kita jelang, semangat baru akan membuka perspektif kita lebih baik lagi, mari mulai membangun keoptimisan, dan pandangan yang sehat.
Jangan takut apalagi cemas, dengan hingar bingar bunyi terompet, dan euforia kebahagiaan para saudara kita yang menikmatinya.
Lalu bagaimana dengan diri kita sendiri ?
Bahagiakanlah, ceriakanlah, buat diri kita lebih merasakan aroma bau kebangkitan jiwa, pikiran, dan perasaan kita, dengan akan datangnya tahun baru, yang akan lebih menguatkan keyakinan kita padaNya…aamiin.
Alhamdulillah
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn
Semangat maju ke tahun baru 2023
Bambang Melga M.Sn
Pengurus LTN NU kab Bandung