Menuju Kematian yang Dilupakan
Bambang Melga Suprayogi M.Sn – Baru saja dua hari lalu penulis menemui seorang sahabat yang sama tinggal dalam satu komplek, maksudnya penulis mengajak beliaunya untuk bisa bergabung bersama penulis, mempersiapkan masa tua, dengan aktif dalam satu lembaga, yang insyaallah syarat dengan aktifitas yang bermanfaat nantinya, dan itu sebagai ladang amal sholeh yang bisa dilakukan oleh kita dilembaga tersebut.
Itu dua hari lalu, dan saat penulis sedang melakukan kegiatan kemasyarakatan, di group WA baik di RT, dan group WA RW, di beritakan, teman penulis yang dua hari lalu datang dikunjungi, telah menghembuskan nafas, ruh nya dipanggil, dan meninggal ia karena sebab sakit lambungnya.
Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un…
Manusia siapapun itu, sehebat apapun ia, jika waktunya telah tiba, kematian tidak bisa ditunda, dan semua kita hanyalah sedang menunggu giliran dalam barisan antrian yang andai kita lalai, bisa jadi kematian diri kita, tidak seperti ujung pengharapan, meninggal dalam keadaan baik, husnul Khatimah.
Berbuatlah baik, dan lakukanlah hal yang bermanfaat, karena kita tak tahu kapan akhir dari keberadaan kita hidup didunia ini akan berakhir.
Dan penulis sangat iri pada sahabat penulis yang meninggal itu, ia memiliki reputasi baik di masyarakatnya, seorang yang murah senyum, selalu membantu dalam hal kreatif pada saat masyarakat membutuhkan bantuan skillnya yang mempuni dalam bidang editing film, bidang desain, dan kemampuan kreatif lainnya, yang kemampuannya jarang dimiliki masyarakat.
Dalam bergaul Beliau berbaur dengan semua golongan, dan ketika terjadi benturan khilafiah, saat itu terjadi, ia santai tak condong ke salah satu faham, yaa mungkin ia sudah mengerti, mengurus urusannya sendiri saja, itu sudah sulit, apalagi ikut dan terlibat dalam hal yang berkaitan furu’iyah, perbedaan pandangan, pola pikir, pendapat, faham, dan berbagai perbedaan lain yang seringkali memicu perpecahan di masyarakat.
Kita memang jarang bisa meluangkan waktu banyak berkecimpung dalam pergaulan intens di masyarakat. Untuk yang sibuk bekerja sebenarnya, ada saja ruang-ruang khusus yang bisa kita pakai dalam menyapa masyarakat kita itu, ini tak hanya di dunia nyata.
Dunia mayapun, lewat media sosial, baik Facebook, whatsapp, dan media sosial lainnya, tegur sapa, berkoment, maupun hanya sekedar angkat jempol, ngelike status, itu bisa digunakan untuk melangengkan hubungan baik dalam arti mengakrabkan terus diri kita dengan semua rekan, saudara yang bisa kita sapa, dan ini, adalah kemudahan yang bisa kita gunakan di era serba mudah ini.
Alhamdulillahnya, sahabat penulis itu, walau antar kita jarang dan sulit bertemu secara langsung, beliaunya selalu menyempatkan diri silaturahmi di dunia maya, lewat medsos yang sama sama kita gunakan.
Lantas amalan apakah yang bisa kita buat, lewat medsos, sebagai amal soleh kita ?
Di sinilah kita harus faham, mengumpulkan amal soleh di dunia itu, oleh Allah di zaman era komunikasi serba dimudahkan, diberi jalan-jalannya untuk digunakan sebaik mungkin oleh kita, lewat banyak jalan, lewat banyak media.
Tinggal kitanya saja harus sebaik mungkin memanfaatkannya, dan menggunakan itu.
Mari kita kumpulkan bekal amal soleh kita lewat media sosial.
Media sosial di era kini, merupakan jembatan kita untuk membangun ahlaq mulia.
Sulit berinteraksi di dunia nyata dengan, kawan, saudara, dan handaitoulan, sekarang mudah kita lakukan, dan gampang sekali kita bangun, hanya melalui handphone dan aplikasi medsos didalamnya.
Sapalah semua kawan dan saudara yang bisa kita sapa.
Berkomentarlah yang menyejukan, menenangkan, dan mengakrabkan.
Hindari perdebatan jika itu memungkinkan.
Beri pesan dengan emoticon yang baik, dan mensupport.
Acungkan jempol, love, dan emoji yang diperkenalkan seperti wajah meleleh, dua tangan membentuk hati, serta finger heart yang populer berkat fenomena K-pop bisa kita gunakan.
Emoticon love warna kuning adalah simbol kelembutan perasaan, pertanda seseorang tengah mengirimkan ketulusan dengan kelembutan hatinya.
Emoticon jempol, artinya kita ada dan mengetahui serta ikut merasakan kesenangan yang teman kita rasakan.
Bangun kepribadian kita didunia maya seperti di dunia nyata.
Buat silaturahmi kita kuat dengan semua komponen masyarakat yang kita kenal, dan ingin kita kenali.
Hadirkan kebaikan, dan banyaklah menginspirasi khalayak dengan apa yang bisa kita lakukan, yang aktifitas itu tidak bisa dilihat masyarakat kita langsung, namun bisa dijembatani masyarakat melihat kesibukan aktifitas kita, lewat lini media sosial yang kita punya.
Jalan kebermanfaatan diri, mewujudkan kebaikan sosial, dan membangun interaksi yang bermanfaat, adalah ladang amal soleh kita yang bisa kita kumpulkan lewat cara apapun.
Berkaca dari sahabat penulis yang meninggal itu, penulis melihat teladan yang bisa kita ambil, walau ia selalu disibukan dengan urusan kantornya, ia tetap membangun komunikasi, memberi perhatian, dan mengumpulkan amal solehnya lewat memberi komentar walau sedikit, di media sosial kita, ataupun memberi tanda suka lewat emoticon jempol, dan lainnya yang tersedia untuk ia gunakan menyiratkan perasaannya untuk kita, atau siapapun yang ingin ia sapa.
Lantas apakah pintu Surga yang banyak pintunya itu, bisa di datangi oleh beliaunya yang ahli silaturahmi lewat Medsos ini ?
Allah selalu menghitung amal baik kita walau itu kecil, Ia tak akan meremehkannya.
Seperti ucapan belasungkawa penulis pada putranya, dan menginggatkan ia akan kiprah amal soleh bapaknya yang luar biasa mampu membangun hubungan baik dengan penulis lewat media sosial. Penulis banggakan Bapaknya, dan menceritakan pada putranya, bahwa bapaknya, sahabat penulis yang meninggal ini, sangat membekas kehadirannya, dan selalu ingat hubungan baik yang diperbuatnya, walau ia hanya memberi emoticon jempol sebagai tanda support beliaunya, pada aktifitas apapun yang penulis buat, saat beliaunya masih hidup.
Baru dua hari kemarin penulis temui bapaknya.
Baru saja ia siap ikut dengan penulis, untuk berkiprah di lembaga yang penulis pegang di LTN NU, supaya kita bisa kiprah bersama dan ada kebermanfaat diri yang nantinya terasa bagi umat.
Alhamdulillahnya, ia tertarik dan siap berhidmat, niatnya saja sudah terpuji, dan itu penulis dengar sendiri bagaimana ia antusias.
Itu juga yang ceritakan dari putranya, dan disampaikan kembali cerita itu pada penulis. Alhamdulillah niatnya sudah mulia, ini menjadi catatan khusus tentang pentingnya niat yang tidak bisa di anggap sepele.
Kita kadang lupa kapan kita akan dipanggil sang maha pencipta.
kita terlalu pongah dan merasa hidup kita masih akan lama, dan jauh dari kematian.
Adakah kebaikanmu yang telah engkau bangun di media sosial ?
Sangat penting jika kehadiran kita, kebaikan kita, kebermanfaatan diri kita membekas dan diingat para sahabat kita.
Insyaallah Surga menanti kedatangan kita pada saatnya nanti.
Mari bangun kebaikan diri, di ruang-ruang apapun yang mampu kita bangun.
Hindari kesan buruk kita untuk para sahabat yang kita kenali.
Media sosial adalah jalan, dan jembatan, “Sirotol Mustaqim” kita di dunia.
Semoga kita bisa melewatinya dengan selamat untuk sampai ke tujuan kita yang baik di akhir penghujung kiprah kita di dunia ini.
Nafas kita akan berhenti, kegelapan akan datang menyelimuti ruh kita.
Dan pada saat seperti itu, amal soleh lah yang akan menjadi teman seiring yang akan menerangi hidup kita selanjutnya di alam barzah, semoga kita semua terselamatkan, dan mendapatkan akhir kehidupan yang bahagia, aamiin.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn