Ngaji Kitab Al-Hikam bersama KH. Asep Mukhtar Rifa’i Banjaran : Hikmah ke-28
شتان بين من يستدل به أو يستدل عليه المستدل به عرف الحق لأهله فأثبت الأمر من وجود أصله والإستدلال عليه من عدم الوصول إليه وإلا فمتى غاب حتى يستدل عليه و متى بعد حتى تكون الآثار هى التى توصل إليه.
“Sangat berbeda antara orang yang menyakini bahwa wujud Allah menunjukkan wujud alam (mustadil bih) dengan orang yang menyakini wujud alam menunjukkan wujud Allah (mustadil alaih). Mustadil bih menyakini bahwa segala wujud milik Allah sehingga menetapkan wujud segala sesuatu kepada asal muasalnya. Sedangkan mustadil alaih adalah bukti orang yang belum sampai kepada Allah. Jika demikian, sejak kapan Allah gaib sehingga memerlukan bukti yang menunjuk-Nya? Sejak kapan Allah jauh sehingga jejak-jejak ciptaan ini yang bisa menyampaikan kepada-Nya.”
Untuk bertemu dengan orang yang sudah dikenal, maka kita tidak membutuhkan ciri-ciri orang itu. Berbeda jika kita belum kenal. Kita butuh pada tanda dan ciri agar tidak salah orang.
Demikian juga dalam mengenal Allah. Ada orang yang diberi anugerah bisa mengenal-Nya langsung. Dan ada pula orang yang mengenal-Nya melalui ciptaan-Nya. Tentunya antara keduanya ada perbedaan.
Lalu, kita ini termasuk yang mana? Yang pertama atau yang kedua? Kayanya kita bikin kelompok yang baru, yaitu orang yang abai dengan tanda, jejak dan bukti itu, akibatnya kita lebih mengenal dan takut kepada Hantu daripa Tuhan.
(06.07/010218)