The news is by your side.

Ngaji Kitab Al-Hikam bersama KH. Asep Mukhtar Rifa’i Banjaran : Hikmah ke-29

لينفق ذو سعة من سعته الواصلون إليه ، ومن قدر عليه رزقه السائرون إليه

“Pemilik keluasaan rejeki, yaitu waashil (orang2 yang sudah sampai kepada Allah) harus menginfakkan rejekinya; dan demikian pula dengan orang yang rejekinya dibatasi, yaitu saairiun (orang2 yang sedang berjalan menuju Allah).”

Tidak kebahagian yang lebih membahagiakan ketika kita bisa bertemu dan mengenal Dzat yang selama ini menggelontorkan kebaikan-Nya. Dan ketika itu, apa yang selama ini kita bangga- banggakan, menjadi sesuatu yang tidak berharga.

Ya, sesuatu yang membuat kita hebat, gagah, terhormat, besar kepala, nyatanya bersumber dari-Nya, Yang Maha Segalanya. Kalau sudah begitu, apa artinya popularitas, apa makna kehormatan, apa gunanya menumpuk harta, mencari jabatan?

Pasti semua itu semu dan akan meninggalkan kita. So, sebelum ditinggalkan, kaum waashilun akan melepaskannya, bahkan anak pun bila perlu dikurbankan seperti nabi Ibrahim. Dan Allah, bagi waashil, sudah cukup.

حسبنا الله ونعم الوكيل

Lalu bagaimana dengan kita? Kita bukan washilun. Saairun kayanya tidak. Kita tidak harus melepaskan jabatan, mengeluarkan semua kekayaan, memilih hidup hina dan sengsara. Tidak harus seperti itu. Yang harus kita lakukan, bagaimana caranya agar bisa menggapai keberkahan dengan ilmu, harta, kehormatan nasab, dan jabatan yang ada.

(21.29/020218)

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.