The news is by your side.

Pejalan-pejalan Ruhani

Mereka para pencari Tuhan, seperti halnya para Aulia, Wali -wali Allah, merupakan manusia-manusia tangguh, yang mendidik jiwa mereka dengan disiplin ketat, di atas kebiasaan manusia rata-rata.

Tak ada yang seketat pendisiplinan dalam menundukan jiwa, nafsu, dan karakter buruk sifat hewani yang ada dalam dirinya, sekeras para Auliya Allah ini.

Dalam buku kisah para wali, yang pernah penulis baca puluhan tahun silam sejak jaman SMA, di ceritakan ada seorang wali yang 30 tahun, ia tidak pernah menatap langit, karena saking takutnya ia pada Allah.

Dilain kisah, pada cerita sunan Kalijaga, ia bertapa tahunan di pinggir kali, sehingga masyarakat yang melihatnya, menyebut ia sebagai Kalijaga, seorang penjaga kali.

Kisah-kisah pendisiplinan jiwa ini terus dilakukan, pun sampai pada masa modern ini, itu masih terus ada.

Sehingga wajar wali itu selalu ada, ia tampil sebagai pengingat umat pada ajaran Ahlaq sang Nabi, karena ia dakwah dengan mengedepankan Ahlaq, lewat sosok kaalitas kepribadiannya yang mulia, subhanallah.

Mereka para penakluk jiwa, ia bagai oase di Padang gersang, sebab banyak kafilah, manusia-manusia, yang perlu akan tegukan air untuk pelepas dahaganya, yang mampu memberi mereka semangat untuk hidup tentunya.

Dan manusia yang mendatangi para Aulia Allah ini, merupakan manusia beruntung, sebab mereka bisa mendapatkan bekal, kompas arah yang jelas, dari arahan para Aulia Allah ini, manusia yang mendatanginya akan jadi manusia yang terselamatkan, sehingga manusia ini pun ikut tercerahkan, terselamatkan kehidupan dunia dan akhiratnya, Alhamdulillah.

Para pejalan Ruhani, merupakan mereka yang terus digodog oleh didikan Allah yang luarbiasa, dalam tempaan-tempaan untuk mendidik diri mereka, di cuci batin, hati, dan karakternya, hingga bersih hatinya tak ada syirik, dan menyekutukan Allah.

Sampai pada titik di mana Allah menunjukkan jalan keghaiban padanya, dengan memberi pencerahan, dan terbukanya pintu hijab diri, hingga ia di tuntun oleh hatinya, dan hatinya menjadi penasehat bagi dirinya.

Maka tak aneh bagi penulis dalam melihat sikap para Aulia, atau manusia suci ini, mereka akan berkata sesuai kata hatinya. Dan kita harus tahu juga, tetap kita jangan lemah hati. Jangan marah, jangan mendendam. Lapangkan hati kita untuk menerima apa yang ia katakan.

Tapi, tetap kita harus berpikir kritis, apakah bicara wali ini benar, atau bicaranya ngelantur…

Sebab jika kita bertemu dengan wali Setan, tentunya ia akan bicara ngelantur, itu ditandai, ia merasa lebih hebat dari Nabi Kita.

Namun jika ia Waliyullah, para walinya Allah, ia akan bicara menguatkan nilai akidah, menunjukan kecintaannya pada Nabi, menganjurkan memperbanyak Sholawat padanya, serta menjaga silaturahmi dengan para Karuhun kita, yang telah tiada, dengan anjuran ziarah kubur yang mesti kita jaga.

Yaa para Aulia Allah itu..
Ketika ia mendakwahi kita secara individu, bila pun ia marah dalam bicara, kemarahannya itu sebagai bentuk kasih sayang mengingatkan manusia yang ia hadapi, mengapa ?

Mungkin kita perlu di cambuk dengan kata-katanya.
Bisa jadi itu karena sebab, bebalnya diri kita, dan kerasnya hati kita.
Sehingga dengan cara seperti itu, bisa jadi Allah mengedor hati kita lewat bicaranya sang wali ini pada kita, subhanallah.

Dan jika ia berkata lemah lembut, di sanalah mutiara hidup ia tebar, kita sebagai pendengar harus awas, kita harus tahu, catat apa yang ia katakan, karena kita bisa mengambil hikmah dari kata-katanya yang di pandu oleh Allah itu.

Mereka para Aulia Allah adalah para pejalan-pejalan Ruhani yang terus mencari Allah, dan manusia seperti ini, adalah manusia yang selalu Istiqomah dan ikhlas dalam ketaatan serta setia mengikuti tuntunan Nabi.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushshilat : 30)

Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.