The news is by your side.

Perjuangan WNI di Luar Negeri, Memilih adalah Hak Istimewa

Perjuangan WNI di Luar Negeri, Memilih adalah Hak Istimewa | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat

Jakarta, NU Online
Antusiasme tinggi diperlihatkan oleh warga negara Indonesia (WNI) di sejumlah negara untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum (pemilu) 2019. Selain harus mengantre puluhan kilometer, mereka juga harus menempuh jarak ratusan kilometer untuk menuju tempat pemungutan suara.

Proses pemungutan suara pemilu 2019 di luar negeri berlangsung pada 8-14 April 2019 pekan lalu. Namun, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memastikan, penghitungan suara hasil pemilu di luar negeri baru akan dilakukan pada 17 April waktu setempat.

“Kegiatan penghitungan suara pemilu di LN (luar negeri) dilaksanakan pada 17 April 2019 sesuai waktu setempat,” jelas Anggota Komisioner KPU, Hasyim Asy’ari, Rabu pekan lalu kepada wartawan.

Namun demikian, harus diakui bahwa kurang maksimalnya panitia pemilihan luar negeri (PPLN) menyebabkan banyak WNI tidak bisa menggunakan hak suaranya. Bahkan di Sydney, Australia sejumlah pihak menuntut pemilihan ulang agar semua WNI bisa nyoblos.

Semangat yang dintunjukkan WNI di luar negeri untuk menyukseskan pesta demokrasi lima tahunan patut dicontoh WNI di dalam negeri untuk berbondong-bondong menuju tempat pemungutan suara (TPS) Rabu (17/4) besok. Karena bagi WNI di luar negeri, memilih merupakan hak istimewa warga negara untuk menentukan pemimpin terbaik. 

Hak istimewa tersebut diwujudkan oleh sejumlah WNI di luar negeri yang rela menempuh jarak cukup jauh untuk menggunakan hak suaranya. Seperti WNI di Yordania yang rela menempuh perjalanan panjang dari domisilinya ke tempat pemungutan suara luar negeri di Ibu Kota Amman.
Salah seorang WNI yang bekerja di Kota Ma’an (sekitar 200 km dari ibukota Amman), mengungkapkan kegembiraannya dapat melakukan pencoblosan suara di ibu kota Yordania, yang digelar pada Jumat 12 April 2019.

“Meskipun tinggal jauh dari tanah air, saya senang dapat menggunakan hak pilih saya untuk menentukan masa depan Bangsa Indonesia yang lebih baik 5 tahun ke depan,” tuturnya seperti dikutip dari Antara, Ahad (14/4).

Begitu juga dengan para WNI di Turki yang sebagian besar mahasiswa antusias mengikuti Pemilu 2019, salah satunya Muhammad Rifqi, yang rela menempuh 12 jam perjalanan dari Kota Rize menuju Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) di Kota Ankara pada pemungutan suara yang dilakukan Sabtu (13/4).

Perjuangan untuk nyoblos juga dilakukan oleh Siti Raisa (26), warga Makassar, yang menempuh pendidikan di University of Notre Dame Environmental Engineering, Amerika Serikat (AS). Raisa rela menempuh perjalanan 300 kilometer hingga kembali ke rumahnya hanya untuk menyalurkan hak suaranya pada Pemilu 2019.

Raisa harus menggunakan kereta 2 jam dari Kota South Bend, Indiana, ke State Chicago Illinois, Amerika. Sesampai di Chicago, Raisa kemudian menuju Indonesia Cultural Center (ICC) untuk menyalurkan hak suaranya sebagai warga negara Indonesia.

Hal serupa juga dikerjakan oleh Karina Andjani (28) yang harus menempuh ratusan kilometer dari rumahnya ke satu-satunya TPS di Den Haag, Belanda untuk mengikuti pemilihan umum (pemilu) presiden dan anggota legislatif pada Jumat, 13 April 2019.

Karina harus menempuh jarak sejauh 107,5 kilometer dari rumahnya di Kota s-Hertogenbosch ke TPS di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) menggunakan kereta selama dua jam.

“Di Belanda jarak ratusan kilometer dapat dijangkau dalam hitungan jam menggunakan kereta. Mungkin di sini berbeda dengan kondisi di Indonesia atau di Amerika Serikat, karena di dua negara itu banyak orang masih berpindah memakai mobil,” kata Karina.

Perjuangan melelahkan juga dilakukan seorang mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh studi di Kazan Federal University, Rusia, rela menempuh perjalanan 13 jam dengan menggunakan kereta api dari Kota Kazan menuju Moskow, demi bisa menyalurkan hak pilihnya pada Pemilu 2019.

Mohammad Farhan Ramadhan, demikian nama mahasiswa Indonesia penerima beasiswa dari Pemerintah Rusia itu mengaku, Pemilu 2019 merupakan pemilu pertamanya. Karena itu, jarak ratusan kilometer tak menjadi alasan baginya untuk melewatkan kesempatan bersejarah dalam hidupnya itu.

“Ini Pemilu pertama saya, dan saya ingin mempunyai andil juga dalam menyalurkan hak suara saya sebagai warga negara demi bangsa Indonesia,” kata Farhan dalam keterangan tertulis KBRI Moskow, seperti dilansir dari Antara, Senin (15/4).

Farhan rela menempuh jarak 816 kilometer dan menembus cuaca dingin dari Kazan ke Moskow agar sekaligus bisa bersilaturahim dengan sesama warga Indonesia di Rusia, setelah pemungutan suara pada Ahad (14/4).

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengimbau dan berpesan kepada seluruh rakyat Indonesia agar menggunakan hak pilih sebaik-baiknya.

Kiai Said mengajak peran serta seluruh warga negara menyukseskan penyelenggaraan pemilu yang bersih, jujur dan adil dengan menggunakan hak pilihnya dalam mekanisme demokrasi lima tahunan.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini menegaskan bahwa pemilu yang jurdil adalah wasīlah (perantara) untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional.

“Karena itu, kepada seluruh warga negara yang telah memenuhi syarat, Nahdlatul Ulama mengimbau agar tidak golput,” ucap Kiai Said. (Fathoni)

Sumber : NU Online

Leave A Reply

Your email address will not be published.