Pesan Ketua PWNU Jawa Tengah Terhadap Buku “Muslimat NU Militan untuk NKRI”
Nurul Azizah – Alhamdulillah Senin sore 10/7/2023 penulis bersilaturahmi ke kantor PWNU Jawa Tengah yang beralamat di Jalan Dokter Cipto No. 180 Semarang. Sebelumnya penulis sudah komunikasi lewat WhatsApp untuk menyerahkan buku “Muslimat NU Militan Untuk NKRI” kepada Ketua PWNU Jawa Tengah Drs. KH. Mohammad Muzamil.
Penulis diterima dengan santun oleh Kiai Muzamil. Beliau sangat senang sekali dengan terbitnya buku ke-2 ini. Buku ini terbit atas doa, izin, suport dan restu dari PWNU Jawa Tengah beserta jajarannya. Walau jarang ketemu, kami biasa komunikasi lewat WhatsApp.
Pesan beliau terhadap terbitnya buku ke-2, bahwa isi buku tersebut merupakan apresiasi penulis terhadap perkembangan NU dan ikut menjaga kedamaian NKRI yang majemuk. Isi tulisan dalam buku tersebut sebagai bukti nyata bahwa penulis ikut mewarnai perkembangan NU diera digital. Serta ikut menjaga eksistensi bangsa ini dari berita-berita hoak dan tipu daya yang sengaja dimunculkan.
Kiai Muzamil menuturkan sebagai badan otonom (banom) Nahdlatul Ulama pada segmen perempuan dewasa atau ibu-ibu, komitmen Muslimat NU pada NKRI sangatlah kokoh, tak tergoyahkan dari waktu ke waktu sejak kelahirannya tahun 1946.
Menurut Ketua Umum PP Muslimat NU Nyai Hj Khofifah Indar Parawansa, ketika melantik Pimpinan Cabang Muslimat NU Malang (1/6/2022), ada empat pilar Muslimat NU dalam menjaga NKRI. Pertama, Pancasila. Kedua, Bhinneka Tunggal Ika. Ketiga, negara kesatuan republik Indonesia atau NKRI. Dan keempat, UUD 1945.
Keempat pilar tersebut, pernah disampaikan anggota Mustasyar PBNU Syaikh KH Maimun Zubair dalam berbagai kesempatan pengajian, empat pilar tersebut bisa saja disebut PBNU, tidak hanya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tetapi kepanjangan dari Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Sikap dan pandangan Muslimat NU dalam mempertahankan NKRI tersebut juga berpijak pada keputusan Muktamar NU yang menerima Pancasila sebagai dasar, tujuan dan ideologi Negara.
Sejak awal kelahirannya tahun 1926, NU telah menyadari perlunya negara bangsa yang merdeka guna membebaskan diri dari tangan kekuasasan para penjajah. Hal ini terlihat keikutsertaan para alim ulama dalam mempelopori laskar Hizbullah dan Sabilillah dalam merebut kembali kemerdekaan bangsa.
Setelah “perang Jawa” yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro tahun 1825-1830 M, usaha perlawanan terhadap penjajah bukanlah terhenti, melainkan diteruskan oleh sisa-sisa para pengikutnya yang selamat dan berhasil menghimpun kekuatan kembali pertahanan semesta, dengan strategi yang tepat, dimulai dari usaha pendidikan Islam pada pondok pesantren, surau dan masjid.
Selain itu juga dilakukan para ulama melalui gerakan Thariqah al-Muktabaroh yang memiliki hubungan batin para Mursyid dengan santri-santrinya. Waktu itu Muslimat NU memang belum terbentuk, namun peranan ibu-ibu Nyai pengasuh Pondok Pesantren dan majelis pengajian yang ada, selalu setia membantu perjuangan para kiai dan santri dalam perjuangannya merebut kemerdekaan.
Sikap demikian bukan semata-mata didasarkan pada rasa cinta terhadap tanah air atau kampung halaman, melainkan didasarkan pada pandangan keagamaan seperti pernah disampaikan oleh Hadratus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan Syaikh KH Abdul Wahab Hasbullah, yang pada intinya bahwa umat Islam tidak akan dapat menjalankan syariat Islam secara leluasa jika negeri ini belum merdeka. Pandangan keagamaan seperti ini tentu sangat relevan karena memang dalam kajian fiqih salah satu syarat menjalankan rukun Islam bagi umat Islam adalah merdeka.
Oleh karena itu buku yang ditulis oleh Ibu Nyai Hj Nurul Azizah, S.Pd, M.Si ini sangat penting untuk ditelaah dan dikaji oleh para generasi penerus, agar dapat meneruskan cita-cita perjuangan ulama terdahulu yang sholih, termasuk di dalamnya para ibu Nyai yang gigih dalam ikut serta merebut dan mempertahankan eksistensi NKRI. Semoga penulisan buku ini merupakan amal jariyah yang terus bermanfaat dunia akhirat bagi penulisnya khususnya dan para pembaca pada umumnya, aamiin.
Sambutan yang luar biasa dari seorang ulama ketua PWNU Jawa Tengah sangat-sangat memberi semangat bagi penulis untuk terus berkiprah berjuang untuk NU dan NKRI dengan caranya sendiri, yaitu terus menyuarakan keberadaan NU yang gigih dalam menjaga NKRI.
Semoga buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI bisa dimiliki warga Nahdliyyin khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dijadikan bahan pemikiran dan bacaan yang menyegarkan bagi pembaca.
Nurul Azizah, penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.