Pidato Ketum PBNU pada Pembukaan Munas-Konbes NU 2021
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله سيدنا محمد ابن عبد الله وعلى اله واصحابه ومن تبع سنته وجماعته من يومنا هذا الى يوم النهضة، اما بعد.
Yang kami muliakan, Mustasyar PBNU sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia.
Yang kami hormati Rais ‘Aam PBNU beserta seluruh jajarannya, Pengurus Tanfidziyah PBNU beserta pimpinan Lembaga dan Banom di lingkungan NU, para pimpinan Wilayah NU dan Hadirin Hadirat peserta Munas dan Konbes NU yang berbahagia.
Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun ini diselenggarakan di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya usai. Meski situasi saat ini cenderung melandai di tengah gencarnya ikhtiar Pemerintah melakukan vaksinasi, kita tidak boleh lengah dan abai. Setelah sempat ditunda, Munas-Konbes ini digelar dengan prokes yang ketat. Kegiatan ini diputuskan sebagai forum internal, dengan peserta terbatas, tanpa mengundang pihak eksternal. Ini dilakukan untuk menyempurnakan ikhtiar kita dalam rangka memutus rantai penularan.
Pertimbangan keselamatan dan kesehatan jamaah adalah kaidah tertinggi jamiyah dalam menjalankan roda organisasi di tengah situasi pandemi. Tidak ada maksud lain terkait desain konsep dan waktu penyelenggaraan permusyawaratan organisasi selain komitmen mengawal salah satu pilar maqâshid al-syarîah, yaitu hifz al-nafs. NU telah kehilangan ratusan kiai dan pengasuh pesantren selama pandemi. Ini musibah besar bagi NU dan kerugian bagi umat Islam.
Karena itu, NU harus menjadi teladan dalam semua ikhtiar untuk memutus rantai penularan. Meski kita yakin sepenuhnya ajal di tangan Allah, kita wajib berikhtiar menjaga dan melindungi para masyayikh, kiai, pengurus, dan warga Nahdliyin dengan disiplin menjalankan prokes, baik dalam kegiatan pribadi maupun organisasi.
Pandemi ini nyata dan belum usai. NU mendukung dan membersamai langkah-langkah Pemerintah dalam menangani pandemi, dari hulu hingga hilir. Dari sisi hulu, penerapan prokes tidak boleh kendor. Meski sekarang tengah landai, ada kemungkinan terjadi lonjakan gelombang ketiga. Menurut keterangan epidiomolog, berdasarkan pola kurva tiga-lima bulanan, lonjakan diperkirakan terjadi di akhir 2021. Dari sisi tengah, NU mendukung percepatan vaksinasi agar segera terbentuk herd immunity atau kekebalan komunitas.
Dari sisi hilir, NU merekomendasikan agar Pemerintah memperbaiki sistem kesehatan nasional dengan meningkatkan rasio dan keandalan fasilitas kesehatan (RS dan Puskesmas), mengurangi kesenjangan distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan (dokter/dokter spesialis, perawat, dan bidan), serta memperkuat ekosistem kesehatan, mulai kemandirian farmasi, penambahan dokter dan nakes, kapasitas RS dan Puskesmas, dan produksi alkes. Saat ini, sekitar 94% alkes yang beredar adalah produk impor. Dominasi alkes impor menandai rapuhnya sistem kesehatan nasional.
Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Pandemi hanya bisa diatasi dengan sinergi dan kerja sama Pemerintah dan masyarakat. Masyarakat displin prokes, sementara Pemerintah menggalakkan vaksinasi dan memperbaiki ekosistem kesehatan. Pemerintah perlu membatasi akses masuk bagi tenaga kerja asing, sampai situasi pandemi terkendali. Di sisi lain, masyarakat tidak boleh euforia dengan berbagai pelonggaran kegiatan masyarakat. Kita semua harus waspada terkait potensi datangnya gelombang ketiga.
Selain waspada terhadap mutasi virus SARS-CoV-2, kita semua juga tidak boleh lengah dengan potensi ancaman sosial politik dalam negeri. Sebagaimana dilansir Kepada BNPT, sel terorisme masih hidup dan aktif melakukan rekrutmen melalui fasilitas internet dan media sosial selama pandemi. Mereka aktif melakukan fund raising berkedok penggalangan dana kemanusiaan. Mereka juga menyalahgunakan kotak-kotak amal untuk merekrut generasi muda atau kaum milenial.
NU mengapresiasi kinerja aparat yang melumpuhkan sel-sel JI (Jamaah Islamiyah) dan JAD (Jama’ah Anshorut Daulah), dengan menangkap Abu Rusydan dan menembak mati Ali Kalora. Ini bagian dari ikhtiar melindungi jiwa dan raga bangsa Indonesia dari ancaman terorisme dan paparan ideologi jihadis. NU juga mendesak Pemerintah untuk menindak tegas aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang yang membunuh dan menganiaya tenaga kesehatan (nakes) di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun ini, selain memutuskan pelaksanaan Muktamar ke-34, akan membahas beberapa masalah sosial keagamaan. Di bidang Waqi’iyah akan dibahas hukum gelatin, daging berbasis sel, dan hukum crypto currency. Di bidang Maudlu’iyah akan dibahas konsep Moderatisme NU dalam Politik, Metode Istinbath Maqashidi, dan pandangan Islam tentang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).
Di bidang Qanuniyah, akan dibahas telaah terhadap UU No. 1 Tahun 1965 tentang Penodaan Agama, RUU Minuman Beralkohol, serta Carbon Tax dan Carbon Trading. Adapun materi Konbes akan dibagi ke dalam Komisi Organisasi, Komisi Program, dan Komisi Rekomendasi. Komisi Rekomendasi, antara lain, akan membahas dan mendiskusikan perlunya Pemerintah berhati-hati dalam pengelolaan dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) agar tepat guna dan tetap sasaran. Jangan sampai, dengan dalih pandemi, uang negara dihamburkan tanpa pertanggungjawaban. Pemerintah juga perlu waspada dengan jumlah utang yang naik pesat, dari Rp4.778 triliun pada 2019 menjadi Rp6.074 triliun pada 2020. Pengendalian utang perlu agar Indonesia tidak terperangkap dalam jerat utang (debt trap) di masa depan.
Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Demikian dan mohon berkenan Mustasyar PBNU sekaligus Wakil Presiden RI memberi sambutan sekaligus membuka acara Munas dan Konbes NU di Jakarta, 25-26 September 2021.
شكرا ودمتم في الخير والبركة والنجاح، والله الموفق إلى أقوم الطريق
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته