Prespektif Hijroh dan Jihad dalam Kekinian
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ،
اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Beberapa hari lagi akan memasuki awal tahun 1440 dalam penanggakan lslam, yaitu hijroh. Tak terasa usia dunia bertambah dekat dengan kehancuran bumi atau kiamat. Selaiknya umat lslam berlomba-lomba menam kebaikan dan menjauhi kemaksiatan serta menghilangkan kebencian.
Hijroh dan jihad sering dikaitkan di dalam satu bab hadits. Hijroh dan jihad merupakan perintah Allah yang memiliki keutamaan luar biasa. Hijroh dan jihad memerlukan pengorbanan maksimal. Seseorang “harus” rela meningggalkan kampung halaman, harta, aset, jaringan bisnis, dan lain sebagainya. Hal ini tergambar pada At-Taubah 111
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sungguh, Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan (bayaran) surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu membunuh atau terbunuh sebagai janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Itulah kemenangan yang besar.
Selain ayat Al-Quran, hadits Rosulullah juga menerangkan keutamaan hijroh dan jihad. Hijriah dan jihad ini amal yang tidak ringan. Keduanya menempati posisi ketiga setelah sholat pada tepat waktu dan berbakti kepada orang tua sebagaimana
Imam al-Bukhari meriwayatkan:
فيه: ابْن مَسْعُود، سَأَلْتُ الرسول، (صلى الله عليه وسلم) قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَىُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: (الصَّلاةُ عَلَى مِيقَاتِهَا)، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: (ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ)، قُلْتُ: ثُمَّ أَىٌّ؟ قَالَ: (الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ)، فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ (صلى الله عليه وسلم)، وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى
Aku bertanya kepada Rosulullah, ‘Wahai utusan Allah, amal apakah paling utama?’ ‘Sholat tepat waktu,’ jawab Rosulullah. ‘Lalu apa lagi?’ tanyaku. ‘Berbakti kepada kedua orang tua,’ jawabnya. ‘Kemudian apa?’ tanyaku. ‘jihad di jalan Allah,’ jawabnya. Lalu aku diam. Andaikan kutambah pertanyaan, niscaya ia akan menjawabnya.
Rosulullah menerangkan keutamaan jihad setara dengan ganjaran sholat dan puasa sepanjang waktu tanpa putus.
Sementara itu dalam masalah hijroh disebutkan
لا هجرة بعد الفتح
Takada hijroh setelah fathu Mekah.
Ulama mengatakan, hijroh dari darul harbi ke dar as-salam tetap disyariatkan hingga kiamat.
Tak ada (perintah) untuk hijroh (meninggalkan) kota Mekah setelah peristiwa fathu Mekah, karena kota itu sudah berubah menjadi darul Islam. Sedangkan hijroh disyariatkan bagi mereka yang mendiami darul harbi.
Jihad maknanya memiliki jalan untuk mengejar keutamaan-keutamaan dalam pengertian hijroh. Itu bisa didapat dengan jihad dan niat baik dalam segala hal. ‘Jika diminta berjuang, maka berjuanglah, bila negara memanggil untuk berjuang dalam sebuah peperangan, maka sambutlah panggilan negara itu,” (Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Ad-Dibaj ala Shohihi Muslim ibn al-Hajjaj, [Saudi: Daru Ibni Affan, 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz III, halaman 397).
Jihad Utama dan Hijroh adalah Haji Mabrur
‘Wahai Rasulullah SAW, kami memandang jihad sebagai amal paling utama. Apakah kami boleh berjihad?’ tanya Aisyah ‘Kalian menunaikan haji yang mabrur sebagai jihad paling utama,’ jawab Rosulullah.
Hijroh adalah perintah wajib di masa-masa awal Islam bagi pemeluk Islam karena jumlah mereka yang sedikit dan keperluan mereka untuk bergabung dan berkonsolidasi. Ketika Allah menaklukkan Kota Mekah, masyarakat memeluk Islam berbondong-bondong, maka gugurlah kewajiban hijroh. Yang tersisa hanya kewajiban jihad dan niat baik bagi orang yang melakukannya atau ketika musuh menyerang. Sementara Allah menjadikan ibadah haji sebagai amal yang lebih utama dibanding jihad karena ketidakperluan mereka pada jihad,” (Lihat Ibnu Baththal Al-Qurthubi, Syarah Shahih Bukhari, [Riyadh: Maktabah Ar-Rusyd, tanpa catatan tahun], juz V, halaman 5-6).
Disimpulkan bahwa perintah hijroh secara fisik bersifat wajib di awal penyebaran agama Islam atau dalam kondisi darurat seperti awal pergerakan kemerdekan 1945-1946. Sedangkan dalam suasana kondusif seperti ini, hijroh dan jihad dipahami sebagai upaya maksimal umat Islam untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengatasi masalah yang berkembang di masayarakat yaitu dampak ekstraksi atas lingkungan hidup, soal korupsi, masalah hoaks dan ujaran kebencian, politik uang, penanganan sampah, soal pendidikan, masalah anak dan perempuan atau soal layanan publik, dan banyak masalah lain.
Jemaah Jumat Yg Dimuliakan Allah
Khotib mengingatkan, urgensi jihad yaitu berupaya sekuat-kuatnya untuk penempatan lslam sebagai agama Allah dengan sebenar-benarnya melalui hijroh. Yaitu mulai hari ini tiada lagi rasa permusuhan, hate speech, dan hoax dengan beralih kepada persaudaraan dan persahabatan. Mengutamakan cek and recek atau tabayun bila menerima berita. Telisik sumbernya, boleh jadi fitnah, ghibah, dan namimah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُون
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan melaksanakan persaksian di antara manusia dengan benar. Janganlah kebencian kalian yang sangat membabi buta kepada suatu kaum, membawa kalian untuk bersikap tidak adil kepada mereka. Tetaplah berlaku adil, karena keadilan merupakan jalan terdekat menuju ketakwaan kepada Allah dan menjauhi kemurkaan-Nya. Takutlah kalian kepada Allah dalam setiap urusan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui semua yang kalian perbuat dan Dia akan memberi balasan yang setimpal. (5:8)
Islam telah menyeru umat manusia untuk selalu konsisten dengan keadilan, baik dengan penguasa maupun dengan musuh. Merupakan tindakan yang tidak benar kalau kebencian mengakibatkan perlakuan tidak adil. Hal itu diterapkan pada hubungan antar individu dan hubungan antar institusi atau negara. Bersikap adil terhadap musuh diterangkan oleh al-Qur’ân secara sangat jelas, sebagai sikap yang mendekatkan diri kepada takwa. Seandainya prinsip keadilan itu diterapkan dalam hukum internasional, maka tidak akan ada peperangan. Kalau setiap agama mempunyai ciri khas tersendiri, maka ciri khas Islam adalah konsep tauhid dan keadilan.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II