PWNU dan Pemprov Jawa Barat Adakan Halaqah Kebangsaan
Oleh : Muhamad Maksugi
Selasa (9/10), Ulama Ahlussunnah Waljamaah dari berbagai wilayah di Jawa Barat datang ke Bandung memenuhi Ballroom Hotel Aryadutha Jl. Sumatera No 51 Bandung untuk menghadiri acara halaqah kebangsaan dengan tema “Bagaimana Memahami Tugas Kita dalam Agama dan Negara & Menuju Jawa Barat sebagai Bumi Ahlussunnah Waljamaah.” yang diselenggarakan oleh PWNU Jawa Barat bekerjasama dengan Pemprov Jawa Barat.
Acara tersebut di hadiri oleh Al-Habib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidz, H. Muhammad Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat, KH. Hasan Nuri Hidayatullah Ketua PWNU Jawa Barat, dan ulama-ulama lain di Jawa Barat.
Tujuan di adakan acara ini diharapkan ulama dan umara mampu bersinergi untuk menyebarkan kedamaian dalam kehidupan beragama melalui koridor ahlussunnah waljamaah. Menurut Gus Hasan, perlunya membumikan ahlussunnah waljamaah dalam kehidupan beragama di Indonesia, khususnya Jawa Barat perlu untuk dilakukan untuk menjamin kenyamanan beragama bagi kelompok lain karena ahlussunnah waljamaah mengajarkan Islam yang toleran sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW di Madinah dalam perjanjian Piagam Madinah.
Ridwan Kamil selaku gubernur Jawa Barat yang hadir mewakili umara dalam acara tersebut juga mengamini apa yang disampaikan Gus Hasan. Menurut Ridwan Kamil meskipun secara tupoksi dirinya tidak memiliki wewenang untuk mengurusi masalah keagamaan karena itu wilayahnya milik MUI, namun dirinya selalu teringat oleh nasihat ibundanya bahwa yang akan ditanyakan di akhirat sebagai umara nanti bukan berapa jembatan yang sudah di bangun namun sudahkah warganya hidup dalam ridha Allah SWT. Berangkat dari nasihat ibundanya tersebut Ridwan Kamil memainkan peran keagamaan melalui program-program pemerintah seperti “Maghrib Mengaji”, “Tabungan Mesra”, dan yang lainnya.
Sebagai sosok yang lahir dari keluarga ahlussunnah waljamaah yang ditandai dengan ditemukan karya yang berjudul Fadhilah Ahlussunnah Waljamaah karya kakeknya selaku pendiri Pesantren Pagelaran yang tersebar di wilayah Jawa Barat, Ridwan Kamil merasa ajaran Ahlussunnah Waljamaah yang membawakan wajah islam ramah ala ulama-ulama Nusantara perlu untuk di sebarkan bukan hanya di Indonesia sendiri tapi juga ke dunia. Oleh sebab itu Ridwan Kamil akan me-landing-kan program pelatihan bahasa Inggris pada kyai-kyai di pesantren-pesantren agar bisa menjadi delegasi dunia untuk menyuarakan Islam Ahlussunnah Waljamaah yang mendamaikan ala ulama Nusantara.
Sementara itu, menurut Al-Habib Umar Bin Muhammad Bin Salim Bin Hafidz Islam yang dibawakan oleh ahlussunnah waljamaah mengambil esensi ajaran Islam yang dibawakan oleh Rasulullah SAW, Sahabat, dan para Tabiin dalam mensyiarkan Islam harus di sebarluaskan.
Hal tersebut seperti yang tertuang dalam cerita kepemimpinan Umar bin Khatab dengan seorang non-muslim. Suatu ketika seorang non-muslim yang tidak pernah ketinggalan membayar uang Jizyah di masa mudanya telah menua dan tidak mampu bekerja lagi sehingga dirinya terpaksa menjadi pengemis untuk membayar uang Jizyah. Sahabat Umar yang mengetahui hal tersebut langsung menemuinya dan membebaskan dirinya dari Jizyah bahkan negara akan membiayai hidupnya. Saat Sahabat Umar menawari seorang non-muslim tersebut sebuah jabatan asal mau mengucapkan Syahadat dan masuk Islam, seorang non-muslim tersebut justru menolaknya. Alih-alih marah dengan penawaran mulia tersebut, Sahabat Umar justru tersenyum dan berkata, “Sungguh tidak ada paksaan dalam Islam”.
Esensi keteladanan nabi dan para sahabat seperti itulah yang mengilhami ahlussunnah waljamaah untuk menyebarkan Islam yang damai, bukan Islam takfiri yang menyalahkan kelompok lain dan merasa kelompoknya paling benar sehingga berpotensi terjadinya konflik horizontal. Itulah sebabnya menurut al-Habib Umar bin Hafidz, Ridwan Kamil, dan Hasan Hidayatullah Islam Ahlussunnah Waljamaah harus di sebarluaskan dan di bumikan di Jawa Barat bahkan dunia.