Selengkapnya : Peluncuran Buku Fragmen Sejarah NU Karya Abdul Mun’im
Abdul Mun’im Luncurkan Buku Fragmen Sejarah NU
Jakarta, NU Online
Membaca Sejarah NU, membaca sejarah peran penting dalam menentukan pemikiran dan gagasan tentang negara bangsa bernama Indonesia. Sejarah NU dari sudut pandang peneliti atau pengamatnya sendiri sangat penting, untuk menghindari ketersesatan sejarah.
Terkait hal itu, buku Fragmen Sejarah NU karya KH Abdul Mun’im DZ terbitan Pustaka Compass diluncurkan. Meskipun berupa serpihan-serpihan sejarah, tapi cukup memberi dorongan pada sejarawan NU lainnya untuk menggali lebih lanjut.
“Buku ini dikemas dalam bahasa cerita yang ringan, tetapi bisa memberi inspirasi dan menggerakkan,” kata Mun’im dalam Peluncuran buku karyanya (Fragmen Sejarah NU) di Aula Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (16/3).
Wakil Sekjen PBNU ini menilai sejarah yang ada kurang memadai dalam mengungkap sejarah politik NU. “Buku ini menuliskan sejarah yang agak beda. Kita merasa sejarah yang ada itu belum cukup proporsional dalam menempatkan NU dalam berpolitik di negeri ini,” jelas Kiai Mun’im.
NU adalah kekuatan terakhir yang berani berhadapan dengan Bung Karno dan memengaruhi kebijakannya. Salah satu contoh adalah ketika para Ulama NU menentang kebijakan kabinet kaki empat.
Diakhir sambutannya, Mun’im mengatakan bahwa buku ini menjadi perangsang para penulis NU lainnya. “Mas Zastrouw Ngatawi juga menulis fragmen sejarah ini, Gus Milal juga dan para penulis lain juga banyak yang tertantang menuliskan sejarah atas kesaksiannya sendiri,” tandasnya.
Buku ini sebelumnya juga telah dibedah pada Februari 2017 oleh Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor dengan menghadirkan penulis dan tokoh NU, KH Chalid Mawardi.
Dalam peluncuran buku ini dihadiri oleh beberapa tokoh sebagai pemberi testimoni, di antaranya KH As’ad Said Ali, Purwo Santoso, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Ahmad Muqowwam, Zastrouw Al-Ngatawi, Zaini Rahman, Milal Bizawie, dan lainnya. (Damar Pamungkas/Fathoni)
Sumber : NU Online
[divider]As’ad Said Ali Jelaskan 3 Hal Penting Buku Fragmen Sejarah NU Perlu Dibaca
Jakarta, NU Online
Di tengah konstelasi gerakan Islam yang semakin dinamis sekarang ini, perlu komitmen yang kuat dalam mempertahankan ideologinya. Dalam hal ini, NU menurut Menakertrans M. Hanif Dhakiri dibutuhkan militansi kuat dalam memegang ideologi pergerakan.
“Dibutuhkan militansi yang lebih dari kader-kader NU untuk menampilkan wajah Islam yang kontributif baik bagi dinamisasi kehidupan beragama, berbangsa dan beragama,” katanya dalam Peluncuran buku Fragmen Sejarah NU karya Wakil Sekjen PBNU KH Abdul Mun’im DZ di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Kamis (16/3).
Militansi tersebut bisa terwujud jika pengkaderan-pengkaderan terus dilakukan. Khususnya pengkaderan dalam memahami sejarah NU dan penulisannya.
Menurut Hanif, Buku Fragmen Sejarah NU terbitan Pustaka Compass ini memberi optimisme bagi pemuda Nahdliyin. “Dengan adanya buku ini kesadaran sejarah di kalangan kaum muda NU jadi lebih kuat,” katanya.
Hanif mencontohkan ketika ia bertemu dengan sejarawan nasionalis yang menulis tentang pertempuran Surabaya 10 November dan tidak mencantumkan peran kiai NU.
“Kok bisa-bisanya anda menulis tentang 10 November tidak ada NU nya tidak ada kiai NU-nya. Yang menarik dia menjawab, mas saya menulis apa yang saya tahu, kalau sampean tahu yang lain, tulis saja” cerita politisi PKB ini.
Dari situ ia menyimpulkan bahwa sejarah adalah apa yang kita tulis hari ini, jadi kalau ada peristiwa dulu yang tidak ditulis bisa dianggap tidak pernah terjadi. “Ini salah satu nilai penting dari buku Fragmen Sejarah NU,” tandasnya.
Dalam peluncuran buku ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh sebagai pemberi testimoni, di antaranya KH As’ad Said Ali, Purwo Santoso, Ahmad Muqowwam, Zastrouw Al-Ngatawi, Zaini Rahman, Zainul Milal Bizawie, para kader muda NU dari Ansor, PMII, IPNU dan lainnya. (DamarPamungkas/Fathoni)
Sumber : NU Online
[divider]Hadiri Peluncuran Fragmen Sejarah NU, Hanif Dhakiri: Sejarah Perlu Ditulis
Jakarta, NU Online
Di tengah konstelasi gerakan Islam yang semakin dinamis sekarang ini, perlu komitmen yang kuat dalam mempertahankan ideologinya. Dalam hal ini, NU menurut Menakertrans M. Hanif Dhakiri dibutuhkan militansi kuat dalam memegang ideologi pergerakan.
“Dibutuhkan militansi yang lebih dari kader-kader NU untuk menampilkan wajah Islam yang kontributif baik bagi dinamisasi kehidupan beragama, berbangsa dan beragama,” katanya dalam Peluncuran buku Fragmen Sejarah NU karya Wakil Sekjen PBNU KH Abdul Mun’im DZ di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Kamis (16/3).
Militansi tersebut bisa terwujud jika pengkaderan-pengkaderan terus dilakukan. Khususnya pengkaderan dalam memahami sejarah NU dan penulisannya.
Menurut Hanif, Buku Fragmen Sejarah NU terbitan Pustaka Compass ini memberi optimisme bagi pemuda Nahdliyin. “Dengan adanya buku ini kesadaran sejarah di kalangan kaum muda NU jadi lebih kuat,” katanya.
Hanif mencontohkan ketika ia bertemu dengan sejarawan nasionalis yang menulis tentang pertempuran Surabaya 10 November dan tidak mencantumkan peran kiai NU.
“Kok bisa-bisanya anda menulis tentang 10 November tidak ada NU nya tidak ada kiai NU-nya. Yang menarik dia menjawab, mas saya menulis apa yang saya tahu, kalau sampean tahu yang lain, tulis saja” cerita politisi PKB ini.
Dari situ ia menyimpulkan bahwa sejarah adalah apa yang kita tulis hari ini, jadi kalau ada peristiwa dulu yang tidak ditulis bisa dianggap tidak pernah terjadi. “Ini salah satu nilai penting dari buku Fragmen Sejarah NU,” tandasnya.
Dalam peluncuran buku ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh sebagai pemberi testimoni, di antaranya KH As’ad Said Ali, Purwo Santoso, Ahmad Muqowwam, Zastrouw Al-Ngatawi, Zaini Rahman, Zainul Milal Bizawie, para kader muda NU dari Ansor, PMII, IPNU dan lainnya. (DamarPamungkas/Fathoni)
Sumber : NU Online