Shafa dan Marwah Simbol Ketaqwaan
Bambang Melga suprayogi M.Sn – Dua bukit yang dekat dengan rumah Allah, baitullah ini, adalah bukit istimewa, yang tercatat dalam Al Qur’an, dan menjadi bukit dari saksi perjuangan seorang wanita luarbiasa, yang namanya tercatat langit, yakni Siti Hajar, ibunda dari Nabi Ismail, yang kisah perjalanannya menjadi abadi, dan napak tilasnya diikuti seluruh kaum muslim yang beriman, dalam menjalankan ibadah haji, dengan melakukan sa’i, berlari kecil sebanyak 7 kali dimulai dari Shafa dan terakhir dibukit Marwah.
Jarak bukit Shafa dan Marwah?
Shafa ini terletak kurang lebih 100 meter dari Kakbah, dan Marwah itu letaknya kurang lebih 350 meter dari Kakbah. Sedangkan jarak antara Shafa dan Marwah ialah 450 meter.
Apa yang bisa kita dapat ambil, dari pelajaran berjalan dengan agak bergegas Siti Hajar ini ?
Mencari sumber kehidupan, mencari air.
Manusia tak akan dapat hidup tanpa air.
Dan air adalah sumber kehidupan.
Dari setitik air yang hina, kita ada.
Dalam awal perjuangan untuk jadi manusiapun, kita sudah mencatatan pergulatan kegigihan kita, hanya satu yang diterima, dan keunggulan kita sebagai manusia, telah terekam sejak kita masih berupa sperma.
Ternyata Allah ingin kembali menginggatkan manusia yang banyak khilaf dan dosa, dengan perjalanan ibu Siti Hajar, yang berlari kecil sebanyak 7 kali, antara Shafa dan Marwah, dalam mencari air sebagai sumber kehidupan, dengan kegigihan ia (Siti Hajar), bolak balik tak mengenal menyerah, hingga Allah mengerakan bayi kecil Ismail, yang dari ketukan kaki kecilnya mengetuk bumi, Allah pancarkan air yang sampai sekarang tak pernah ada habisnya.
Kegigihan sebagai manusia dalam mengarungi kehidupan harus setangguh Siti Hajar yang seorang perempuan.
Hingga kita akhirnya mendapatkan kebaikan dari kasih sayang Allah yang melihat perjuangan kita.
Ada lelah, ada kekhawatiran, ketakutan, dan harapan pada Allah yang selalu menyertai hati kita. Sehingga akhirnya Allah bukakan keberkahan pada kita, dari sebab kita gigih melakukan pencarian sumber kehidupan kita, yang dilakukan tanpa lelah, tak putus asa, sambil terus mengantungkan asa dan harapan, hanya kepada Allah.
Manusia wajib melakukan perjuangan kehidupannya seperti ke gigihan dari Siti Hajar yang Allah contohkan sebagai sumber inspirasi.
Adakah yang tidak melihat ini !
Atau dipikirnya sa’i itu hanya berlari tanpa arti, yang tidak bisa tergali apa maksudnya ?
Maka Allah tegaskan dalam firmannya :
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman.” (QS. Ali Imran: 139).
Sedangkan untuk rezeki yang kita susah payah cari, yang berupa sumber kehidupan kita, dalam firmanNya :
“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya.” (QS. ath-Thalaq: 2-3).
Manusia harus terus membangun kegigihan hidupnya, gigih itu sumber datangnya keberkahan Allah. Lihat lah Siti Hajar yang harus berlari antara Shafa dan Marwah hingga tujuh kali !
Itu adalah simbol !
Simbol dari perjuangan hidup.
Simbol dari kegigihan hidup.
Simbol dari mencari keridhoan, keberkahan, kasih sayang rahmannya Allah, yang harus di ketuk dengan kaki kecil Ismail yang ada dalam hati kita, yakni ikhlas dan ketaqwaan.
Mari kita terus berlari mengejar sumber kebaikan, untuk mendapatkan rezeki yang penuh kebarokahan, rezeki yang maslahat, rezeki yang halalan thayyiban, yang baik bagi kita, dan baik untuk anak keluarga kita semuanya, yang alirannya terus mengalir seperti sumber mata air zamzam yang keluar setelah diketuk kaki kecil Ismail.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga suprayogi M.Sn