The news is by your side.

Tanpa Mahabbah Kita Rapuh

Tanpa Mahabbah Kita Rapuh | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa BaratYogyakarta – Jum’at 19 Oktober 2018 ialah malam penutupan festival shalawat Jawa Tingkat Nasional 1 tahun 2018, Festival Shalawat Jawa sendiri merupakan lomba shalawat tingkat Nasional yang memperebutkan Piala Presiden untuk Pemenang Utama. Majlis Ta’lim Darul Hasyimi Pengda Yogyakarta selaku penyelenggara mengusung tema: “Dengan Berpadunya Shalawat dan Seni Budaya, Kita Tanamkan Kecintaan Pemuda terhadap Budaya Nusantara untuk Memperkuat Jati Diri Bangsa dalam Menjaga Keutuhan NKRI”. Tema ini diambil dengan dasar bahwa shalawat merupakan aset seni budaya dan tradisi yang dimiliki Indonesia. Sebagaimana diungkap dalam website resminya (darulhasyimijogja.org).

Bertema “Dzikir, Shalawat Dan Maulid Akbar” dan bertempat di Gedung Multi Purpose UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, acara tersebut sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-90 dan Milad Darul Hasyimi Yogyakarta ke-2. “Hadirnya Abah Luthfi Bin Yahya adalah kado terindah untuk semua keringat dan air mata yang kita curahkan,” begitu ungkap panitia yang juga pengurus MATAN UIN SUKA dalam akun resmi instagramnya.

Maulana Habib Luthfi memulai nasehatnya dengan menyampaikan bahwa seni budaya dimunculkan oleh para tokoh di masa lalu dengan kandungan filosofi yang tinggi. Dan budaya tersebut tidak mengandung atau menjerumuskan pada kesyirikan, sebab hadir dari tokoh pemikir yang memiliki wawasan yang mendalam. Di antara budaya tersebut banyak yang memiliki unsur puji-pujian diantaranya kepada Allah Swt dan pujian kepada Nabi Saw.

Menurut beliau ada 4 jenis pujian, pertama pujian Qadim ‘alal qadim, Allah memuji diri-Nya sendiri, kedua pujian Qadim ‘alal hadits, Allah memuji hamba-Nya seperti kepada para Nabi dan Rasul khususnya kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, ketiga pujian hadits ‘alal qadim pujian hamba kepada Allah Swt, dan keempat pujian hadits ‘alal hadits pujian kepada sesama makhluk. Beliau mengingatkan “Tidak ada satu ayatpun kecuali khabar” terang beliau, dimana Allah memanggil Nabi dengan sebutan langsung namanya, ini berarti Allah menjaga wibawa Nabi misalnya ya ayyuhannabiy, ya ayyuharrasul, ya ayyuhal muzzammil ya ayyuhal muddatsir. Allah juga memuji langsung beliau dalam al Qur’an wa rafa’na laka dzikrak dan wa innaka la’ala khuluqin ‘adzim.

“Saya beri contoh yang kecil, pak RT walaupun usianya lebih muda dan dipanggil sama yang sepuh maka tidak boleh Tee, karena jabatan RT diakui di publik, begitu juga Camat, Dandim, Polres dan lain sebagainya,” beliau menjelaskan. Tuntunan dengan memanggil (sesuai maqamnya) dengan Pak RT atau Pak Camat akan menghasilkan keteladanan, hal itu akan ditiru oleh masyarakat dan itu mesti dimulai dari hal yang kecil, sebab yang kecil-kecil itu bagian dari akhlak dan budi pekerti, yang isinya mengangkat beliau beliau di kalangan publik. Memanggil Bapak Presiden pun dengan hormat, jika demikian maka orang luar akan menilai, “Indonesia hebat, walaupun beda pilihan rakyatnya namun hormat luar biasa pada pimpinannya, ojo maen maen karo indonesia,” beliau menyampaikan.

Berzikir dan bershalawat bisa membangun mahabbah dan “orang yang cinta cenderung tidak akan membuka aib yang dicintainya walaupun cacat bukan hanya suami terhadap istri atau sebaliknya saja, tetapi sesama kita kalau kita sudah terjalin kasih sayang, mencintai dengan ketulusannya, mahabbah kepada para ulama, mahabbah kepada para pejabat, mahabbah kepada sesama kita, insyaAllah aman daripada membuka aibnya diantara satu sama yang lain dan kalau orang mahabbah tidak akan mudah termakan hoax, sebab telinganya punya filter, matanya punya filter dan mulutnya punya filter,” beliau melanjutkan penjelasannya

Orang yang mahabbah rata rata takut broken heart (patah hati), dan putus cinta yang paling berat ialah putus cinta sama Allah dan sama baginda Nabi Muhammada Saw. Dengan berzikir berarti membangun jembatan menuju, mentauhidkan, mahabbah kepada Allah sedangkan bershalawat untuk mengikat tali silaturahmi kita kepada Nabi Saw. Kalimat wa ‘ala ali sayyidina Muhammad dalam maqam doa artinya untuk seluruh umat nabi muhammad Saw jadi shalawat tidak hanya khusus kepada Nabi. Bahkan beliau menuturkan, “kalau setiap kota berkembang zikir shalawat zikir shalawat saya kok yakin gak bakal bala itu turun.”

Shalawat juga mengandung arti terima kasih kepada Allah yang telah menurunkan kanjeng Nabi Saw, terima kasih kepada nabi Muhammad Saw yang dengan kehadirannya kita jadi mengerti iman islam mengetahui birrul walidain dsb. Mahabbah kepada sesama kita perlu dijaga dan dirawat sebab, “kalau mahabbah antar kita sudah rapuh maka kita akan mudah digoyang,” kembali beliau menekankan pentingnya mahabbah antar sesama. (Eep)

Sumber : JATMAN Online

Leave A Reply

Your email address will not be published.