Ulama Berahlaq, Contoh Umat

Bambang Melga Suprayogi M.Sn – Panggilan untuk seseorang yang sudah disebut ustad, merupakan panggilan kehormatan, adanya pengakuan masyarakat atas keilmuan yang di miliki seseorang dalam hal pengetahuan agamanya, sehingga melekat pada diri orang tersebut kehormatan-kehormatan seorang ulama, yang merupakan rangkaian dari pewarisan ahlaq, pewarisan ilmu, dan pewarisan gaya interaksi sosialnya para Nabi, dalam menyeru umat.
Dalam diri Nabi ada keteladan, khususnya keteladanan ahlaq, baru ilmu, dan hal yang menjadi keutamaan lainnya. Yang di contoh oleh para ulama, Khyai, dan para ustad, dari Nabinya adalah, ‘Ahlaqnya Nabi’ terlebih dahulu.
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Hadist ini adalah sebuah bukti, bahwa Nabi adalah seseorang yang di utus Allah, sebagai pejuang Ahlaq terlebih dahulu, karena apa yang nabi contohkan sedari ia kecil, Allah telah menjaga ahlaqnya Nabi, jauh sebelum ia di utus menjadi Rosul.
Maka terdorong dari contoh ahlaq mulia yang ada pada Nabi itulah kemampuan kita jadi condong untuk menjaga perilaku kita, menjaga kemampuan tak menyakiti siapapun dengan menjaga bahasa yang keluar dari mulut kita, hingga kemampuan kita untuk menjaga malu, menjaga rasa manusia lainnya, agar tidak tersakiti, dan jadi penyebab dosa kita.
Hingga dari semua keutamaan Nabi itulah, Allah anugrahkan, ia (Muhammad) menjadi manusia pilihan, manusia sempurna, yang Allah diberi pada nabi kita, kitab suciNya, kumpulan firman, petunjuk Allah di dalam Al Qur’an, kitab suci umat muslim, sebagai kitab pedoman untuk membangun ahlaq bagi umatnya.
Jika ahlaq nabinya Alquran, maka ahlaq umatnya pun harus seperti itu. “Akhlak Nabi SAW adalah Alquran” (HR Muslim).
Ahlaq adalah pilar pokok bagi terbentuknya pribadi mulia.
Maka manusia dari umatnya Nabi, akan terlihat sudah mengikuti Nabi dengan benar, atau menyimpang jauh, barometernya bisa terlihat jelas, bagaimana ia menunjukan ahlaqnya.
Ahlak merupakan positioning citra yang di munculkan dalam Islam, bukan kesan yang dipaksakan, tapi memang kesan atau citra yang melekat, menyatu, dan jadi ajaran utamanya para Nabi, yang dinomor satukan, sebelum ajaran lainnya.
Maka lihatlah bagaimana kemudian para sahabat Nabi, mulai membangun kehebatan ahlaqnya masing-masing, dari seseorang yang sebelumnya berahlaq hina, sampai memiliki dan matinya pun, ia menggenggam ahlaq mulia.
Ahlaq itu tabiat, perbuatan baik yang bukan dikesankan atau kepura-puraan, ia, karakter ahlaqul Karimah, atau ahlaq yang baik itu, merupakan bagian sifat asli, pembawaan, yang tidak bisa kehadirannya dipaksakan.
Maka bersyukurlah bagi yang sudah memiliki sifat bawaan ahlaq baik ini !
Untuk yang belum, itu adalah perjuangan seumur hidup, yang harus ia usahakan ada, sehingga akhirnya, seiring perjalanan waktu, ahlaq itu melekat padanya dengan sendirinya.
Jika pun ada dari umat ini yang tak memiliki karakter ahlaq yang sesungguhnya, hanya kamuflase, bagian dari hanya mengesankan saja, atau kepura-puraan, Allah maha mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, hingga akan Allah uji manusia ini dengan kepura-puraannya itu, sehingga tak jarang, Allah perlihatkan bagaimana sifat Aslinya, bagaimana perilakunya, yang ternyata si manusia umat nabi ini, rupanya tengah bersandiwara dengan lakon ahlaqnya.
“Mukmin yang paling sempurna akhlaknya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmizi).
Hal yang ditekankan dari kehadiran Nabi ke dunia, bahwa ia datang untuk menyempurnakan ahlaq.
Maka perkara Ahlaq adalah perkara besar, perkara luarbiasa, perkara yang tidak bisa dianggap sepele !
Karena Ahlaq mulia, ahlaq terpuji itu sendiri adalah bagian dari
Mujizatnya para Nabi, yang diturunkan dari Nabi awal yakni Adam, Sampai Nabi terakhir yakni Muhammad.
Jika ahlaq sudah menjadi bagian awal yang di utamakan, keberadaan hal lainnya seperti bertambahnya ilmu, kemampuan bicara, syiar, mendongeng hal terkait agama, akan sebesar-besarnya dilakukan untuk membesarkan keutamaan agamanya, dan di syi’arkan dengan sebaik-baiknya penyampaian lewat ahlaq mulia oleh penyampainya, ustad, Khyai, atau ulama.
Ulama patut meniru ahlaqnya Nabi dalam berdakwah.
Nabi contoh agung dalam melakukan syiar Islam.
Nabi memiliki kesempurnaan agama ini.
Nabi yang wajib dinomor satukan untuk di ikuti, dalam hal syiar Islam mengedepankan dakwah, menyeru umat.
Sehingga hasil akhirnya berupa kesempurnaan ahlaq, kesempurnaan tabiat, kesempurnaan sifat yang terbangun dari umat.
Apa yang terjadi jika umat sudah sempurna ahlaqnya ?
Akan terbangun kedamaian sosial.
Akan terbangun toleransi beragama.
Akan terbangun kecerdasan yang dilandasi kemulyaan.
Akan terbangun semangat ilmu, semangat ruhani spiritual yang murni, mengejar kecintaan Allah, yang modal kita untuk bisa di cintaiNya, hanyalah dengan pendekatan modal Ahlaq.
Ahlaq yang baik, akan membuka pintu langit, di sayang Allah, dan akan di sukai seluruh manusia.
Subhanallah.
Bagi umat muslim yang sedang dalam menuju masa tuanya, cari dan temukan ulama yang berahlaq mulia, bukan ulama yang pintar bicara.
Cari ulama ulama yang berahlaq utama, bukan ulama yang pintar menghimpun dana.
Cari ulama yang yang berahlaq langit, tidak mencari ulama yang gila dunia.
Kita sangat bisa memilih ulama dengan patokan ahlaq ini.
Sedikit sekali ulama yang sekarang memegang kunci pewarisan Nabi yang sebenarnya.
Cari mereka, dan temukan sifat ahlaq mulia itu.
Pada mereka ada kesederhanaan yang tidak dibuat-buat.
Pada mereka ada cahaya yang akan membuat kita terbangun kebaikan ahlaq kita.
Ciri lain dari kita telah menemukan ulama Berahlaq langit adalah, kita terbawa santun, terbawa sopan, sifat kasar, emosian, nafsu amarah kita jadi turun dan hilang, bicara kita tak lagi api, hilang nafsu provokator mengompori orang, hati sudah penuh dengan dzikir, pikiran sudah diliputi ingat padaNya, maka itulah kebangkitan ahlaq mulia kita.
Ahlaq mulia umat hanya bisa di bangkitkan oleh ulama langit, pewaris Nabi.
Ahlaq jelek akan selalu menempel jika kita bertemu ulama dunia, yang tak semakin mendekatkan kita pada cahayaNya, namun akan mencelakakan kita,dengan meredupnya ahlaq mulia yang sebelumnya sudah ada.
Mari kita ikuti dan cari ulama langit, untuk jadi contoh umat.
Jangan terkecoh dan bangga bila kita dekat dengan ulama dunia, yang cirinya jauh dari ahlaq mulia.
Alhamdulillah
Semoga bermanfaat
Bambang Melga Suprayogi M.Sn