US Dollar dan The Invisible Hand
Oleh : Kiagus Zaenal Mubarok (Wakil Ketua PWNU Jabar)
Dalam gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, adakah “invisible hand” yang menekan regim pemerintahan Indonesia? Biasanya ini terjadi apabila kepentingan si negara empu-nya terganggu.
Instrumen yang dipakai dalam politik antar negara adalah instrument militer, politik, atau ekonomi.
Pada saat ini, kalkulasi untuk pergunakan instrumen militer secara langsung terlalu berisiko. Selain opini publik yang tidak menguntungkan bagi negara yang melakukan agresi dan menyulitkan pada tatanan diplomatiknya, instrumen militer secara langsung akan menggerus anggaran belanja hanya untuk gelar pasukan (deployment) di luar negaranya.
Selanjutnya, apabila instrumen politik yang dipakai pada situasi dan kondisi dunia yang terbuka pada jaman telematika seperti ini, maka suatu negara akan mencari sekutu domestik di negara yang jadi targetnya, dengan membangun “proxy”.
Di Indonesia, penggunaan proxy ini terlalu sulit untuk dibuktikan, namun terlihat berbagai upaya yang dilakukan oleh kepentingan asing untuk “menggoyang” regim pemerintahan yang sah dengan menggunakan agen-agen yang berseberangan.
Ini tercium aromanya dilakukan komunitas maupun individu dari berbagai kalangan, kalaupun tidak menggunakan institusinya secara resmi, kita sebut saja “oknum”. Teridentifikasi, kalangan politisi, militer, sipil, birokrasi, buruh, partai politik, ormas, tokoh masyarakat, individu, bahkan dengan isu SARA melakukan upaya delegitimasi kepada pemerintahan yang sah. Alih-alih semua upaya ini berhasil, secara perlahan legitimasi dukungan kepada pemerintahan untuk melanjutkan masa khidmahnya semakin meluas.
Terakhir, instrumen yang dipakai nampaknya mulai dikombinasikan antara intrasocietal yang bersifat domestik tadi, dengan tekanan extrasocietal secara soft dan tersembunyi.
Instrumen ekonomi, lebih tegasnya ekonomi financial global “dipergunakan”. Inilah yang harus menjadi kewaspadaan secara cermat, karena ini menohok kepada opini bahwa pemerintah tidak bisa mengelola ekonomi secara benar dan baik.
Inilah yang disebut di awal bahwa “invisible hand” pada tingkat global secara mengendap dengan kenaikan nilai tukar valuta. Invisible hand ini sedang berlangsung untuk “menekan” regim pemerintahan Jokowi yang tidak lagi “bersahabat” kepada kepentingan negara-negara yang tadinya seperti tikus-tikus yang berpesta di lumbung padi yang melimpah ruah.
Sekarang, tikus-tikus domestik maupun luar ” ditangkepin” dan dikandangkan serta hanya diberi makan seadanya sesuai kebutuhannya.
Kiagus Zaenal Mubarok/Deden
Staf Pengajar Departemen Hubungan Internasional FISIP Unpad
Wakil Ketua PWNU Jabar