4 Ketua Umum PBNU dan Gelar Doktor Kehormatannya
Gelar doktor kehormatan (honoris causa) diberikan oleh institusi keilmuan atau perguruan tinggi kepada sosok yang dinilai meletakkan kontribusi besar, baik pemikiran maupun tindakannya bagi kebaikan masyarakat banyak di level nasional dan internasional.
Ada empat ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang dianugerahi gelar doktor honoris causa, yaitu KH Idham Chalid, KH Abdurrahman Wahid, KH Hasyim Muzadi, dan KH Yahya Cholil Staquf.
Keempatnya dianugerahi gelar doktor kehormatan dari institusi pendidikan tinggi yang berbeda, baik dari perguruan tinggi di dalam negeri dan luar negeri.
1. KH Idham Chalid
Ketua Umum PBNU 1956-1984 ini dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir pada tahun 1959.
Alumnus Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah dan Gontor itu mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Mesir dalam bidang pengetahuan Islam dan perjuangan Islam.
Selain berjuang untuk kemerdekaan, kiprahnya di PBNU dan pemerintahan dinilai sangat penting bagi perjuangan Islam saat itu sehingga ia berhak menyandang gelar doktor dari kampus bersejarah di Mesir itu.
2. KH Abdurrahman Wahid
Ketua Umum PBNU 1984-1999 memperoleh banyak anugerah gelar doktor kehormatan dari berbagai kampus luar negeri, mulai dari Thailand, Korea Selatan, hingga Israel.
Kontribusinya nyata dalam berbagai bidang, pluralisme, kebangsaan, perdamaian, keislaman, sampai kebudayaan.
Ada 10 institusi perguruan tinggi yang memberikan gelar doktor kehormatan (honoris causa) kepada ulama yang akrab disapa Gus Dur itu. Berikut daftarnya.
- Tahun 2000 Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand;
- Tahun 2000 Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand;
- Tahun 2000 Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Prancis;
- Tahun 2000 Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand;
- Tahun 2000 Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda;
- Tahun 2000 Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India;
- Tahun 2002 Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang;
- Tahun 2003 Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel;
- Tahun 2003 Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan; dan
- Tahun 2003 Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan.
3. KH Ahmad Hasyim Muzadi
Ketua Umum PBNU 1999-2010 ini mendapat anugerah gelar doktor kehormatan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN, sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya pada Desember 2006.
Gelar kehormatan Doktor Honoris Causa itu diberikan atas dasar kontribusi Kiai Hasyim membangun peradaban Islam melalui konferensi yang dihelatnya.
“Gelar kehormatan itu, kami berikan atas pengabdian beliau dalam membangun peradaban Islam dengan mengadakan Konferensi Ulama dan Cendekiawan Muslim se-Dunia (ICIS),” ujar Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya Ridlwan Nasir di Surabaya kala itu.
Selain itu, Kiai Hasyim juga berkontribusi positif dalam resolusi konflik di Thailand selatan. Ia juga saat itu tercatat sebagai Presiden Konferensi Agama untuk Perdamaian (World Conference on Religion for Peace/WCRP).
4. KH Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum PBNU 2022-2027 ini dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Senin (13/2/2023).
Gus Yahya dinilai pemikiran dan aktivitasnya memberikan pengaruh besar terhadap proses perdamaian dunia, baik sebelum maupun saat menjadi Ketua Umum PBNU.
Wakil Rektor II UIN Sunan Kalijaga Prof Sahiron Syamsuddin menyampaikan bahwa anugerah gelar doktor kehormatan itu diberikan karena Gus Yahya berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian melalui pemikiran dan langkah strategisnya.
“Alasan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menganugerahkan Doktor Honoris Causa kepada Gus Yahya yang saat ini Ketua Umum NU adalah bahwa beliau telah banyak memberikan kontribusi pemikiran dan tindakan kepada umat dalam rangka perdamaian dan persatuan, baik di tingkat nasional maupun internasional,” kata Sahiron.Tercatat, ia pernah berbicara di forum Yahudi untuk menyuarakan perdamaian antara palestina dan Israel melalui jalan kemanusiaan.
Gus Yahya juga menginisiasi Forum R20 di Bali dan Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Surabaya. Forum R20 dihelat dalam rangka membangun gerakan global semua agama untuk mewujudkan perdamaian. Sementara Muktamar Internasional Fiqih Peradaban digelar dalam rangka menggulirkan wacana di kalangan para ulama untuk terus menyuarakan kesepakatan damai bagi dunia.
Penulis: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad