Alfiyanto, Seniman Tari yang Mencintai Ciganitri
Memulai dari nol di kampung Ciganitri, bersama anak-anak pingiran di daerah Ciganitri, Alfianto, atau yang lebih di kenal “Uda Alfianto Wajiwa,” seorang seniman berdarah Minang, yang menetap di sana, mengenalkan Wajiwa Dance Center dan Rumah Kreatif Wajiwa, pada masyarakat sekitar, untuk mengajak, dan mengasah kepekaan tubuh anak-anak Ciganitri, agar memiliki rasa syukur pada kediriannya, dan mampu menggali lebih dalam dan serius dunia tari, sebagai ekspresi diri yang harus terrefleksikan pada hidup yang mesti terbangun spirit syukur dan bahagianya.
“Dimana bumi dipijak, disana langit kita junjung,” ujar Uda Alfianto Wajiwa, saat di wawancara, tempo hari di Ciganitri, Bojongsoang.
Wajiwa Dance Center, dan Rumah Kreatif Wajiwa tidak terlepas dari sosok Alfiyanto sebagai pemilik sekaligus bertindak sebagai art director, pelatih utama dan koreografer.
Tempat dan Komunitas yang konsisten menggali dunia kreativitas tari ini berada diKambung Ciganitri Jalan Tirtawangi II, Ciganitri, Desa Lengkong, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Wajiwa merupakan sebuah komunitas tari yang bergerak dibidang persoalan ketubuhan tari itu sendiri, berdiri pada tahun 2006 yang terbentuk dari semangat kreativitas di kampus Institut Seni Budaya Indonesia (STSI) yang sekarang menjadi Institut Seni Budaya Indonesia (Bandung).
Seiring dengan perjalanan waktu dan geliat kreativitas Wajiwa mempunyai keinginan untuk mengembangkan aktivitas kreativitas diluar kampus ISBI Bandung. Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa pada tahun 2013
keinginan tersebut terealisasikan dengan memiliki sebuah tempat dengan membeli sebidang tanah ukuran luas tanah 230M yang di fungsikan sebagai tempat tinggal dan ruang seni dengan konsep halaman sebagai tempat aktivitas berkesenian, tempat ini diberi nama Rumah Kreatif Wajiwa.
Pada tahun 2021 Wajiwa membuat sebuah stodio alam yang diberi nama “Huma Wajiwa,” dengan konsep kampung.
Ruang yang ada di wajiwa ini di jadikan sebagai laboratorium untuk mencari dan menemukan. Tempat ini merupakan wadah untuk memfasilitasi semangat proses dan kreativitas seluruh anggota Wajiwa dan masyarakat lingkungan.
Alasan pemilihan Kampung Ciganitri sebagai tempat aktivitas seni Rumah Kreatif Wajiwa diantaranya karena melihat kondisi kampung Ciganitri dan masyarakat aslinya.
Kampung Ciganitri awalnya merupakan daerah agraris yang sekarang sudan berubah menjadi kampung urban, desa menjadi kota karna diserbu oleh para perusahaan pengembang properti, sehingga pembangunan kawasan perumahan elit, tempat bisnis, dan munculnya kawasan kota-kota kecil yang mengorbankan sawah, ladang dan balong ikan milik masyarakat Ciganitri. Mereka kehilangan mata pencarian, dan tergeser
dari tanahnya sendiri. Persoalan ini menimbulkan banyak masalah, mulai dari beralih profesi, bertambahnya pengangguran terutama tenaga produktif kalangan usia muda, sehingga tingkat kejahatanpun meningkat. Disamping itu persoalan ekonomi, sosial, dan budaya juga tidak dapat dihindari.
Berdirinya Rumah Kreatif Wajiwa semakin memancing ide dan gagasan-gagasan liar untuk segera diwujudkan kedalam karya tari, juga diaplikasikan kedalam beberapa program, diantaranya pemberdayaan masyarakat dilingkungan Rumah Kreatif Wajiwa, melalui seni tari.
Metode Literasi Tubuh Wajiwa menjadi instrumen utama dalam aktiitas dan kreativitas tari di wajiwa.
Semua kegiatan ataupun program yang dilakukan melibatkan masyarakat kampung Ciganitri dan sekitarnya, mulai dari usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua, dengan program inkubasi seni yang berkelanjutan.
Rumah Kreatif Wajiwa dan Huma Wajiwa menjadi angin segar bagi Wajiwa untuk melakukan penggenerasian, melanjutkan serta mengembangkan materi-materi pelatihan yang telah dilakukan semenjak tahun 2006.
“Aktivitas dan kreativitas di Rumah Kreatif Wajiwa berbeda dari komunitas tari dan sanggar-sanggar tari pada umumnya, akan tetapi di samping materi tari dan kreativitas tari sebagai materi utama, Di Rumah Wajiwa ini juga menghadirkan beberapa metode pelatihan dan program pendamping yang dapat mendukung aktivitas dan kreativitas tari sebagai kompetensi utama, yang diberi nama Literasi Tubuh Wajiwa, diantaranya literasi raga, literasi rasa, literasi pikir, dan imajinasi.
Literasi Tubuh Wajiwa sebuah usaha untuk menggiring anak-anak ke wilayah kreativitas tari kontemporer.
Setelah melalui perjalanan panjang dalam aktivitas dan kreativitas kesenian dengan banyak rintangan-rintangan dan cobaan sehingga memperkuat keyakinan dan memberanikan diri untuk menyebutkan bahwa proses kreatif tari kontemporer merupakan ruang edukasi yang sangat luar biasa, terutama bagi anak-anak.
Pada proses Literasi Tubuh Wajiwa dan proses kreatif tari kontemporer Wajiwa membuka ruang yang sangat terbuka kepada anak-anak, mereka mencari, menemukan, dan mengaktualkan. Proses ini menggiring emosi menjadi ekspresi dan kemudian menjadi aktualisasi diri mereka. Ada dua nilai yang dicapai dalam proses di Wajiwa, yaitu nilai artistik (seni/karya seni) dan nilai kehidupan.
Untuk membangun kepekaan terhadap lingkungan Alfiyanto juga tidak segan-segan mengajak anak didiknya berlatih di sawah, bergulat dengan air dan lumpur, “Kami melatih di sawah agar anak-anak benar-benar merasakan sawah, memperkaya pengalaman tubuhnya dengan melakukan eksplotasi gerak dengan bebasnya,” ungkapnya Alfianto Wajiwa ini.
Wajiwa bergerak di genre tari Kontemporer yang selalu berpijak pada budaya lokal dan mengakar di tanah sendiri. Seluruh siswa Wajiwa sebelum di giring keranah tari kontemporer mereka dibekali terlebih dahulu tari tradisi (Sunda), mulai dari usia anak-anak sampai dewasa. Proses kreativitas tari kontemporer sangat besar manfaatnya bagi anak-anak, disamping untuk melahirkan penari yang memiliki rasa gerak, juga menggali kecerdasan-kecerdasan tubuh, fikir dan daya imajinasi anak, sehingga tanpa kita sadari proses ini juga bermanfaat dalam pembentukan karakter anak. Metode Literasi Tubuh Wajiwa sudah sering di publikasikan dan di uji coba ke berbagai daerah dan berbagai event, baik dalam bentuk jurnal, workshop maupun seminar.
Alfiyanto sudah melakukan menari 12 jam tanpa henti dua kali di Bandung, serta menari 24 jam tanpa henti sebanyak 4 kali, yaitu di Bandung (dua kali), Surakarta (satu kali), dan (Toraja satu kali).
Banyak karya yang telah dihasilkan oleh Wajiwa, dan banyak juga event ataupun festival yang diikuti, baik lokal ataupun internasional.
Tahun 2020 ditunjuk Alfianto sebagai kurator tari kontemporer Jawa Barat. Sebagai Juri pada program tahunan berkelanjutan, yang terlibat pada Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional, FLS2N tingkat Nasional, West Java Contemporary Dance Festival, dll.
Alfiyanto dan Wajiwa tahun 2018 memperoleh Anugerah Budaya dari pemerintah Kota Bandung serta tahun 2019 memperoleh Anugerah Karya Seni Unggulan Jawa Barat.
Pewarta Bambang Melga Suprayogi M.Sn