Amnesty Internasional Cabut Penghargaan HAM bagi Suu Kyi

Yangon, NU Online
Sebuah organisasi kemanusiaan, Amnesty Internasional, mencabut penghargaan yang pernah diberikan kepada pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi. Alasannya, Suu Kyi dianggap telah melanggengkan pelanggaran hak asasi manusia dengan tidak berbicara tentang kekerasan yang menimpa minoritas Muslim Rohingya di Myanmar.
Sekretaris Jenderal Amnesty Internasional Kumi Naidoo mengungkapkan kekecewaannya kepada Suu Kyi karena tidak menggunakan otoritas moral dan politik yang dimiliki untuk melindungi hak asasi manusia, keadilan, dan kesetaraan di Myanmar.
“Sebagai seorang Ambassador of Conscience Amnesty International, harapan kami adalah Anda melanjutkan otoritas moral Anda untuk menentang ketidakadilan di mana pun Anda melihatnya, termasuk di Myanmar sendiri,” kata Naidoo dalam suratnya yang ditulis untuk Suu Kyi pada 11 November, sebagaimana dilansir laman amnesty.org., Selasa (12/11).
Naidoo menyebut, saat ini Suu Kyi telah mengkhianati nilai-nilai yang pernah dibelanya. Suu Kyi dinilai telah menutup mata terhadap kekerasan yang dilancarkan militer Myanmar terhadap ratusan ribu Muslim Rohingya.
“Hari ini kami sangat kecewa menyampaikan bahwa Anda tidak lagi mewakili simbol harapan, keberanian, dan pembela hak asasi manusia,” tambahnya.
Melalui surat tersebut, Naidoo mencabut penghargaan yang pernah diberikan kepada Suu Kyi. Menurutnya, Amnesty internasional tidak memiliki alasan untuk tetap membiarkan Suu Kyi menerima penghargaan itu.
“Oleh karena itu, dengan sangat sedih kami menariknya dari Anda,” lanjutnya.
Pada 2009 lalu, Amnesty Inernasional memberikan penghargaan Ambassador of Conscience atau Duta Besar Hati Nurani –sebuah penghargaan hak asasi manusia terbesar- kepada Suu Kyi ketika dia masih di penjara.
Penghargaan itu didapatkan Suu Kyi karena perjuangannya membela demokrasi dan hak asasi manusia secara damai di Myanmar. Pada 2012, Suu Kyi menerima penghargaan tersebut secara langsung setelah ia dibebaskan dari penjara.
Sebagaimana diketahui, Pada 25 Agustus 2017 lalu, tentara Myanmar menggelar operasi militer di sejumlah desa di negara bagian Rakhine Myanmar yang banyak ditinggali Muslim Rohingya. Peristiwa itu menyebabkan sedikitnya 700 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Ribuan lainnya dilaporkan meninggal dunia. (Red: Muchlishon)
Sumber : NU Online
Baca juga resensi buku lainnya :
- Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
- Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
- Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.