Begini Cara Kader PMII Mencintai Organisasi dan Pendirinya
Jakarta, NU Online
Setiap kita mempunyai nama. Di dalam nama terselip harapan dari yang memberikannya, yakni orang tuanya karena sebuah nama yang melekat pada seseorang diyakini akan mempengaruhi perjalanan hidupnya.
Begitu pula yang terjadi pada Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Agama Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) periode 2011-2013. Pria asal Sorong ini sangat mengangumi sosok Mahbub Djunaedi. Kekagumannya diwujudkan dengan menamai putranya dengan nama ‘Mahbub Iriansyah’.
Menurut Nasir, nama Mahbub diambil dari nama ketua umum pertama PMII, yakni Mahbub Djunaedi. Sementara Iriansyah yang berada di belakangnya karena lahir di Irian.
Nasir mengaku bahwa pemberian nama Mahbub pada anaknya karena kagum terhadap sosok yang dijuluki pendekar pena itu.
“Saking cinta, dan saking kagum, dan saking sayang terhadap Mahbub Djunaedi,” kata Nasir saat ditemui NU Online usai menghadiri acara haul ke-22 Mahbub Djunaidi di UNUSIA, Jakarta, Kamis (5/10).
Sebagaimana orang tua pada umumnya, Nasir juga mempunyai harapan yang baik terhadap nama Mahbub yang diberikan kepada anaknya.
“Cita-cita saya, keinginan bahwa anak saya nanti akan mengikuti jejak-jejak Mahbub Djunaidi,” ungkap ketua PC PMII Kota Sorong periode 2005-2006 ini.
Harapan Nasir terhadap Mahbub pun mulai dirasakannya. Mahbub, menurut Nasir, dari mulai kelas satu sampai kelas lima selalu menjadi juara kelas.
“Alhamdulillah anak saya berumur 10 tahun, dan di SD sampai sekarang kelas 5 selalu rangking 1, ini keyakinan saya bahwa karamah daripada nama Mahbub Djunaedi ini sangat membuat inspirasi juga bagi anak saya,” terangnya.
Selain sukses dalam pelajaran, Mahbub juga mulai menampakkan jiwa seorang pemimpinnya. Hal itu terlihat saat kelas dua SD sudah menjadi ketua kelas.
“Nah, ini saya melihat ciri-ciri ada itu (pemimpin),” katanya.
Kebanggaan Nasir menjadi kader PMII dan kekagumannya terhadap Mahbub Djunaedi membuatnya berharap agar kelak anaknya masuk pada organisasi yang didirikan 17 April 1960 di Surabaya itu.
“Bahkan jas saya dari PB PMII itu masih tersimpan rapi di dalam lemari saya, suatu saat akan dipakai anak saya,” harapnya. (Husni Sahal/Alhafiz K)
Sumber : NU Online
Baca juga resensi buku lainnya :
- Terbelit Dalam Kubus Tanpa Batas. Kontak pembelian : 0895-2851-2664. Link resensi, klik.
- Jejak Perjuangan K.H. Ahmad Hanafiah. Kontak pembelian : 0821 1682 5185 (Sandi). Link resensi, klik.
- Gerakan Syiah di Nusantara: Anasir Berimbang Sejarawan Muda. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Sejarah Pergerakan Nasional. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Historiografi Islam dan Momi Kyoosyutu. Kontak pembelian : 0852 9477 2060 (Jabar). Link resensi, klik.
- Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
- Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.