The news is by your side.

Belajar dari Pohon

Ust. Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M.Psi Dosen & Psikolog Universitas Gunadarma dan Pengurus LTN PBNU ( Jurnal )

Apa yang sahabat pikirkan ketika melihat sebuah pohon yang besar? Sesungguhnya ada pelajaran yang bisa diambil dari sebuah pohon itu. Pohon yang mantap adalah pohon yang memiliki akar kuat, batang kokoh dan mahkota yang menjulang tinggi ke langit. Demikianlah penggambaran bagi manusia yang matang, yang sejahtera secara psikologis dan yang sehat mental.

Manusia semacam itu memiliki akar dan pondasi yang kuat berupa nilai-nilai agama, budaya dan moral. Pohon dengan akar yang menghunjam ke dalam bumi akan mampu menopang sebuah pohon untuk tetap berdiri ketika diterpa angin.

Pondasi nilai-nilai agama, budaya dan moral yang kuat akan membuat seseorang untuk tetap tegar ketika menghadapi berbagai permasalahan, ujian dan cobaan sehingga tidak mudah terombang-ambing.
Akar budaya yang kuat akan mampu membuat seseorang untuk tetap teguh dalam bersikap ketika menghadapi arus modernisasi dan gegap gempitanya teknologi. Seseorang yang memiliki moral yang kuat senantiasa akan menjaga martabat dirinya baik ketika berhadapan dengan orang lain ataupun dalam kesendirian.

Akar yang menghunjam kuat tersebut pada akhirnya akan menumbuhkan dan mengembangkan batang ego yang stabil dan tidak mudah terbawa arus besar. Ia akan tetap bertindak secara rasional. Semuanya ditimbang dengan logika dan nurani. Perilaku, perkataan bahkan pikirannya akan terukur dan tidak gegabah, sehingga akan tetap berusaha menjaga stabilitas dan harmonisasi dirinya di tengah-tengah kehidupan.

Perpaduan akar yang kuat dan batang yang kokoh akan menumbuhkan mahkota daun yang rimbun dan dahan-dahannya menjulang ke langit. Orang-orang ini akan mampu memposisikan dirinya sebagai pengayom dan senantiasa mengarahkan dirinya agar bermanfaat bagi orang lain dan bermanfaat bagi kehidupan yang lebih luas. Mereka juga akan berpikiran maju tanpa harus mengorbankan masa lalunya sembari tetap optimal menjalankan kehidupannya saat ini.

Prinsip yang dipegang orang ini, masa lalu sudah dilewati sehingga tidak perlu diratapi dan cukup dilihat sekali-sekali, sedangkan masa depan belumlah dilalui, maka tidak perlu dicemaskan, tapi tetap penting untuk diperhatikan agar tidak tersesat. Hidup yang dijalani adalah saat ini, sehingga yang perlu diperhatikan adalah mengisi masa kini dengan optimal tanpa perlu terbebani masa lalu dan mencemaskan masa depan.

Terlalu fokus pada masa lalu hanya akan membuat kita hidup dalam imaji nostalgia yang melenakan dan enggan untuk melangkah. Sebaliknya, jika terlalu fokus pada angan-angan masa depan, maka kita akan terjebak pada bayangan imajinasi dan fantasi. Maka, jalanilah kehidupan saat ini dengan sepenuh hati, lepaskan beban masa lalu dan tataplah masa depan dengan penuh kepastian.

Untuk menjadi pribadi yang matang memang membutuhkan proses yang panjang, sebagaimana pohon yang terlihat besar dan kokoh saat ini, tidaklah langsung jadi seperti itu, tapi butuh bertahun-tahun perjalanan hingga seperti saat ini.

Depok, 5 April 2018
Ust. Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M.Psi
Dosen & Psikolog Universitas Gunadarma dan Pengurus LTN PBNU ( Jurnal )

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.