The news is by your side.

Fenomena Pelibatan Perempuan dalam Aksi Terorisme Terus Terjadi

Fenomena Pelibatan Perempuan dalam Aksi Terorisme Terus Terjadi | NU Online LTN Nahdlatul Ulama Jawa Barat

Jakarta, NU Online

Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Agus Andrianto mengungkapkan identitas pelaku bom bunuh diri yang terjadi Rabu (13/3) dini hari di Sibolga, Sumatera Utara bernama Solimah, jenis kelamin perempuan, berasal dari Kota Padangsidimpuan. Solimah menambah daftar panjang pelibatan kaum perempuan untuk menjadi pelaku aksi terorisme. Hal ini membuktikan bahwa perempuan masih rentan menjadi korban aksi terorisme.

Melihat fonomena tersebut akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Siti Musdah Mulia menarik beberapa benang merah, antara lain keterlibatan kaum wanita dalam aksi terorisme merupakan fenomena global. Dari pengamatannya terhadap kelompok radikal Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) sejak tiga tahun terakhir, penggunaan kelompok perempuan semakin banyak dan efektif. Nampaknya, lanjut Musdah, cara ini diduplikasi dan dan dikembangkan di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

“Kaum perempuan itu kalau dicekokin dengan urusan agama itu paling cepat masuk. Lalu disebutkan hadistnya ‘Kalau laki-laki dapat surga dan ketemu bidadari di surga. Sementara kalau perempuan itu bisa membawa 70 keluarganya ke surga’. Pandangan-pandangan keagamaan yang sesat seperti itu tentunya memberikan kemudahan bagi perempuan. Apalagi kalau sudah ada istilah ‘Sami’na Wa Atho’na’ (Kami Mendengar dan Kami Taat), itu perempuan jauh lebih loyalitas ketimbang laki-laki,” kata Musdah di Jakarta, Selasa (19/3).

Selain itu menurutnya, perekrutan dan melibatkan perempuan dalam aksi terorisme dinilai lebih ‘murah’. Karena kelompok teroris itu memakai modus operandi dinikahi, dipacari dan sebagainya. “Kalau sudah seperti itu tentunya ‘habis’ dan kasihan kaum perempuan itu. Apalagi sejak kecil kaum perempuan lebih banyak di didik untuk mengebangkan emosinya, bukan mengembangkan intelektualitasnya. Tentunya hal tersebut juga menjadi problem bagi pendidikan di kita selama ini,” katanya lagi.

Padahal di sisi yang lain peran perempuan bisa dimanfaatkan sebagai agen pembangun perdamaian. Hal itu bisa dibangun jika ada sinergi program antara lembaga dan kementerian. Untuk itu dirinya meminta kepada lembaga-lembaga pemerintah seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ataupun Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) untuk melibatkan perempuan dalam sosialisasi mengenai bahaya radikal terorisme yang melibatkan kaum perempuan.

“Tentunya juga harus menggunakan perspektif kesetaraan Gender juga. Kaum perempuan juga harus dilibatkan dari awal, dia juga harus menjadi aktor penyebar perdamaian. Kalau kaum perempuan itu bisa direkrut untuk jadi aktor teroris maka seharusnya perempuan lebih bisa untuk direkrut menjadi aktor dalam membawa pesan damai,” ujarnya. (Ahmad Rozali)

Sumber : NU Online

Leave A Reply

Your email address will not be published.