The news is by your side.

Gus Mus: Malapetaka Terjadi Jika Agama Jadi Alat Kekuasaan

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus mengatakan, malapetaka akan terjadi manakala agama digunakan sebagai alat politik atau alat untuk merebut kekuasaan.

“Dimulai dari zaman Sayyidina Utsman, terus berlanjut sampai sekarang,” kata Gus Mus dalam sebuah video yang diunggah akun @GusMus Channel di Youtube, Senin (26/3).

Menurut Gus Mus, orang yang menggunakan agama sebagai alat politik tidak lagi berfikir tentang tujuan daripada beragama karena mereka sibuk mencari dalil-dalil untuk membenarkan pada yang dilakukannya.

“Orang tidak lagi memerlukan, meneliti Islam itu misinya apa. Kanjeng Rasul diutus untuk apa,” jelasnya.

“Ini yang sebetulnya membikin malapetaka,” tambahnya.

Gus Mus menuturkan, bukan hanya Islam tapi semua agama akan melahirkan bencana bilamana digunakan sebagai alat untuk meraih kekuasaan.

Dalil-dalil dalam agama seharusnya menjadi pedoman bagi seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang diperintahkan dan menjauhi sesuatu yang dilarang. Nahasnya, ada orang yang malah mengutip dalil agama untuk mendukung kepentingan dan melegalkan apa yang dilakukannya.

“(mereka) Bukan (memperlakukan) dalil-dalil untuk mengatur dia boleh begini atau tidak,” katanya.

Mustasyar PBNU ini menyebutkan, salah satu contoh bencana yang terjadi karena menggunakan agama atau paham keagamaan untuk merebut kekuasaan adalah konflik Timur Tengah. Sebuah konflik yang akar persoalannya adalah perebutan pengaruh antara Arab Saudi (Sunni-Wahabi) dan Iran (Syiah) di negara-negara Arab.

“Kalau Iran dan Saudi mengaku orang Islam dan mengaku Al-Quran panutannya. Bahwa Rasulullah adalah pemimpin agungnya, buktikan dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul,” terangnya.

Bagi Gus Mus, konflik di Timur Tengah terjadi berlarut-larut karena kedua belah pihak tidak berkenan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad.

“Di Al-Qur’an sudah jelas kok. Kalau kalian berbeda, kembali ke Al-Qur’an,” ujarnya.

Untuk mengakhiri konflik, Gus Mus menyarankan kedua belah pihak untuk duduk bersama dan mengedepankan ridla Allah dan kepentingan Islam daripada kepentingan masing-masing.

“Jangan yang butuh dalil hanya kepentingannya saja, tapi kepentingan Islam ini yang lebih perlu dalil, kepentingan manusia seutuhnya ini yang perlu membutuhkan dalil. Bukan kepentingan sektarian,” terangnya. (Muchlishon)

Sumber : NU Online

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.