Hikmah Dibalik Kejadian
Bambang Melga suprayogi M.Sn – Tiada manusia yang selamanya selalu benar. Dan tidak juga semua manusia selalu salah. Salah dan benar saling mengisi.Semua terjadi sebagai sebuah pembelajaran, bahwa kesalahan adalah suatu cara Allah memberi pemahaman dengan caranya, terkhusus bagi manusia yang mau berpikir, bahwa ada hikmah di baliknya.
Allah selalu menyertakan hikmah sebagai inti dari pembelajaran pada setiap kejadian yang kita alami. Hingga dalam Al Qur’an dan kitab pada agama samawi lainnya, cerita tentang banyak kisah yang bermuatan hikmah selalu ada, dan menjadi pelajaran bagi kita, bagaimana manusia harus menyikapi segala sesuatunya, secara baik, sehingga dari setiap adanya kejadian, atau peristiwa, kita bisa awas, waspada, dan hati-hati menyikapi suatu peristiwa, karena sebelumnya kita telah belajar dari kisah-kisah yang sudah kita baca, untuk menjadi manusia beriman yang cerdas.
Peristiwa apapun yang terjadi di alam dunia pada hakekatnya ada pada dua sisi yang saling berhadapan, yakni kejadian yang memiliki kandungan kebaikan, dan keburukan, kebenaran dan kebaikan datang dari sisiNya, keburukan datang dari musuh kita semua Iblis sang penggoda.
Hikmah dari suatu peristiwa saat itu terjadi, kadangkala membuat kita merasa tersudutkan, kita seakan kalah oleh keadaan, sehingga harus sampai terpojok disisi sudut yang membuat kita seakan terpuruk, dan tak berdaya dalam situasi yang kita hadapi ini.
Saat kita ditengah peristiwa itu, kita bagaikan manusia yang kalah.
Manusia lemah, manusia yang sudah tak memiliki kekuatan sedikitpun untuk bisa menegakan kepala kita.
Hati kita berkecamuk perang batin.
Pikiran kita sudah bersuudzon pada apa yang kita alami.
Sebagai manusia, kita kadangkala akhirnya terjebak pada situasi berpikir spontan, untuk merespon keadaan kita.
Jika kita tak kuat, kita akan mengeluh, dan menyalahkan takdir Tuhan. Yang akhirnya, kita berani protes pada keadaan yang membuat kita marah pada situasi yang dihadapi.
Jika sudah demikian, kita sudah dekat dengan kekufuran !
Bagaimana kita menghadapi situasi ini ?
Kita harus selalu ada dalam kesadaran diri.
Kita harus membangun rasa optimisme, bahwa Allah sedang dalam situasi memperhatikan kita.
Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT pernah berfirman yang artinya: “Jika Aku mencintai seorang hamba, maka Aku turunkan ujian (kesulitan dan kesempitan) kepadanya. Hal itu agar ia memohon kepadaKu (agar ujian dapat diangkat darinya melalui doa-doa yang dipanjatkan).”
Kehidupan manusia beriman, memang tidaklah menyenangkan.
Karena semakin Allah mencintainya, semakin di uji rasa cintanya dengan ujian yang terus menerus menempa kita.
Cobaan pada manusia yang di cintaiNya, akan datang dalam bentuk yang berbeda-beda, dan dalam semua hal, bisa dalam bentuk cobaan harta, sakit fisik, kemiskinan, anak, pasangan hidup kita, bahkan hingga rekanan relasi kerja, dan bisnis kita.
Hal yang harus diingat oleh kita, bahwa dalam setiap ujian atau cobaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, selalu terselipkan hikmah dan solusi. Solusi tersebut umumnya disesuaikan dengan kadar tingkatan manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 286.
“La yukallifullaha nafsan illa wus-aha.” Yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang (menurunkan ujian), kecuali sesuai dengan kesanggupannya.”
Qur’an, Surah Al-Baqarah ayat 155, Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami memberikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Ujian Allah merupakan penilaianNya atas capaian ke imanan, dan keikhlasan kita.
Ujian Allah merupakan sebuah ketentuan yang akan hadir untuk membuktikan rasa cinta, dan ketaqwaan kita.
Apa yang akan menguatkan saat kita menghadapi ujian itu ?
Kekuatan yang harus kita tumbuhkan sebagai spirit kesadaran kita bahwa Allah sedang mentest ke imanan kita adalah, dengan bersabar, bersyukur, dan ikhlas menjalaninya.
Apa kata Allah seandainya kita bersyukur?
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(Qur’an, surat. Ibrahim ayat 7).
Pandai-pandailah kita dalam bersyukur, walau dalam keadaan yang paling membuat kita terasa tak berpijak di bumi, baik dalam keadaan sakit, terpuruk, tak beruntung, dan kondisi lainnya.
Bersyukur bagi kita yang tengah dalam keadaan terpuruk, sesungguhnya seperti obat, yang menyehatkan, seperti air yang menghilangkan dahaga, dan ketika kita terus bersyukur, maka kita di pastikan sehat, pikir, sehat batin, sehingga dengan demikian, jiwa dan raga kita tak terpengaruh situasi.
Hikmah dari setiap kejadian dalam bentuk ujian, pada seseorang yang Allah uji, pada dasarnya untuk menguji rasa syukurnya.
Bersyukur tak hanya saat kita di beri kebahagiaan dan kecukupan.
Rasa syukur yang nyata dan berkwalitas, adalah rasa syukur yang masih bisa kita ucapkan takala kita ditimpa musibah dan keterpurukan…sebab di sana, teman yang paling dekat bersama kita dalam situasi itu hanyalah doa yang kita panjatkan, dan Allah yang terus menjaga jiwa kita, sehingga tak kufur nikmat.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat
Bambang Melga suprayogi M.Sn