The news is by your side.

HUBBUL WATHAN HALAL DAN HUBBUL WATHAN HARAM

Oleh Ayik Heriansyah

Konon ceritanya dulu masyarakat di salah satu negara Afrika takut makan durian. Dianggap racun mematikan. Ketika pasukan Garuda bertugas di sana. Mereka melihat banyak durian jatuh. Langsung saja mereka belah. Durian dimakan dengan nikmat. Orang-orang Afrika yang menyaksikannya terbelalak.

Mungkin ada mitos yang salah di masyarakat Afrika saat itu tentang durian. Sehingga mereka phobi. Akibatnya durian yang lezat tidak bisa mereka nikmati. Sudah barang tentu manfaat dan nutrisi durian bagi kesehatan tubuh jadi tidak mereka dapatkan.

Serupa dengan kisah durian tadi, istilah hubbul wathan mendapat respon yang berbeda. Istilah ini mencuat setiap NU mengadakan hajatan besar seperti Harlah, Hari Santri dan Istighatsah Kubra karena pada event-event akbar tersebut selalu dikumandangkan lagu Ya Lal Wathan atau Syubbanul Wathan.

Tak bisa dihindari kritik kaum radikal terhadap hubbul wathan menghiasi jagat media sosial. HTI kelompok yang paling istiqamah menyerang ajaran hubbul wathan minal iman. Serangan ini sebangun dan seruang dengan doktrin Khilafah yang mereka yakini. Doktrin yang menginginkan kepemimpinan tunggal umat Islam. Satu umat satu Khalifah.

Meskipun pada kenyataannya, konsep ini hanya ada selama 26 tahun yaitu sejak Khalifah Abu Bakar dibai’at di Saqifah Bani Sa’idah sampai terbunuhnya Khalifah Utsman di Madinah. Pada masa Khalifah Ali, kepemimpinan politik umat terbelah dua. Ali pemimpin di Hijjaz, Yaman, Basrah dan Kuffah sedangkan Syam dan Mesir di bawah kepemimpinan Muawiyah. Sampai 1439 usia umat ini, mereka hanya merasakan 26 tahun hidup sebagai satu umat satu Khalifah. 1419 tahun umat Islam dipimpin oleh beberapa pemimpin dalam masa yang sama.

Konsep satu umat satu pemimpin politik bukan masalah krusial. Yang penting itu satu umat satu Nabi. Buktinya di ketika Nabi Muhammad Saw jadi pemimpin politik di Madinah ternyata kaum muslimin di Habasya dipimpin oleh seorang Raja Muslim yang bernama Najasyi. Nabi Saw tahu realitas politik ini. Beliau Saw tidak mencela kepemimpinan politik Raja Najasyi ini. Ketika Raja Najasyi wafat, Nabi Saw melakukan shalat ghaib.

Sebab lain sikap phobi HTI terhadap ajaran hubbul wathan minal iman adalah trauma keruntuhan Khilafah Usmaniyah yang masih membayangi benak mereka. Betul salah satu metode Barat mengerat-ngerat wilayah Khilafah Usmaniyah adalah dengan memprovokasi elit-elit lokal Arab untuk melakukan gerakan separatisme, memisahkan diri dari pemerintahan Khilafah Usmaniyah. Diiringi oleh pembentukan opini Arabisme melawan Turkisme. Opini tentang nasionalisme dan cinta tanah air digulirkan. Tetapi ingat opini tentang nasionalisme dan cinta tanah air yang hembuskan Barat untuk memperlemah ikatan keislaman di antara seluruh warga negara Khilafah Usmaniyah dalam skenario besar Barat untuk meruntuhkan Khilafah Usmaniyah.

Di Nusantara kala itu belum ada NKRI. Sampai Khilafah Usmaniyah runtuh pada tahun 1924 pun NKRI belum lahir. Akan tetapi Indonesia sebagai satu bangsa yang menyatukan ratusan suku mulai kelihatan bentuknya. Pada abad 18-19 di Nusantara terdapat 186 kesultanan dan kerajaan. Setiap kesultanan dan kerajaan adalah satu negara independen. Memiliki batas-batas negara yang jelas. Di antara kesultanan dan kerajaan tersebut terjalin hubungan diplomasi.

Kedatangan penjajah Eropa di tiap wilayah kesultanan dan kerajaan tadi mendapat perlawanan. Perlawanan ini yang kemudian membentuk kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan. Formasi kebangsaan Indonesia makin lama makin solid. Akhirnya tercetus dalam Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu merupakan hasil dari persatuan dan kesatuan ratusan suku, budaya dan bahasa lalu menjadi satu. Jika demikian di sisi mananya, Sumpah Pemuda, nasionalisme dan cinta tanah air di Nusantara ini bisa disebut perpecahan umat?!

Para alim ulama di Nusantara mengokohkan persatuan dan kesatuan umat ini dengan mengajarkan hubbul wathan minal iman. Terlepas dari kalimat ini hadits atau bukan. Kalaupun bukan, kalimat ini haq untuk konteks Nusantara pra NKRI maupun saat sekarang ini. Inilah hubbul wathan yang halal. Berbeda dengan hubbul wathan minal iman di Arab menjelang keruntuhan Khilafah Usmaniyah, yang dijadikan jargon untuk memecah belah umat. Sudah jelas hubbul wathan seperti ini hubbul wathan haram.

Mari HTI, kita nikmati duriannya jangan phobi dengan hubbul wathan. Hiduplah dan jadilah Indonesia. Cukuplah Amir kalian yang sembunyi Arab.

Bandung, 31 Oktober 2018

Buku lain :

  • Antara Mbah Cholil Baureno dan Bojonegoro. Kontak pembelian : 0895 2851 2664 . Link resensi, klik.
  • Konspirasi Yahudi dan Rungkadnya Dinasti Ba’alwi. Kontak pembelian dan bedah buku : 0812 6143 8585. Link resensi, klik.
Leave A Reply

Your email address will not be published.