Ibadah Mengikis Kebodohan
Ibadah merupakan bentuk dari penghambaan kita, yang ditunjukan dengan mentaati kewajiban kita menyembah sang pemilik diri, dengan segala kesadaran dan keyakinan yang ada pada kita dalam melakukannya.
Ibadah kita diawali dengan pengakuan, adanya kesadaran akal pikiran, serta keyakinan kita, bahwa apa yang kita lakukan itu merupakan bentuk dari kepercayaan kita atas adanya sang maha hidup, yang membuat kita memiliki pegangan keyakinan padaNya.
Ibadah tanpa kesadaran tak akan sampai.
Ibadah tanpa keyakinanpun tak akan nyambung.
Dan ibadah itu sendiri, ibadah yang dilakukan oleh kita, adalah bentuk penghambaan yang sekaligus membangun kecerdasan dari kebodohan diri yang kita miliki, untuk sedikit demi sedikit kita hilangkan kebodohan pada diri kita itu.
Kebodohan apa yang ada dalam diri, sehingga bisa dikikis oleh ibadah yang kita lakukan ?
Kebodohan dari adanya rasa sombong yang bisa membuat kita celaka, karena kita tak sadar bahwa kesombongan itu merupakan kebodohan yang paling esensi, layaknya Iblis yang termakan rasa sombongnya, yang akhirnya menunjukan kebodohannya hingga ia terusir dari Surganya nya Allah.
Kebodohan dari rasa rendah diri yang dialami manusia, karena terbangun oleh perasaannya sendiri, dan rendah diri ini.
Semua kebodohan itu, bisa dihilangkan oleh Allah dengan praktek ibadah yang menunjukan semua hamba, adalah sama dimata Allah, yakni setara.
Dan itu tergambar dalam gerakan gerakan ibadah kita, sehingga dititik nadir, semua manusia bersujud, tanpa ada yang bisa merasa paling hebat, kuat dan besar.
Ibadah dan kecerdasan itu saling berkaitan.
Dengan ibadah yang dilandasi keimanan, maka kecerdasan kita terbangun.
Muncul dalam diri bentuk rasa pengagungan kita pada Allah, yang berefleksi pada kesadaran kita akhirnya mensyukuri diri, meyakini diri, dan terbangun lintasan bahwa kita mahluk unggul yang dihadirkan Tuhan sebagai pengisi dunia yang harus memberi arti.
Maka sampai situ saja manusia sudah menemukan kembali bibit-bibit keunggulannya, yang jika semakin digali, maka ia akan semakin terbentuk kesadaran ke unggulan dirinya.
Manusia yang sudah menemukan kesadaran dirinya, ia bagai Adam yang memiliki warisan kecerdasan langsung yang Allah berikan.
Maka jangan heran, ketika bibit unggul ini terpelihara dalam jiwanya, bibit itu akan terus tumbuh dan berkembang, dan kuncinya adalah bibit kesadaran itu, hanya akan ditemukan oleh manusia, dalam ritual ibadah yang kita perbuat.
Keyakinan kita pada Allah, akan membangun keyakinan pada diri.
keyakinan diri, hanya diberikan Allah pada mereka yang meyakini kemampuan dirinya sendiri, dan ibadah memberi nilai terbangunnya kesadaran diri, yang membangkitkan rasa percaya diri dari manusia sebagai hambaNya.
Iblis sangat senang membuat kita malas beribadah, memalingkan ibadah, atau membuat ibadah kita telat dan dilakukan diakhir waktu. itu semua adalah upaya dan strategi Iblis agar kita Lalai, tergesa-gesa, bahkan abai sampai berani meninggalkan ibadah wajib yang jadi keharusannya.
Jikapun dilakukan sholat, atau ibadah kita diakhir waktu, maka konsentrasi ibadah kita terpecah, hilang, dan waktu kita membangun kecerdasan dari ibadah yang harusnya ada, akhirnya tak kita dapatkan.
Itulah cara hebat iblis menghambat terbangunnya kecerdasan pada manusia.
Sehingga ia terus membuat manusia dalam keadaan bodoh, dengan cara ditutupnya pintu semangat melakukan ibadah.
Bagi Iblis, manusia yang bodoh, ia akan bebal, dan jadi tak tahu diri, bahkan akan sama sombongnya dengan si iblis itu sendiri. Maka bekerja keraslah Iblis jika sudah mulai mendekat pada waktu-waktu ibadah kita sebagai umat Islam untuk ibadah sholat.
Jangan kita terlena, bahwa waktu sholat kita masih panjang !
Yang terbaik bagi kita dalam hal melakukan ibadah, adalah membangun kesadaran untuk khusu dalam melakukannya, sehingga dengan demikian, Allah kikis kebodohan pada diri kita, dan memberi bibit kecerdasan pada kita untuk mampu menghadapi tantangan zaman, yang sarat dengan godaan Iblis musuh manusia.
Alhamdulillah.
Semoga bermanfaat.
Bambang Melga Suprayogi M.Sn